“Saya jadi lebih saleh sehabis mengunjungi Temple University!” kata Akhmad Shiddiq, alumna CRCS (Batch 2006), menceritakan pengalamannya usai mengikuti program exchange di Temple University, USA. Shiddiq adalah salah satu mahasiswa yang lolos seleksi untuk mengikuti program yang diadakan secara rutin oleh CRCS itu. Ia mengikuti kuliah disana selama Spring Semester dan baru saja kembali ke Yogyakarta akhir bulan lalu.
Ditanyai perihal alasan dan tujuan mengikuti program itu, Shiddiq menyatakan bahwa ia sudah lama menyimpan hasrat untuk mengunjungi Amerika Serikat. Ia ingin membandingkan kehidupan multi kultur yang dialaminya di Indonesia dengan keadaan yang demikian di Amerika Serikat.
“Orang-orang Amerika, menurut pengamatan saya, lebih toleran kepada para penganut agama dibandingkan dengan orang-orang Eropa,” kata Shiddiq yang mengaku belum pernah mengunjungi Eropa ini. “Dari penelitian literatur, saya dapati bahwa orang Eropa cenderung tidak peduli dengan agama atau pemeluk agama. Di Amerika, para pemeluk agama begitu dihargai. Dan itu saya dapati di Philadelphia.”
Temple University, menurut Shiddiq, memiliki kecenderungan antropologi yang kuat. Kluster Religion and Anthropology begitu dalam diterapkan disana. Hal ini sangat menggembirakan Shiddiq yang memang menaruh minat pada kluster itu. Selama disana, ia banyak belajar tentang agama asli orang Afrika.
Selain itu, Temple University memiliki staf tetap yang ahli di tiap agama yang dipelajari. “Dengan demikian, kajian agamanya akan lebih dalam karena pengajarnya benar-benar mengerti tentang agama itu. Misalnya, untuk subjek Christianity mereka punya profesor Kristen yang khusus mendalami ajaran agama Kristen. Mungkin ini baik untuk dipertimbangkan di CRCS,” katanya.(Gie)