Title | : | Asceticism (Experiences and Thoughts of Abu Hamid Al-Ghazali and Francis of Assisi)A. Kemal Riza (CRCS, 2005) |
Author | : | A. Kemal Riza (CRCS, 2005) |
Abstract | ||
This thesis analyzes the detail of the concept of asceticism through the life and thought of two prominent persons of medieval period from different religious tradition in order to the relevance of asceticism and its applicability today. Abu Hamid al-Ghazali is an outstanding personality in the history of Islam who embarks on his mystical endeavor as an ascetic. Likewise, Francis of Assisi shocked the establishment of Catholic Church with his sheer asceticism. This comparative research is important because so many people nowadays consider asceticism, which was a religious virtue, no longer contextual. At the very least, they demand reinterpretation and redefinition. This belief is understandable at the first glance because the simple definition of asceticism is otherworldliness. However, when analyzed thoroughly, it turned out that asceticism has many configurations, gradations, and nuances.This thesis is a library-based research. The main source is writings in form of biographical accounts and thoughts of the aforementioned persons. The comparison of the two persons is conducted by comparing the history of Islam in the East and its counterpart in Christian West. Likewise, their ideas on asceticism are discussed in the framework of their history. The findings then are analyzed to determine the relevance of asceticism and its application today in the Indonesian context. This thesis discovers that as a phenomenon in almost all religions, distinctions can be made between one tradition to another. Such an assertion is also valid in case of al-Ghazali and Francis of Assisi. On the other side of story, like any history of ideas, external factor is contributory to the outcome. Thus, al- Ghazali’s and Francis of Assisi’s religious experience and social and political situations contribute dearly in shaping their ascetical concept and practice. It is no surprise that many scholars nowadays are on the opinion of the obsoleteness of asceticism, or at least they recommend different kind of asceticism. Nonetheless, there are minimal similarities among religions on asceticism. Moreover, modern humankind is now facing social and political situations in which asceticism grew at the first instance. To cut story short, asceticism remains relevant today. For this regard, al-Ghazali and Francis of Assisi had proposed solutions by practicing different gradations of asceticism depending on own situation and potential. |
Tesis
Judul: Pandangan tentang Keselamatan Ahl al-Kitab dalam Tafsīr Al-Marāghī
Penulis: Nafis Irkhami (CRCS, 2005)
Kata-kata Kunci: Al-Maraghi, Tafsīr al-Maraghī, ahl al-kitāb, keselamatan
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang pandangan keselamatan ahl al-kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, dalam tafsir al-Maraghi. Penelitian tesis ini sepenuhnya didasarkan pada penelitian kepustakaan (library research). Sumber utama yang menjadi obyek penelitian adalah kitab Tafsīr al-Maraghī karya Syaikh Ahmad al-Maraghi. Selanjutnya hasil penelitian dirumuskan dan dianalisis melalui analisis isi (content analyze). Metode penulisan tesis ini melibatkan penggunaan indeks ayat al-Qur’an (concordance), pembacaan yang teliti atas teks ayat dan pengkajian penafsiran al-Maraghi atas ayat-ayat yang berkaitan. Beberapa ayat dikumpulkan dengan merujuk pada frase-frase yang menunjuk secara langsung kepada kaum Yahudi dan Nasrani maupun merujuk pada frase-frase yang tidak secara langsung menunjuk pada dua komunitas ini. Setelah dikumpulkan, ayat-ayat yang berkaitan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan gagasan yang dikandungnya. Kelompok pertama terdiri dari ayat-ayat yang berbicara tentang apresiasi al-Qur’an terhadap komunitas agama tersebut, baik apresiasi positif maupun negatif. Kelompok kedua merupakan ayat-ayat yang memuat konsekuensi logis dari kedua bentuk apresiasi tersebut, yaitu tentang keselamatan dan ketidakselamatan bagi mereka. Langkah selanjutnya adalah menemukan ayat-ayat tersebut dalam Tafsīr al-Maraghī dan menganalisis bagaimana al-Maraghi menafsirkannya.
