• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Makna Malam Tirakatan bagi Masyarakat Santri Yogyakarta

Makna Malam Tirakatan bagi Masyarakat Santri Yogyakarta

  • Tesis
  • 20 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Makna Malam Tirakatan bagi Masyarakat Santri Yogyakarta: Study atas Tradisi Malam Tirakatan dalam Rangka Memperingati HUT Kemerdekaan RI pada Masyarakat Kauman dan Mlangi Yogyakarta

Penulis: Zunly Nadia (CRCS, 2006)

Kata-kata Kunci: tirakatan, agama dan tradisi

Abstrak:


Tradisi malam tirakatan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI adalah tradisi rutin masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya yang dilaksanakan pada malam Tujuh Belas Agustus. Sebagian besar masyarakat Yogyakarta baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan melaksanakan tradisi ini, yang dilaksanakan di tiap-tiap RT, desa atau kampung. Tradisi malam tirakatan ini mulai dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta semenjak pasca kemerdekaan sebagai ekspresi rasa syukur atas kemerdekaan yang telah dicapai.

 

Penelitian ini “pendekatan sosio-antropologis” yakni dengan melihat fenomena sosial-budaya yang berkembang pada suatu masyarakat untuk kemudian mencari tahu bagaimana masyarakat memaknai fenomena sosial-budaya tersebut. Selain itu, penelitian ini juga memakai pendekatan sejarah untuk melihat secara mendetail faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi pendukung sehingga acara malam tirakatan oleh masyarakat di Mlangi dan tidak dilakukan oleh masyarakat Kauman.

 

Tradisi tirakatan ini dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta dengan cara yang berbeda-beda. Masyarakat Mlangi yang mayoritas adalah Islam tradisional melakukan tradisi ini dengan melaksanakan tahlilan yang dipimpin oleh seorang kyai di tiap-tiap RT dan sholawatan bersama-sama di masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat Mlangi. Sementara masyarakat Kauman yang mayoritas adalah Islam modernis sengaja tidak melakukan tradisi tirakatan karena dinilai bertentangan dengan paham keagamaan mereka. Di sini sebenarnya faktor paham keagamaan menjadi faktor yang penting dalam mempengaruhi pelaksanaan tradisi malam tirakatan karena terkait dengan pergulatan agama dan tradisi.

 

Selain itu tradisi ini juga bisa dilihat dalam kerangka tiga jaringan makna, yaitu modernitas, agama dan budaya nenek moyang. Ketiganya saling terkait dan saling mempengaruhi dalam momen tradisi malam tirakatan. Melihat tradisi malam tirakatan dalam kerangka modernitas karena tradisi tirakatan ini dibawa dalam momen peringatan HUT kemerdekaan, di samping juga diadakan di bawah institusi pemerintahan. Sedangkan tradisi malam tirakatan ini dalam kerangka agama bisa dilihat dalam pelaksanaan tradisi ini dimana paham keagamaan sangat mempengaruhi terhadap pelaksanaan tradisi malam tirakatan. Sementara itu dalam kerangka budaya nenek moyang, tradisi malam tirakatan ini memang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa. Perilaku tirakat digunakan oleh orang Jawa sebagai upaya untuk menenangkan diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini dapat meneguhkan bahwa masyarakat memang kita tidak bisa melepaskan diri dari ketiga jaringan makna tersebut. Dari ketiga jaringan makna ini juga bisa dilihat bahwa makna malam tirakatan yang plural dan sesuai dengan latar belakang masyarakat.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju