• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Alumni
  • Cindy "si putri" Melayani Gereja dan Sekolah

Cindy "si putri" Melayani Gereja dan Sekolah

  • Berita Alumni
  • 21 March 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

“Setelah dievaluasi oleh mereka, ternyata aku dinilai berpikir luas dan mengakar sewaktu aku menganalisis dalam maupun luar gereja,” jelas Cindy, alumni CRCS 2006, ketika ditanya mengenai keuntungan berkuliah di CRCS. Ia yang saat ini sedang menjadi pekerja penuh waktu di Gereja Kristen Indonesia(GKI) “Bromo,” Malang, Jawa Timur memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola pendidikan di gereja maupun di Yayasan Pendidikan Kristen Kamerdi.

Pemilik nama lengkap Cindy Quartyamina Koan ini mengakui bahwa ia menikmati pekerjaan yang ia geluti saat ini. Cindy yang melayani di GKI Bromo pada bidang pelayanan khusus, pendidikan, dan komisi anak, sejak bulan Mei 2009, juga ditempatkan sebagai manager pada sekolah Yayasan Pendidikan Kristen Kamerdi sejak awal Februari 2010 yang lalu.

Menurutnya, pihak gereja dan yayasan melihat dan mendukung kompetensinya pada dunia pendidikan. Pengalamannya sebagai Konsultan Pendidikan pada Tunas Wiyata Institut, Yogyakarta, selama 7 bulan, telah mengembangkan kompetensinya tersebut. Ia diminta oleh Yayasan Kamerdi untuk membenahi pengajaran dan pembelajaran di salah satu sekolah yang mereka miliki.

Perempuan yang kerap disapa ‘Putri’ oleh teman seangkatannya di CRCS ini, mengakui pula bahwa CRCS telah mengembangkan pula kompetensinya itu. “Kalau di CRCS itu, ada materi-materi dunia pendidikan yang tidak dimiliki oleh yang lain, terutama sewaktu mata kuliah yang diajar Ibu Tabita Christiani, tentang religious education,” ujar Cindy.

Pengalamannya dengan teman seangkatannya di CRCS menjadi pengalaman yang paling menarik baginya. “Dengan anak-anak angkatanku, enak aja, seperti keluarga, kita tidak hanya membicarakan sesuatu yang formal di dalam kuliah, tetapi juga non-formal di luar kuliah secara terbuka,” ungkap Cindy dengan senangnya.

Untuk matakuliah favoritnya, Cindy sendiri memilih “Religion, Science, and Technology,” yang pada saat itu diampuh oleh Dr. Zainal A. Bagir. Ia mengakui, pada awal kuliah di CRCS mengalami kebosanan karena substansi perkuliahan yang diberikan tidak jauh berbeda dengan apa yang ia pelajari sewaktu S1 di Fakultas Teologi UKSW. Namun, menurutnya, mata kuliah favoritnya ini sungguh berbeda. “Matakuliah itu membuat aku secara pribadi mendapatkan sisi yang tidak aku dapatkan sewaktu di Fakultas Teologi. Pengalaman menuliskan review buku 1 jam sebelum kuliah dimulai juga menjadi pengalaman yang menyenangkan dengan teman-teman,” tegas Cindy.

Pengalaman penelitiannya bersama rekan-rekan di CRCS untuk pembuatan film di Boyolali, dianggapnya sebagai pengalaman yang turut membangun cara berpikirnya lebih luas dan mengakar. “Mengakar maksudnya benar-benar pada permasalahannya. Seperti gunung es, aku tidak hanya melihat di permukaan tapi juga di dasarnya,” ungkap perempuan kelahiran Surabaya ini.

Meskipun demikian, Cindy juga melihat ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan atau dikembangkan lagi di CRCS. Menurutnya, aspek budaya yang menjadi bagian dari nama CRCS perlu diberikan porsi kajian yang cukup dominan layaknya porsi agama. Posisi staff pengajar dalam pembagian dan pelaksanaan tugasnya juga perlu diperjelas, berangkat dari pengalamannya bersama teman-temannya dulu di CRCS. Selain apabila ada janji pemberian beasiswa dari CRCS, perlu dikelola dengan baik, agar mahasiswa tidak dilepaskan mencari sendiri-sendiri.

Cindy yang pernah fokus pada kajian spiritual capital untuk tesisnya di CRCS tertarik untuk melanjutkan studinya. “Aku akan lebih fokus di ‘business religion’, agama sebagai bisnis, juga kebangkitan agama-agama,” ungkap Cindy untuk rencana kajiannya di jenjang S3. (JMI)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

On social media, mental health is often presented On social media, mental health is often presented as a form of entertainment. 🎥 Take Purnomo Belajar Baik, a popular YouTube channel with over 2 million subscribers, which posts videos about the so-called ‘insane’ to entertain its audience. What’s the catch? While these videos claim to promote care for those with mental health struggles, they also turn ‘madness’ into something to laugh at.

This study dives deep into how ‘madness’ is sensationalised on Indonesian social media. It explores how a mix of religion, law enforcement, medical practices, and digital media all play a role in this spectacle. Is it really care, or are we watching the exploitation of those who need help, disguised as entertainment?

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
S U B J E K Jika laut, gunung, batu, dan angin ial S U B J E K
Jika laut, gunung, batu, dan angin ialah subjek nonmanusia, bagaimana cara kita menghadirkannya di ranah legak formal manusia? Beberapa akademisi mengajukan konsep tentang hak-hak alam sebagai justifikasi hukum. Namun, pengejawantahan konsep ini tidak semudah cuap manis para penyair paradigma tersebut. Tănăsescu mengingatkan kita jebakan universalisasi hak-hak alam yang pada akhirnya menjadi kolonialisme pengetahuan baru
H O R E G Doa itu senjata mereka yang lemah. Ia me H O R E G
Doa itu senjata mereka yang lemah. Ia menjelma menjadi kekuatan yang tak hanya menyentuh langit, tetapi juga menggerakkan bumi. Doa bukan sekadar rapalan mantra, melainkan aksi yang menyatukan hati untuk membawa harapan yang lebih baik.

Simak laporan aksi doa bersama lintas iman selepas tragedi represi aparat belakangan ini di situs web crcs
When faith meets extraction, what or whose priorit When faith meets extraction, what or whose priority comes first: local communities, organizations, or the environment?

Both Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah have voiced their acceptance of mining concessions, each with their own set of carefully considered perspectives. But what lies beneath their words?  In this upcoming #wednesdayforum, @chitchatsalad will dive deep using critical discourse analysis to unravel the layers of these powerful statements. We'll explore how these two of the world’s largest Islamic mass organizations justify their positions and what it reveals about their goals, values, and the bigger narratives in play.

This is more than just a conversation about mining. Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY