Berita Wednesday Forum
Sumanto Al Qurtuby saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta Wednesday Forum |
Minggu 11 September 2011, Ambon kembali bergolak. Mengingatkan memori kita pada tragedi yang lebih besar pada Januari 1999 silam. Beberapa kajian akademis sebenarnya telah dilakukan untuk mengungkap akar persoalan Ambon. Kebanyakan para peneliti asing memokuskan diri pada aspek sosial, politik, dan ekonomi. Mereka berpandangan persaingan dagang, akses birokrasi dan perebutan lahan menjadi penyebab dari pertikaian yang terjadi di Ambon. Padahal, keberadaan dua komunitas (Muslim versus Nasrani) mengindikasikan kuatnya peran agama dalam konflik tersebut.
Many Catholics in Semarang Archdiocese are not familiar with the basic contents of Catholic social teaching. This is because the sources for the teaching are mostly abstract, dry, unattractive and include challenging topics. This finding revealed by ICRS’ PhD candidate, Joko Wicoyo in his WedForum presentation (21/9/1) entitled ”The Implementation of Roman Catholic Social Teaching in the Semarang Archdiocese”.
According to Wicoyo, the archdiocese, including the bishop and other hierarchy, is concerned with the claim about the Words of God and its role as the witness of the Words of God. In order to overcome worries, they issue basic direction and pastoral letters to strengthen and deepen the faith of Catholic communities in Semarang archdiocese. The basic direction include guidelines and pastoral letters similar to fatwa in the Muslim context. It compiles information from external views of different groups and on this basis it presents summary and discussion. One of the contents is called gandium et spes, which is one of the most important document of the Second Vatican Council. The Gandium et spes announces the duty of the people of God to scrutinize the ‘signs of the times’ in light of Gospel; it represents the opinion of the large majority of the world’s bishop; and it orders the Church’s solidarity with both those who suffer and those who live in comfort.
Terdapat perbedaan pandangan antara korban dengan para relawan terhadap bencana alam meski mereka memeluk agama yang sama. Korban cenderung melihat bencana sebagai takdir Tuhan. Sementara relawan memandang bencana sebagai kompleksitas humanis. Perbedaan ini berimbas pada relasi korban dengan relawan dalam proses penanganan dan penanggulangan bencana.
Pernyataan di atas disampaikan Dr. Siti Samsiyatun dalam Wednesday Forum CRCS-ICRS 16 November 2011 dengan presentasi ‘Merengkuh Merapi dengan Iman’ yang didasarkan pada penelitiannya di beberapa daerah di Yogyakarta yang terkena erupsi Gunung Merapi 2010 lalu.
Pergulatan ideologi transnasional di tengah kebebasan politik menyisakan dilema tersendiri. Salah satu gerakan transnasional yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah Hizbut Tahrir yang masuk ke Indonesia pada 1980-an melalui kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Mereka menyuarakan penentangan terhadap sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, berusaha membebaskan masyarakat (muslim) dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir serta kampanye massif penegakkan Daulah Khilafah Islamiyah.