Judul: Peace and Dialogue: Kajian Sosiologi terhadap Dialog dan Inisiatif Damai di Ambon 1999 – 2004
Penulis: Yance Zadrak Rumahuru (CRCS, 2005)
Kata-kata Kunci: Pertikaian dialog, komunitas sosial
Abstrak:
Tesis ini mengusung tema besar Dialog dan Perdamaian (Peace and Dialogue) dalam konteks komunitas-komunitas sosial (umat beragama) di Ambon yang dikaji melalui pendekatan sosiologi. Penelitian ini bertujuan pertama, mendeskripsikan bagaimana cara pihak-pihak yang bertikai dalam konflik komunal di Ambon membangun dialog dan upaya perdamaian. Kedua, memberikan pemetaan mengenai proses dialog dan upaya perdamain yang dilakukan oleh pemerintah dan kelompok-kelompok mesyarakat selama pertikaian di Ambon. Patut disebutkan bahwa pewacanaan mengenai Maluku selama pertikaian, cenderung dilakukan dalam bentuk dikotomi dan konfrontasi antarkomunitas umat beragama yang saling menghujat, membunuh dan mencari pembenaran masing-masing atau pengungkapan aspek kekerasan dari konflik dibanding pengungkapan berbagai fakta tentang upaya kelompok-kelompok masyarakat dan pemerintah membangun dialog dan perdamaian.
Judul: Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara
Penulis: Samsi Pomalingo (CRCS, 2004)
Kata-kata Kunci: BKSAUA, dialog, pembebasan dant tanggungjawab global
Abstrak:
Tesis ini menggambarkan dan menganalisis peran Badan Kerjasama Antarumat Agama (BKSAUA) dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh organisasi ini telah ikut serta membangun dan menjaga citra kerjasama dan kerukunan umat beragama di daerah itu. Sebagai lembaga keagamaan yang kepengurusannya berasal dari perwakilan lima agama yang diakui oleh pemerintah, organisasi ini dibentuk pula di tiap-tiap wilayah dari tingkat propinsi sampai pada tingkat desa. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang aman, rukun dan damai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji bagaimana model-model kegiatan dan dialog antarumat beragama di Manado.
Title | : | Usury in Judaism and Islam |
Author | : | Asrofi Hilal, S.Ag (CRCS, 2004) |
Keywords | : | usury, financial interest, loan, justice, and injustice. |
Abstract | ||
The concept of usury has a long historical life, throughout most of which it has been understood to refer to the practice of charging financial interest in excess of the principal amount of a loan, although in some instances and more especially in more recent times, it has been interpreted as interest above the legal or socially acceptable rate. The problem is that usury practice is a phenomenon which has been a kind of cancer which undermine society. The practice of usury has always posed a problem. As we have seen, usury has now penetrated every sphere of the society we live in. In addition, usury is a topic which modern people have almost entirely forgotten, and which I do not find mentioned comprehensively in any books on Economics. This thesis aims at drawing the fact that since Islam and Judaism stands for absolute justice, usury which is the result of exchange between money and money is definitely the root cause for injustice and hence forbidden. To reach the aim is conducted through normative –theological approach. It means the researcher tries to explain how the main scriptures of Judaism and Islam stipulate the usury supported by views of scholars of both religions. The method is library research. The primary result of the thesis is, that based on the main sources of either Judaism or Islam, the criticism of usury in Judaism has its roots in several Biblical passages and in Islam in which the criticism of usury was well-established during the Prophet Muhammad’s (peace be upon him) life and reinforced by various of his teachings in the Holy Qur’an. Besides, this study finds out the fact that usury is exploitative and has resulted in increasing inequalities in the distribution of income and wealth among the people. |
Judul: Dialog Antaragama dalam Diplomasi Publik Indonesia: Peran Departemen Luar Negeri Indonesia dalam Dialog Antaragama
Penulis: Novita Rakhmawati (CRCS, 2009)
Kata-kata Kunci: agama, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, diplomasi, diplomasi publik, dialog antaragama, Indonesia, Departemen Luar Negeri
Abstrak:
Dalam era globalisasi terutama paska Perang Dingin dan tragedi 11 September 2001, kajian mengenai peran agama dan aktor agama dalam hubungan internasional mengalami peningkatan (Haynes, 2007; Thomas, 2005; Petito and Hatzopoulos, 2003; Dark, 2000). Agama menjadi sebuah tema kebijakan intermestik (internasional dan domestik), yaitu apabila sebuah kebijakan melibatkan agama maka kebijakan tersebut dipengaruhi oleh faktor internasional dan domestik (Duncan, 2006, Kegley and Wittkopf, 2001). Dalam konteks Indonesia, penelitian yang telah ada cenderung mengkaji peran Islam dalam politik luar negeri Indonesia (Perwita, 2007; Sukma, 2003). Namun, kajian mengenai dialog antaragama dalam diplomasi Indonesia, khususnya dalam diplomasi publik adalah sebuah perkembangan terbaru. Penelitian ini akan mengkaji aktivitas dialog antaragama dalam diplomasi publik Indonesia.