Judul: Kelenteng, Agama, dan Identitas Budaya Masyarakat Cina: Studi Kasus pada Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang
Penulis: Fahmi Prihantoro (CRCS, 2006)
Kata-kata Kunci: identitas, sejarah, masyarakat Cina, kelenteng
Abstrak:
Kelenteng dikenal sebagai tempat ibadah bagi masyarakat Cina yang beragama Tri Dharma (Taoisme, Buddhisme, Konfusionisme). Kelenteng merupakan bagian yang penting dalam kajian tentang kebudayaan masyarakat Cina. Penelitian ini berusaha mengungkap keberadaan kelenteng dan identitas budaya masyarakat Cina. Apakah terjadi perubahan orientasi keagamaan di Kelenteng Tay Kak Sie, serta apakah kelenteng Tay Kak Sie sebagai hasil budaya materi dengan segala aktivitas di dalamnya dapat menegaskan identitas budaya masyarakat Cina?
Berdasarkan pertanyaan pertanyaan tersebut penulis berusaha meneliti dinamika hubungan politik dengan masyarakat Cina di Indonesia dengan menggunakan pendekatan sejarah. Terdapat tiga tonggak sejarah dalam kehidupan kebudayaan masyarakat Cina yaitu: 1) Sebelum tahun 1967 di mana kebebasan berekspresi dalam agama dan kebudayaan dibolehkan. 2) Sesudah tahun 1967 dengan dikeluarkannya Keppres No. 14 tahun 1967 yang melarang munculnya agama dan kebudayaan Cina dilakukan di tempat umum. 3) Sesudah Tahun 2000 dengan dikeluarkannya Inpres No. 6 Tahun 2000 tentang pencabutan Keppres No 14 tahun 1967 yang membolehkan kembali masyarakat Cina mengekspresikan agama dan budayanya.
Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa Kelenteng Tay Kak Sie dapat menegaskan identitas budaya masyarakat Cina yang terlihat dari tiga wujud kebudayaan yaitu agama (ideas), aktivitas keagamaan (activities) dan bangunan kelenteng (artifacts). Di dalam perjalanan sejarah politik masyarakat Cina yang penuh dengan tekanan dan diskriminasi, Kelenteng Tay Kak Sie tetap berhasil mempertahankan diri serta tidak mengalami perubahan baik orientasi keagamaan, aktivitas keagamaan dan bangunan fisik kelenteng termasuk patung-patung dewa yang dipuja. Hal ini menjadi menarik karena sebagian besar kelenteng yang ada di Jawa mengalami penyesuaian diri dengan menganut orientasi Budhistis sebagai ciri utama kelenteng karena konfusionisme dan Taoisme tidak diakui oleh pemerintah sebagai agama. Kelenteng Tay Kak Sie tidak mengalami perubahan diri karena beberapa faktor yaitu lokasi, kebijakan penguasa, ciri kelenteng, masyarakat Cina pendukung kelenteng, dan pemahaman agama.