• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Alumni News
  • Alumnus CRCS menerima Best Paper Award AICIS 2015  

Alumnus CRCS menerima Best Paper Award AICIS 2015  

  • Alumni News, Articles, Headline, Interview, News
  • 20 October 2015, 13.47
  • Oleh:
  • 0

Interviewed by: Bandri

Maurisa Zinira, alumnus CRCS angkatan 2011 terpilih menjadi salah satu penerima Best Paper Award pada International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Manado, 3-6 September 2015. Pada konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis), Kementrian Agama Republik Indonesia ini, Maurisa mempresentasikan makalah berjudul “The Rupture of Brotherhood: Understanding JI-Affiliated Groups over ISIS”. Berikut hasil obrolan CRCS dengan Maurisa tentang papernya.

Maurisa ZiniraSetelah lulus dari CRCS pada tahun 2013, Maurisa Zirina mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di Florida International University (FIU), Amerika sebagai bagian dari program Student Exchange CRCS, UGM. Sejak awal belajar di negeri Paman Sam itulah ia mulai tertarik dengan pergerakan ISIS.

Awalnya, ia ingin melihat fenomena ISIS di Indonesia. Tetapi, sebuah fakta yang cukup mengejutkan ia temui di lapangan. Ternyata, kelompok-kelompok di nusantara yang dulu saling mendukung dalam gerakan jihad itu kini saling berbeda pendapat, baik dalam soal ideologi maupun strategi gerakan. Jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang belakangan ini sudah agak jarang terdengar gaungnya tiba-tiba muncul dengan wajah baru. Saat ini, JI terpecah menjadi dua kelompok: Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Jama’ah Anshar at-Tauhid (JAT). Perpecahan ini terjadi  bukan hanya dalam organisasinya saja, tetapi juga pada jaringannya. Lebih mengejutkan lagi, JAT sendiri pun ternyata telah mengalami perpecahan internal. Perbedaan persepsi atas takfirisme dan musuh menyebabkan beberapa anggota JAT memisahkan diri dan membentuk Jamaah Anshar asy-Syari’ah (JAS). Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa perpecahan ini akan menghambat usaha-usaha penyatuan kembali organ-organ JI (kolaborasi MMI-JAT) di masa depan.

Penemuan-penemuan ini membawa Maurisa pada kesimpulan bahwa tidak semua salafi jihadi Indonesia mendukung ISIS. Ada juga di antara mereka yang mendukung Jabhat an-Nusra. Mereka kini pecah. JAT mendukung ISIS sedangkan MMI mendukung Jabhat an-Nusra. Perpecahan ini dipicu oleh perbedaan perspektif atas pergerakan dan ideologi yang diusung. Menurut Maurisa, pertentangan ini akan menurunkan kekuatan JI di Indonesia dan menghalangi kolaborasi antara MMI-JAT di masa yang akan datang. Akan tetapi, itu bukanlah harga mutlak yang akan menutup kemungkinan mereka untuk membangun kembali hubungan yang telah hancur itu maupun memotong jaringan ekstrimis. Selama pemerintah Indonesia mentolerir kekuatan yang tak beradab, jaringan semacam itu akan menambah kekuatan secara terus-menerus.

Tentang AICIS sendiri, menurut Maurisa walaupun ada beberapa motivasi yang mendorongnya untuk mengikuti program  ini, namun AICIS sebagai forum bertemunya intelektual baik dari Indonesia maupun mancanegara adalah alasan utamanya. Tentu saja, baginya ini menjadi momen yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. “Melalui forum ini, saya ingin ikut berkontribusi dalam pengayaan temuan-temuan baru dalam studi Islam yang semoga saja bisa bermanfaat dalam usaha-usaha promoting moderation dan preventing conflict,” tuturnya. Selain itu, ia  juga berharap ada input/feedback baru dalam kajiannya tentang pergerakan Jamaah Islamiyah ini untuk perbaikan-perbaikan penelitiannya ke depan. Menurut dosen Universitas Sains al-Qur’an, Wonosobo  tersebut, menerima award seperti ini menjadi motivasi awal dan titik tolak untuk semakin aktif berkontribusi dalam usaha menciptakan Indonesia yang lebih bisa menghargai perbedaan, baik melalui aktivitas sosial maupun tulisan, seperti yang selalu ditanamkan kepada kita, mahasiswa CRCS.

 
 

Tags: AICIS Best Award Best Paper ISIS Manado Mauriza Zinira MMI Wonosobo

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Faith could be cruel. It can be used to wound thos Faith could be cruel. It can be used to wound those we might consider "the other". Yet, rather than abandoning their belief, young queer Indonesians choose to heal by re-imagining it. The Rainbow Pilgrimage is a journey through pain and prayer, where love becomes resistance and spirituality turns into shelter. Amidst the violence, they walk not away from faith, but towards a kinder, more human divine. 

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
H I J A U "Hijau" punya banyak spektrum dan metrum H I J A U
"Hijau" punya banyak spektrum dan metrum, jangan direduksi menjadi cuma soal setrum. Hijau yang sejati ialah yang menghidupi, bukan hanya manusia melainkan juga semesta. Hati-hati karena ada yang pura-pura hijau, padahal itu kelabu. 

Simak kembali perbincangan panas terkait energi panas bumi bersama ahli panas bumi, pegiat lingkungan, dan kelompok masyarakat terdampak di YouTube CRCS UGM.
T E M U Di antara sains yang mencari kepastian, a T E M U

Di antara sains yang mencari kepastian, agama yang mencari makna, dan tradisi yang merawati relasi, kita duduk di ruang yang sama dan mendengarkan gema yang tak selesai. Bukan soal siapa yang benar, melainkan  bagaimana kita tetap mau bertanya. 

Tak sempat gabung? Tak perlu kecewa, kamu dapat menyimak rekamannya di YouTube CRCS.
Dance is a bridge between two worlds often separat Dance is a bridge between two worlds often separated by distance and differing histories. Through Bharata Natyam, which she learned from Indu Mitha, Aslam's dances not only with her body, but also with the collective memory of her homeland and the land she now loves. There is beauty in every movement, but more than that, dance becomes a tool of diplomacy that speaks a language that needs no words. From Indus to Java, dance not only inspires but also invites us to reflect, that even though we come from different backgrounds, we can dance towards one goal: peace and mutual understanding. Perhaps, in those movements, we discover that diversity is not a distance, but a bridge we must cross together.

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY