Berbagi Kiat Lolos Beasiswa LPDP
CRCS UGM – 15 Maret 2020
Awardee LPDP Santri 2019 dan mahasiswa CRCS 2019, Emharis Gigih Pratama, atau biasa dipanggil Ogik, berbagi sejumlah kiat agar bisa lolos beasiswa LPDP dalam paparan berikut ini.
_____________
Jadi begini. Dalam beasiswa LPDP ada tiga tahap seleksi, yaitu 1) seleksi administratif; 2) seleksi berbasis komputer; dan 3) seleksi substansi.
Tidak sulit untuk mengukur kelulusan seleksi tahap pertama, yakni peserta memenuhi syarat administratif yang sudah tercantum (syarat bisa baca sendiri) di situs web LPDP. Ingat batas pendaftarannya dan penuhi seluruh persyaratannya. Di tahap kedua ada tes potensi akademik (yang diselenggarakan dalam kerja sama dengan Bappenas), tes psikologis dan tes menulis esai on the spot seputar isu-isu kekinian dalam batas 250-300 kata. Tes kemampuan akademik bisa dipelajari melalui buku-buku populer TPA. Menulis esai bisa dilatih dengan mengikuti isu-isu terkini dan memperluas wawasan. Kelulusannya mungkin bisa diprediksi karena setelah kita selesai ujian, skor TPA bisa langsung dilihat tak lama setelah ujian selesai.
Seleksi yang paling sulit biasanya adalah seleksi tahap ketiga atau seleksi substansi. Pada tahap ini kelulusan sulit diprediksi. Berikut ini adalah sejumlah kesulitan dan poin-poin yang harus dicapai pada tahap ini.
Proses seleksi tahap ketiga dilakukan dalam dua bagian: pertama, Leadership Group Discussion (LGD); dan kedua, wawancara. Bagian LGD sekarang sudah ditiadakan, tetapi untuk antisipasi kalau saja tiba-tiba diadakan secara mendadak, tidak ada salahnya bersiap-siap juga. Dalam LGD, peserta calon awardee akan dikumpulkan untuk membentuk grup 5 sampai 6 orang dan berdiskusi dengan waktu 15 sampai 30 menit. Di bagian ini ada beberapa poin penilaian penting yang harus dipenuhi saat diskusi berlangsung. Pertama, mengatur alur diskusi. Peserta akan dilihat seberapa besar kemampuannya untuk mengontrol diskusi dan upayakan untuk tidak terlalu mendominasi. Kedua, sikap (attitude). Poin ini biasanya mencankup cara menyampaikan pendapat, mengungkapkan argumentasi, atau bahkan mengambil kesepakatan bersama dalam forum diskusi tersebut. Dalam hal ini, kita harus menghargai pendapat siapapun. Sebisa mungkin hindari kritik yang menjatuhkan peserta lain. Kerja sama dan kolaborasi dengan argumentasi peserta lain akan menjadi poin tambahan.
Bagian kedua, seleksi wawancara. Seleksi ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari tiga orang. Satu orang mengukur psikologi peserta, satu orang mengukur nasionalisme, dan yang terakhir mengukur kemampuan akademik. Tiga poin inilah (Kepemimpinan, Nasionalisme dan Akademik) yang akan menjadi poin utama dalam bagian wawancara dan saling berkaitan satu sama lain.
Ihwal kepemimpinan, biasanya hal-hal yang ditanyakan seputar seberapa lama jam terbang di organisasi kampus atau organisasi-organisasi lain meskipun jam terbang organisasi tidak serta merta berbanding lurus dengan kualitas kepemimpinan. Dalam poin tentang kepemimpinan ini juga akan dilihat cara menjawab atau menyampaikan pendapat.
LPDP juga mengharapkan para awardeenya menjadi orang yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan dapat berkontribusi untuk negara. Dalam poin ini biasanya peserta akan diberi pertanyaan-pertanyaan kasuistik dan diminta memberikan argumentasi dan sikap dalam kasus tersebut. Bisa saja peserta menyampaikan kritik terhadap kebijakan negara, seyogianya kritik itu disampaikan dalam kerangka yang membangun dan mencerminkan semangat nasionalisme.
Poin tentang akademik juga tak kalah penting. Pertanyaan akan berkisar pada latar pendidikan sebelumnya dan mengapa mengambil jurusan yang peserta pilih dan apa rencana penelitian peserta. Peserta diharapkan bisa menjelaskan relevansi antara konsentrasi di jenjang pendidikan sebelumnya dengan jurusan yang peserta ambil, atau relevansi topik penelitian sebelumnya dengan topik rancangan penelitian yang akan peserta lakukan di jenjang pendidikan berikutnya. Untuk menambahkan poin lebih, peserta harus melampirkan karya-karya ilmiah yang pernah dipublikasikan saat mengisi formulir pendaftaran administratif.
Bagi yang hendak meneruskan studi S2 di CRCS UGM, mungkin akan ada kendala khusus seperti latar belakang pendidikan yang berbeda dengan isu-isu yang dikaji di CRCS sehingga peserta akan kesulitan membangun relevansi antara jenjang pendidikan S1 dan CRCS. Ogik, misalnya, lulus S1 dari Ilmu Hubungan Internasional UGM. Karena itu, peserta sebaiknya melakukan mini riset dulu mengenai untuk mengetahui mata kuliah apa yang disediakan, siapa saja staf pengajar yang ada, dan isu-isu apa yang menjadi konsentrasi di CRCS. Mini riset ini berguna untuk membantu peserta dalam membangun relevansi antara jenjang pendidikan sebelumnya dengan jenjang pendidikan yang akan diambil. Mini riset juga membantu peserta untuk membangun argumentasi kenapa memilih CRCS dan apa yang diharapkan peserta ketika memilih CRCS.
Terakhir, karena Ogik merupakan awardee LPDP melalui jalur afirmasi Santri (targeted), Ogik diuji ke-santri-annya. Cara mengujinya mungkin berbeda-beda tetapi harus dipersiapkan. Kebetulan saat itu Ogik hanya disuruh memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Arab. Selain diuji kesantriannya, bagi yang melalui jalur afirmasi santri, peserta akan ditanya apa yang akan dikontribusikan peserta terhadap pesantren setelah lulus kuliah. Hal serupa akan terjadi pada para pemburu beasiswa LPDP jalur afirmasi lain.
Demikian. Tentu saja semua paparan ini tidak mencerminkan pandangan para pengambil keputusan di LPDP. Ia berdasar terutama pada pengalaman pribadi. Pun begitu, semoga ia tetap dapat bermanfaat.