Title | : | Ritual and Power: A Case Study of the Muludan Ritual in The Kanoman Sultanate |
Author | : | Mohamad Yusuf (CRCS, 2005) |
Keywords | : | the Muludan ritual, political power, traditional power, religious power and the Kanoman Sultanate |
Abstract | ||
This thesis is based on a fundamental question, is there any relationship between practicing the Muludan ritual and seeking power by the Kanoman Sultanate? The Muludan ritual has a uniqueness not exhibited by the other rituals. It is a ritual that is conducted by the Sultan’s family, and over one thousand people are involved in it. I assume that the Muludan ritual is used to regain power for the Sultan over the lay people.This research requires two steps: literature research and field research. I conducted field research after completing the literature study. I interviewed several people with different backgrounds and dissimilar relationships to the ritual, these included the family of the Sultan in order to know their motives for conducting the ritual and their vision of the role of the Kraton in taking part in the development of Indonesian society. I also interviewed several Islamic scholars (Ulama) in order to know the influence of the Islamic tradition in the Cirebon Sultanate and its rituals, and how Islamic teachings view the Muludan ritual. The Muludan tradition can be understood as the Islamic cultural system because the ceremony is done based on the knowledge, the belief, norm and the moral value of Islamic teachings. People believe that by following the ritual, they will get the God blessing (Ngalap Berkah) and Shafa’at as it is appointed in the Quran and the Hadith. In the context of Muludan ritual in the Kanoman Sultanate, however, the theories that are used in this thesis can be effectively implemented in terms of socio-cultural relationship between the Sultan and the people during the event of the Muludan ritual. |
Tesis
Judul: Kelenteng, Agama, dan Identitas Budaya Masyarakat Cina: Studi Kasus pada Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang
Penulis: Fahmi Prihantoro (CRCS, 2006)
Kata-kata Kunci: identitas, sejarah, masyarakat Cina, kelenteng
Abstrak:
Kelenteng dikenal sebagai tempat ibadah bagi masyarakat Cina yang beragama Tri Dharma (Taoisme, Buddhisme, Konfusionisme). Kelenteng merupakan bagian yang penting dalam kajian tentang kebudayaan masyarakat Cina. Penelitian ini berusaha mengungkap keberadaan kelenteng dan identitas budaya masyarakat Cina. Apakah terjadi perubahan orientasi keagamaan di Kelenteng Tay Kak Sie, serta apakah kelenteng Tay Kak Sie sebagai hasil budaya materi dengan segala aktivitas di dalamnya dapat menegaskan identitas budaya masyarakat Cina?
Judul: Diskriminasi terhadap Agama Minoritas: Studi terhadap Eksistensi Komunitas Tolotang di Amparita Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan
Penulis: Hasse J (CRCS, 2004)
Kata-kata Kunci: Tolotang, diskriminasi agama, agama minoritas, hubungan antaragama, agama dan negara
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seputar eksistensi dan diskriminasi yang dialami oleh komunitas Tolotang di Amparita. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada faktor internal dan eksternal yang mendukung eksistensi komunitas Tolotang sehingga masih bisa eksis sampai sekarang meskipun berhadapan dengan komunitas mayoritas. (2) Terdapat berbagai macam bentuk diskriminasi yang dialami oleh Tolotang yang berasal dari masyarakat maupun pemerintah.
Judul: Politik Identitas: Studi Kasus Masyarakat Hindu Kaharingan di Palangka Raya Kalimantan Tengah
Penulis: I Nyoman Sidi Astawa (CRCS, 2006)
Kata-kata Kunci: Politik, identitas, Hindu, Kaharingan
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan politik identitas masyarakat Hindu Kaharingan. Gambaran tentang politik identitas dilakukan dengan menganalisis proses pencarian bentuk identitas yang mereka inginkan sejak Orde Lama sampai Era Reformasi. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan menganalisis pembentukan identitas masyarakat Hindu Kaharingandan hubungannya dengan konflik yang terjadi antara masyarakat Hindu Kaharingan dengan masyarakat Hindu Dharma (Bali).
Judul: Masyarakat Toleran: Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik (Studi Kasus Perilaku Politik Umat Islam Jekulo Kudus Pasca Orde Baru)
Penulis: Achmad Ta’yudin (CRCS, 2005)
Kata-kata Kunci: muslim taat, budaya demokrasi, partisipasi politik, budaya toleran
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku politik masyarakat Islam di Kecamatan Jekulo Kudus pada Pemilu 1999 dan 2004, di mana partai-partai Islam dengan kecenderungan religiusitas masyarakat yang tinggi menuai kekalahan telak. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, “Kenapa masyarakat Islam Jekulo yang mempunyai tingkat religiusitas relatif tinggi, enggan untuk memilih partai-partai politik yang mengadopsi Islam sebagai pijakan ideologinya”. Pertanyaan menarik tersebut menjadi fokus penelitian ini.
Judul: Teologi Sukses Dan Spiritual Capital: Kajian terhadap Teologi Sukses Gereja Bethany Indonesia – Surabaya dari Perspektif Spiritual Capital dalam Konteks Indonesia
Penulis: Cindy Quartyamina Koan (CRCS, 2008)
Kata-kata Kunci: Gereja Bethany Indonesia, teologi sukses dan spiritual capital
Abstrak:
Gereja Bethany Indonesia merupakan perwujudan organisasi gereja sukses di Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Kesuksesan yang ditampilkan Gereja Bethany Indonesia berakar dalam kisah perjalanan kehidupan seorang Abraham Alex Tanuseputra sebagai tokoh utama pendiri Bethany dan pencetus slogan Successful Bethany Families. Tampilan kesuksesan Gereja Bethany Indonesia sejatinya tidaklah terbatas dalam ranah pelayanan kerohanian yang atraktif melainkan meluas mencakup pelayanan dengan orientasi pemenuhan kebutuhan hidup lainnya seperti finansial, pendidikan, kesehatan, hiburan, pekerjaan, termasuk keterlibatan aktivitas ekonomi di antaranya periklanan produk, serta perdagangan barang dan jasa. Suguhan pelayanan demi pelayanan tersebut yang menjadi magnet sehingga berhasil menarik perhatian bahkan keterlibatan umat Kristiani. Umat yang beralih status menjadi anggota jemaat Gereja Bethany Indonesia itulah indikator penentu kesuksesan Gereja Bethany Indonesia.