• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Opini
  • Pesantren Membendung Radikalisme

Pesantren Membendung Radikalisme

  • Opini
  • 20 December 2014, 18.03
  • Oleh:
  • 0

Republika, 9 September 2014
Pergerakan Islamic State yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi tidak menyusut meskipun banyak negara melakukan serangkaian kecaman terhadap aksi brutal mereka. Dukungan yang diberikan Abu Muhammad al-Indonesi kepada Negara Islam Irak dan Suriah/Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) adalah bagian kecil dari berhasilnya gagasan transnasionalisme merangsek ke nusantara. Transnasionalisme merupakan gagasan yang mengusung “penghapusan” batas-batas negara.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, potensi dukungan dari muslim di Indonesia tentu sangat menggiurkan bagi pihak IS. Terlebih, menurut Martin van Bruinessen (2014), terdapat gejala pergerakan islam “kembali ke arah konservatif” (Concervatife Turn). Maka itu, perlu kewaspadaan tingkat tinggi untuk mensiagai kemungkinan terburuk berkembangnya embrio IS di Indonesia.
Baca Artikel Lengkap di http://www.republika.co.id/berita/profil-bintang//14/09/11/nbq3ca1-pesantren-bendung-radikalisme

xxAhmad Khotim Muzakka, Mahasiswa Center for Religious and Cross-Cultural Studies, Sekolah Pascasarjana UGM
 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Mereka ingin kita lupa, diam, lalu hilang. Tapi ki Mereka ingin kita lupa, diam, lalu hilang. Tapi kita memilih merekam, mengingat, dan melawan
K A (R) Y A Kekayaan tak selalu berwujud angka di K A (R) Y A
Kekayaan tak selalu berwujud angka di buku tabungan. Ada jenis kekayaan lain yang tumbuh diam-diam: ketika kita mencipta, memberi, dan melihat karya itu menemukan hidupnya di tangan orang lain. Dalam setiap berbagi, ada sebagian diri yang bertambah, bukan berkurang. Mungkin di sanalah letak kekayaan sejati: bukan pada apa yang kita simpan, melainkan pada apa yang kita lepaskan dengan cinta.

Mari berkarya dan bersama memperkaya hati, perut, dan pikir dengan sobat ka(r)ya di lapak teman-teman!
L O K A K A R Y A Tak cuma olah pikir dan wicara, L O K A K A R Y A 
Tak cuma olah pikir dan wicara, kamu juga bisa merayakan semua indera.
Melalui Amerta Movement, kita menemu tubuh yang sadar dan peka;
Dalam kombucha, kita memelihara kehidupan dari fermentasi kecil;
Lewat makrame dari plastik bekas, kita menenun ulang makna sampah;
dan dari pupuk organik cair, kita belajar merawat bumi dengan sabar

Yuk daftar dan rayakan!
Sains bilang: buktikan. Agama bilang: yakini. Trad Sains bilang: buktikan. Agama bilang: yakini. Tradisi bilang: warisi. Tapi hidup ini tak sesederhana memilih satu. Yuk, ngobrol dulu ....☕
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY