• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 99
Pos oleh :

Jalan Jalang Ketuhanan: Gatholoco dan Dekonstruksi Santri Brai

Tesis Friday, 17 June 2011

Judul: Jalan Jalang Ketuhanan: Gatholoco dan Dekonstruksi Santri Brai

Penulis: Heru Siswanto (CRCS, 2009)

Kata-Kata Kunci: serat suluk gatholoco, sastra, tasawuf, agama dan budaya

Abstrak:

 

Serat Gatholoco merupakan salah satu karya sastra suluk Jawa yang ditulis di penghujung abad ke-19. Secara umum, serat ini masih dipandang kontroversial. Ia kerap dianggap sebagai karya sastra picisan (mesum) yang hanya dilontarkan untuk menghujat Islam.

 

Penelitian ini merupakan sebuah upaya pembacaan secara deisolatif. Artinya, pembacaan atas Serat Gatholoco dilakukan dengan melibatkan teks-teks sastra suluk Jawa lainnya ataupun juga pandangan-pandangan tasawuf yang menjadi paradigma sastra suluk Jawa. Dengan kata lain, yang lebih diutamakan dalam pembacaan ini adalah pencarian keterkaitan Serat Gatholoco dengan serat-serat Jawa lainnya. Keterkaitan tekstual semacam ini dipandang sebagai karakteristik dominan dalam kesusastraan Jawa tradisional.

Dui' Menre' dalam Pernikahan Bugis Bone di Sulawesi Selatan

Tesis Friday, 17 June 2011

Judul: Dui’ Menre’ dalam Pernikahan Bugis Bone di Sulawesi Selatan

Penulis: Juhansar Andi Latief (CRCS, 2009)

Kata-kata Kunci: dui’ ménré, pernikahan, Bugis, Bõné, Adat, dan Agama

Abstract:


Penelitian ini bertujuan untuk menemukan aksiologi dalam budaya dui’ menre’ pada pernikahan Bugis Bone di Sulawesi Selatan yang masih tetap eksis di tengah-tengah modernisasi sekarang ini, serta untuk mengidentifikasi dan menggambarkan peran tradisi kecil dan tradisi besar di dalamnya. Gambaran dan argumentasi mengenai hal-hal tersebut dilakukan melalui analisis terhadap bentuk, dasar pertimbangan, prinsip-prinsip yang diberlakukan, dan akibat-akibat sosial budaya dalam tatanan kehidupan masyarakat serta pemecahannya.

Diskriminasi terhadap Agama Minoritas

Tesis Friday, 17 June 2011

Judul: Diskriminasi terhadap Agama Minoritas: Studi terhadap Eksistensi Komunitas Tolotang di Amparita Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan

Penulis: Hasse J (CRCS, 2004)

Kata-kata Kunci: Tolotang, diskriminasi agama, agama minoritas, hubungan antaragama, agama dan negara

Abstrak:

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seputar eksistensi dan diskriminasi yang dialami oleh komunitas Tolotang di Amparita. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada faktor internal dan eksternal yang mendukung eksistensi komunitas Tolotang sehingga masih bisa eksis sampai sekarang meskipun berhadapan dengan komunitas mayoritas. (2) Terdapat berbagai macam bentuk diskriminasi yang dialami oleh Tolotang yang berasal dari masyarakat maupun pemerintah.

Dakwah Islam Kultural: Studi atas Apresiasi Kiai Masrur Ahmad Mz terhadap Kesenian Jatilan

Tesis Friday, 17 June 2011

Judul: Dakwah Islam Kultural: Studi atas Apresiasi Kiai Masrur Ahmad Mz (Lahir 1963) terhadap Kesenian Jatilan di Kelurahan Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta 

Penulis: Muh. Hanif (CRCS, 2005)

Kata-kata Kunci: Kiai – Dakwah kultural – Apresiasi Jatilan

Abstrak:


Fokus penelitian adalah 1) Bagaimana bentuk apresiasi Kiai Masrur terhadap Kesenian Jatilan? 2) Mengapa Kiai Masrur melakukan dakwah kultural dalam bentuk apresiasi Jatilan: pemikiran, tujuan dan motif atau kepentingan apa yang melandasinya? 3) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap dakwah kultural dalam bentuk apresiasi Jatilan tersebut?

Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respons Masyarakat Desa Wunga-Sumba Timur terhadap Bencana Alam

Tesis Friday, 17 June 2011

Judul: Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respons Masyarakat Desa Wunga-Sumba Timur terhadap Bencana Alam

Penulis: Jimmy Marcos Immanuel (CRCS, 2010)

Kata-kata Kunci: Marapu, etnoekologi, bencana alam, pemaknaan. respons, dan ritual

Abstrak:


Tulisan ini merupakan kajian atas realitas kehidupan sebuah masyarakat lokal di Sumba, sebuah tempat yang rentan bencana di bagian Timur Indonesia. Selama dua dekade terakhir ini, desa yang bernama Wunga, di Sumba Timur, telah mengalami beberapa fenomena alam yang terlihat membahayakan, seperti hama belalang/ Locusta Migratoria Manilensis (1998-2005), hama rumput Tai Kabala/Chromolina odorata (2006), angin puting beliung (2007), gempa bumi (2007 and 2009), kelaparan (2007), kemarau dan kekeringan ekstrem (hampir setiap tahun), hama katak (2007), dan kebakaran (beberapa kali). Desa ini dianggap sebagai tempat pertama nenek moyang orang Sumba menginjakkan kakinya di daratan. Desa yang dianggap tua ini menghadapi persoalan ekologis yang disebutkan di atas, dan persoalan tersebut dapat dilihat pula sebagai bentuk bencana alam.

Cap Go Meh Celebration for Peoples in Tegal

Tesis Friday, 17 June 2011

Title : Cap Go Meh Celebration for People in Tegal
Author : Khaerul Ummah (CRCS, 2006)
Keywords : Cap Go Meh Celebration, Chinese, Non-Chinese community
Abstract :
This research has a title “Perayaan Cap Go Meh Bagi Masyarakat di Kota Tegal” (Cap Go Meh Celebration for Peoples in Tegal). Cap Go Meh is one of many Chinese celebrations that celebrated in Tegal. This is an interesting issue because Chinese existence in Indonesia. They got different political policies in three decades on existence issue if it based on Chinese political history in Indonesia. Goals of this research are to know Chinese attitude toward that celebration and non-Chinese role to that celebration.To achieve those goals, the author takes various steps. The author collects the data in field by involving in Cap Go Meh celebration to get drawing and knowledge of celebration directly and holistically. Furthermore, the author also collects the data from some people with their own expectation by doing interview to get deep information about the celebration. Secondary data can be collected by library studying focused on not only about traditional Chinese philosophy and religion but Chinese existence history in Indonesia also. Descriptive analysis process is used in this research.
The result of this research stated that not all of Chinese in Tegal have the same attitude to Cap Go Meh celebration. They divided in two groups. First, they still celebrate Cap Go Meh because the celebration is still important for them related to their own ancestor religion and today they still believe it. This group looks different enthusiastic between young and old generation. Old generations focus and enthusiastic on ritual side and young generations focus and enthusiastic on celebration side. The second group is Chinese those are not celebrate Cap Go Meh. In this group, they have two attitudes; they are not celebrate Cap Go Meh absolutely because they have new religion and don’t want to mix their faith today with their ancestor religion, and they are not celebrate Cap Go Meh but accord this as their own ancestor culture which is important to maintain it. Non-Chinese community in Tegal has three roles in this celebration. First, they whose enjoy this celebration as spectator. Second, they whose help and get fee in celebration process. Third, they whose believe part of Chinese traditional religion and take part in ritual side of this celebration.
1…979899100101…190

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju