• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Artikel
  • page. 10
Arsip:

Artikel

Telaah Kasus Ahmadiyah di Indonesia

Artikel Thursday, 7 April 2011

Versi PDF  

Prolog

 

Permasalahan terkait Ahmadiyah kembali mengemuka setelah aksi kekerasan terhadap komunitas Ahmadiyah di Cikeusik, Banten, pada awal Februari 2011 lalu. Merespon persoalan ini, beberapa lembaga pemerintah (Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri, dan Mahkamah Agung) menggelar serangkaian diskusi pada akhir Maret 2011, untuk merancang sebuah “keputusan permanen” bagi keberadaan Jemaah Ahmadiyah Indonesia. CRCS turut diundang untuk memberikan pertimbangan terhadap masalah ini. Berdasarkan penelitian yang telah dipublikasi CRCS berupa Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia (2008, 2009,dan 2010), Dr. Zainal Abidin Bagir (Ketua Program Studi CRCS UGM) mengutarakan beberapa analisis masalah dan menyarankan beberapa rekomendasi. Meskipun pemerintah diharapkan mengumumkan keputusan terkait jemaat Ahmadiyah pada awal April lalu, nyatanya hingga saat ini belum juga dilakukan. Artikel ini adalah revisi dari presentasi yang disampaikan oleh Dr. Zainal Abidin Bagir dalam “Diskusi dan Konsultasi” mengenai masalah Ahmadiyah yang diselenggarakan di Departemen Agama, Jakarta pada 22 Maret 2011 yang lalu.

Salam Spesial untuk Tifatul

Artikel Thursday, 7 April 2011

Oleh: Gde Dwitya Arief (Mahasiswa CRCS Angakatan 2009)


Artikel ini menganalisis reaksi Menteri Komunikasi Indonesia,Tifatul Sembiring, ketika bertemu dengan Michelle Obama di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Sebagai seorang Muslim konservatif, Tifatul berkeyakinan bahwa menyentuh anggota tubuh lawan jenis yang bukan istri atau bagian dari keluarganya (bukan muhrim) merupakan perkara haram. Namun, ketika Ibu Negara AS, Michelle Obama, mengulurkan tangan, Tifatul bersemangat menjangkau dan menjabat tangannya. Kejadian itu kemudian mengundang reaksi di Facebook dan Twitter, mengkritik kemunafikan Tifatul.

Relasi Perempuan Sesama Jenis di Pesantren Indonesia

Artikel Wednesday, 6 April 2011

Oleh: Amanah Nurish (Alumni CRCS – Angkatan 2007)


Artikel ini menjelaskan kehidupan perempuan di pesantren-pesantren (sekolah asrama) Indonesia, terutama yang berkaitan dengan isu-isu gender dan seksualitas. Kurikulum dan metode pengajaran yang diadopsi dari budaya Arab terkesan sangat tradisional dan mempengaruhi cara berpikir semua santri (siswa pesantren) dan kyai (pemimpin pesantren). Budaya pesantren masih sangat patriarki, misalnya, santriwati tunduk pada aturan ketat dan perempuan dianggap sebagai makhluk berdosa. Kebanyakan pesantren tidak hanya mengatur tubuh perempuan saja, tetapi juga dorongan seksual mereka. Selain itu, santriwati dipersiapkan untuk menjadi istri saleh bagi laki-laki, bukan pemimpin. Meskipun peraturan ketat diterapkan, tetapi kasus relasi sejenis terjadi di pesantren. Mengingat pandangan Islam tentang seksualitas perempuan dan kekuasaan patriarki, hubungan sejenis yang terjadi antara santriwati di pesantren perempuan (berlokasi di Jawa Timur) dapat diartikan sebagai tindakan perlawanan.

Perbedaan dan Kekerasan

Artikel Wednesday, 6 April 2011

Oleh:Ahmad Syarif H (Mahasiswa CRCS Angkatan 2010)

 

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah salah satu daerah di Indonesia yang sangat plural dengan kondisi masyarakat yang berasal dari berbagai macam latar belakang baik itu suku, etnis, serta agama. Kondisi masyarakat seperti ini di satu sisi merupakan sebuah keuntungan jika dikelola dan diberdayakan dengan baik. Namun di sisi lain jika perbedaan ini tidak dikelola dan diberdayakan dengan baik melalui penanaman nilai-nilai kekeluargaan, toleransi dan kesadaran akan perbedaan, maka kekerasan atau konflik horizontal seperti yang terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia tidak mustahil akan terjadi di negeri serumpun sebalai ini. Untuk menjaga keharmonisan masyarakat plural tersebut, tulisan ini menawarkan dua cara preventif, yakni membina masyarakat melalui pendidikan multicultural dan cara keberagamaan inklusif-pluralis.

Agama dan Pemuliaan Bumi

Artikel Wednesday, 6 April 2011

Oleh: Dian Maya Safitri (Mahasiswa CRCS Angkatan 2009)

Apa yang diramalkan oleh Al-Gore tentang dampak pemanasan global dalam filmnya yang tersohor, Inconvenient Truth, kini benar-benar terjadi. Kebengalan manusia yang selalu ingin menggerus kekayaan bumi telah dijawab oleh alam, salah satunya melalui cuaca ekstrem musim dingin yang melanda Eropa tahun ini. Toh, akhirnya manusia itu sendiri yang rugi.

Menurut Syekh Hussein Nasr (The Problem, 2003), sikap manusia yang ingin mendominasi alam (man’s dominion over nature), ditambah sekularisasi sains dan teknologi modern, telah menghancurkan keteraturan alam. Industrialiasi dan kapitalisasi memperburuk pemanasan global karena menambah polusi udara dan air serta mengganggu keharmonisan ekosistem sekitar. Berawal dari keprihatinan akan krisis lingkungan hidup itulah, para ahli di dunia mulai beramai-ramai berkumpul dan berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah atas pemanasan global dan perubahan iklim. Ternyata tak hanya para ilmuwan dan pemerintah dunia yang peduli dengan isu tersebut. Para pemuka agama juga turut memberikan respons dan mengajak umatnya untuk bersama-sama melakukan aksi nyata demi mengurangi dampak pemanasan global.

Dakwah di Tengah Kebhinnekaan

Artikel Tuesday, 5 April 2011

Oleh:

Ahmad Syarif H (Mahasiswa CRCS Angakatan 2010)

 

Dakwah sebagai salah satu alat untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran sebuah agama memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan keharmonisan, kedamaian dan ketentraman di tengah-tengah masyarakat. Sebagai sebuah instrument yang bertujuan menyampaikan ajaran-ajaran agama kepada masyarakat awam, tidak jarang oleh para juru dakwah (dai, missionaries, dll) hal ini dijadikan sebagai alat untuk memprovokasi masyarakat untuk melakukan hal-hal anarkis sebagai buah dari materi-materi dakwah (proselytizing) yang intolerant dan eksklusif. Sehingga tidak sedikit kasus kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat berawal dari proses dakwah seperti ini.

1…891011

Instagram

Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY