• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Pluralism Researches
Arsip:

Pluralism Researches

Serial Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia: Politik Lokal dan Konflik Keagamaan

Book ReviewHeadlineNewsPluralism Researches Thursday, 17 November 2016

desain-tanpa-judul“Laporan ini menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, Pilkada turut berperan dalam terciptanya struktur kesempatan politik yang memungkinkan mobilisasi dan peran kekuatan-kekuatan sosial yang mengusung ideologi intoleran.”

Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia ini mengkaji peran pilkada sebagai struktur kesempatan politik bagi menguatnya konflik atau kekerasan keagamaan. Tanpa bermaksud mendelegitimasi Pilkada langsung, Laporan ini mengulas tiga kasus kekerasan terkait hubungan antar dan intra-agama. Ketiga kasus ini dihadirkan untuk memberi ilustrasi pentingnya mengantisipasi efek samping dari Pilkada terhadap situasi keragaman agama di Indonesia.
Ketiga Kasus tersebut adalah kekerasan terhadap Masjid Ahmadiyah dan beberapa gereja di Bekasi (Jawa Barat), kekerasan terhadap penganut Syiah di Sampang (Jawa Timur), dan sengketa pembangunan Masjid Nur Musafir di Kelurahan Batuplat, Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur). Ketiga kasus ini dipilih untuk memberikan ilustrasi tentang pentingnya memperhatikan Pilkada sebagai masa kritis yang bisa menentukan pola hubungan antar-agama.
Dengan demikian, bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai peta permasalahan terkait kehidupan beragama, beberapa karakternya, dan peluang-peluang atau cara-cara konstruktif untuk menanggapinya. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa sesungguhnya selama 15 tahun terakhir ini, ada beberapa jenis isu utama yang muncul secara konsisten. Misalnya, sementara kekerasan komunal berskala besar cenderung menurun secara tajam, namun kekerasankekerasan sporadis yang terkait dengan “penodaan agama” atau isu pembangunan rumah ibadah tampak makin intens; isu lain yang kerap muncul sebagai akibat demokratisasi adalah menguatnya wacana pro-kontra terkait pembuatan kebijakankebijakan publik, baik pada tingkat nasional maupun lokal.
Laporan ini bisa diunduh: http://wp.me/P5Fa8A-4P

Mutiara Terpendam Papua: Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian

Book ReviewHeadlineNewsPluralism NewsPluralism Researches Friday, 24 July 2015

Ahmad Khotim Muzakka*

IMG_20151216_113719Penulis Buku: Budi Asyhari-Afwan
Penerbit : CRCS-UGM
Tahun terbit : Januari 2015
Halaman : 86
Harga : Rp. 25.000

Download Mutiara Terpendam Papua

Buku bertajuk Mutiara Terpendam Papua, Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian di Tanah Papua karya Budi Asyhari-Afwan ini mengajak pembaca untuk melihat persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat Papua. Staf peneliti di Divisi Riset dan Data Center CRCS UGM ini, dalam kata pengantarnya, memfokuskan kajiannya kali ini pada kekayaan budaya suku-suku bangsa di Papua. Satu hal yang, menurut penulis buku ini, jarang ditempuh oleh peneliti dalam konteks Papua karena, selama ini, Papua hanya dilihat dari kacamata politik, konflik, dan sumber daya alamanya semata.

Praktek Pengelolaan Keragaman di Indonesia, Kontestasi dan Koeksistensi

Book ReviewNewsPluralism NewsPluralism Researches Tuesday, 7 July 2015

IMG_20151216_113947Problem keragaman seperti konflik rumah ibadah dan intoleransi selama ini seringkali dipahami sebagai akibat dari menguatnya radikalisme keagamaan. Namun tulisan-tulisan dalam buku ini memberikan gambaran yang berbeda. Secara umum relasi antar kelompok identitas ditempatkan dalam dua bentuk: kontestasi dan koeksistensi. Istilah kontestasi digunakan untuk menunjukkan bahwa konflik-konflik sosial keagamaan yang belakangan banyak terjadi tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial politik di Indonesia yang menunjukkan menguatnya perebutan kendali atas ruang publik oleh kekuatan-kekuatan sosial di Masyarakat. Untunglah kontestasi ini bukanlah gambaran tunggal: beberapa tulisan dalam buku ini mengangkat tradisi di masyarakat plural yang menjadi mekanisme pengelolaan keragaman secara damai atau dapat disebut koeksistensi. Kedua jenis relasi ini diharapkan dapat membuka jendela untuk mengeksplorasi ragam praktik pengelolaan keragaman di Indonesia secara jernih dan bernuansa.

Seri Bibliografi tentang Kehidupan Beragama di Indonesia: Penyesatan dan Penodaan Agama di Indonesia (2001-2011)

Pluralism Researches Tuesday, 26 June 2012

Laman ini menampilkan rekam bibliografi tentang kehidupan beragama di Indonesia, dengan tema penyesatan dan penodaan agama di Indonesia yang berasal dari sumber koran, majalah, buku, jurnal ilmiah, skripsi maupun tesis. Sebagian besar bibliografi, tersedia link akses artikel penuh.
Wacana penyesatan dan penodaan agama niscaya terjadi di semua agama. Wacana tersebut merepresentasikan problem intra agama di mana kelompok mainstream menyesatkan kelompok lain yang berbeda tapi masih dalam satu agama atau memiliki kesamaan sebagian tradisi keagamaan dengannya. pemberlakuan undang-undang no. 1/PNPS/1965 memiliki banyak kelemahan salah satunya karena dikriminatif. Pada umumnya kelompok yang dituduh sesat selalu merupakan kelompok kecil di tengah masyarakat dengan pandangan keagamaan mainstream.
Selama tiga tahun (2008, 2009, 2010) CRCS berturut-turut merekam kasus-kasus penistaan dan penodaan agama, silahkan lihat laporan tahunan:
Peraturan Perundang-undangan dan Fatwa MUI

Bibliography Database Series on Religious Life in Indonesia: Inter Religious Dialogue in Indonesia

Pluralism Researches Tuesday, 26 June 2012

In general, the religious community in Indonesia was able to portray itself as powerful in strengthening cohesion, developing peace, and contributing to a constructive form of social criticism. But on the other hand some religious groups still played a role in acting destructively and igniting conflict.
Efforts to strengthen the cohesion of society were put into practice both communally and as initiated by individuals, as well as through government.
At government level, inter-religious encounters were actively facilitated by the Ministry of Religious Affairs through several institutions, such as the Center for Religious Harmony. Perhaps less widely known is that the Ministry of Foreign Affairs through the Directorate of Public Diplomacy participated actively in initiating inter-religious dialogue, mostly at regional and international levels. The dialogue involves not only religious leaders but also young people, academics, and the media, in international meetings in Indonesia or abroad. In 2009 the Directorate participated in forums such as the fifth Asia Pacific-level inter-religious dialogue meeting held in Australia; the Asia-Europe Meeting (in the ASEM context), also the fifth, held in Seoul; bilateral inter-religious dialogue with Austria and Russia; and the high-level Alliance of Civilizations meeting, which is a UN initiative, held in Turkey. It must be acknowledged that the Directorate of Public Diplomacy was established in 2002 (and began inter-religious dialogue in 2004), partly in the shadow of global concerns over religion-based violence after the events of 9/11 (2001) in the U.S. and the 2002 Bali bombings. After operating for over five years, it is now important to evaluate the impact of its activities. This includes the fundamental question of whether the paradigm of the dialogues it sponsored, formed partly in response to the above global concerns and accusations of Indonesia as a node in a terrorism network, is still appropriate or needs to be modified to be more constructive, and whether its activities should move beyond simply a showcase of the so-called Indonesian religious harmony.
At the local community level, 2009 manifested many positive examples of inter-community relations.
BOOKS

Bibliography Database Series on Religious Life in Indonesia: New round of Prevention of Terrorism

Pluralism Researches Tuesday, 26 June 2012

Since the Bali bombing attacks in 2002, terrorism, especially those involving Muslim perpetrators and done with islamic motivation associated with them, became one of the issues that characterize the religious life of Indonesia. Measures to deal done fairly systematically. In this regard, the Indonesian police often gets credit for the success they catch the perpetrators and the people in this terrorist network. Condemnation of the bombers came from many religious leaders and community organizations. Although there appears to be a tendency to decrease the number of cases, terrorism obviously has not disappeared from Indonesia.

123…5

Instagram

Since the end of 19th century, the Catholic Church Since the end of 19th century, the Catholic Church has conducted missionary activities among the Javanese in Muntilan, Indonesia, establishing it as the first Catholic mission site in Java. The missionary work not only impacted the Javanese but also the Chinese descendants in Muntilan. The conversion of the Chinese to Catholicism in sparked debates among the Chinese community, who perceived it as a contributing factor to the abandonment of Chinese characteristics. This contest leads to the dynamic and diverse identities of Chinese Catholics within the community, as Chinese characteristics and Catholic faith mutually influence each other.

Come and join the #wednesdayforum discussion with @astridsyifa at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to brong your tumbler. This event is free and open to public
Selamat kepada peserta terpilih!!! Ada namamu di s Selamat kepada peserta terpilih!!!
Ada namamu di situ?

😎

peserta terpilih akan dihubungi oleh panitia
yoohoooo... are you waiting for this announcement? yoohoooo...
are you waiting for this announcement?

#studentexchange #religiousstudies #kaburajadulu
Setiap bahasa punya pendekatan dan penyebutan berb Setiap bahasa punya pendekatan dan penyebutan berbeda untuk menamai "pendidikan". Bahasa Arab membedakan antara tarbiyah, ta'lim, tadris, dan ta'dib ketika berbicara tentang "pendidikan". Sementara itu, bahasa Inggris memaknai "pendidikan" sebagai educare (latin) yang berarti 'membawa ke depan'. Jawa memaknai pendidikan sebagai panggulawênthah, 'sebuah upaya mengolah', dan upaya untuk mencari pendidikan itu disebut sebagai "ngelmu", bukan sekadar mencari melainkan juga mengalami. Apa pun pemaknaannya, hampir semua peradaban sepakat bahwa pendidikan adalah kunci untuk memanusiakan manusia.
Load More Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju