• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • page. 8
Arsip:

Tesis

Perayaan Tahun Baru Imlek di Masjid

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul: Perayaan Tahun Baru Imlek di Masjid: Pembauran melalui Konversi Agama dan Kontestasi Identitas 

Penulis: Ubed Abdilah S (CRCS, 2005)

Abstrak:

 

Penelitian tesis ini terfokus pada kelompok minoritas dari kelompok minoritas di Indonesia, yaitu kelompok muslim Tionghoa, yang ada di Indonesia. Pasca Reformasi 1998 yang meruntuhkan kekuasaan rezim Orde Baru dan maraknya protes serta berkembangnya praktek demokrasi, tiba-tiba minoritas Tionghoa di Indonesia menjadi sorotan dan pusat perhatian. Kerusuhan Mei 1998 yang dianggap sebagai kerusuhan terburuk terhadap minoritas Tionghoa di Indonesia dalam beberapa hal telah membuka kesadaran masyarakat Indonesia dan toleransi yang lebih terbuka. Pemerintahan pasca Soeharto mulai mengubah kebijakan politisnya terhadap minoritas Cina yang berimbas pada kebijakan kultural. Hal yang pertama dilakukan adalah perkenan pemerintah bagi masyarakat Tionghoa untuk merayakan Tahun Baru Tionghoa (Imlek) secara terbuka. Kebijakan ini dilanjutkan dengan mereduksi beberapa Undang-Undang yang dianggap membatasi dan mendiskriminasi warga Tionghoa di Indonesia meski dalam hal status keagamaan (agama Konghucu) belum dituntaskan seperti yang diharapkan.

Teologi Pembebasan dalam Penafsiran Al-Quran

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul: Teologi Pembebasan dalam Penafsiran Al-Quran (Perspektif Farid Esack tentang Kerjasama Antaragama Melawan Ketidakadilan) 

Penulis: Erik Sabti Rahmawati (CRCS, 2006)

Kata-kata kunci: Teologi pembebasan, penafsiran al-Qur’an, Kerjasama antaragama.

Abstrak:

 

Penelitian ini berusaha menjawab tiga persoalan berkaitan dengan ide-ide Farid Esack, (1) bagaimana Farid Esack mengaplikasikan prinsip-prinsip liberation theology dalam upaya menafsirkan al-Qur’an? (2) bagaimana pandangan Esack tentang pluralisme agama dan kerjasama antarumat beragama? (3) mengapa Esack mengumandangkan pendapatnya tentang pluralisme agama dan kerjasama antarumat beragama dalam al-Qur’an?

Dialog Antariman di Tingkat Akar Rumput

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul: Dialog Antariman di Tingkat Akar Rumput: Sebuah Studi Kasus tentang Program-Program Pemberdayaan Dialog Antariman di Jawa Timur

Penulis: Siti Sarah Muwahidah (CRCS, 2007)

Kata-kata Kunci: dialog antariman, pemberdayaan, akar rumput, identitas agama

Abstrak:

 

Dialog antariman umumnya digunakan dalam membangun perdamaian dan pengertian antar kelompok-kelompok agama. Swidler (2000) mengatakan bahwa program antariman tidak bisa hanya dilaksanakan oleh kaum akademisi dan elite agama. Ide dan problem dari komunitas akar rumput haruslah disuarakan dan didengar. Program-program semacam ini harus dilakukan di ketiga tingkatan: akademisi, pemimpin agama, dan masyarakat akar rumput, atau program tersebut akan gagal. Dalam tesis ini, saya melaporkan hasil riset lapangan saya di sebuah dusun kecil di Jawa Timur, Banyu Urip, di mana masalah kepemilikan tanah menjadi common ground (dasar) terlaksananya kerjasama antariman. Saya meneliti upaya pemberdayaan antariman yang dimulai oleh sekelompok aktivis Katolik pada tahun 1997. Program ini berhasil mendukung warga dusun mengklaim hak atas tanah mereka. Menurut Paul Knitter (1995), kerjasama antariman di level akar rumput niscaya akan memunculkan dialog antariman. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tesis ini adalah: apakah dialog yang mengikuti kerjasama antariman di Banyu Urip bisa dinyatakan sebagai dialog antariman? Dan apa signifikansi program antariman di Banyu Urip?

Dialog Antaragama dalam Diplomasi Publik Indonesia

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul: Dialog Antaragama dalam Diplomasi Publik Indonesia: Peran Departemen Luar Negeri Indonesia dalam Dialog Antaragama

Penulis: Novita Rakhmawati (CRCS, 2009)

Kata-kata Kunci: agama, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, diplomasi, diplomasi publik, dialog antaragama, Indonesia, Departemen Luar Negeri

Abstrak:

 

Dalam era globalisasi terutama paska Perang Dingin dan tragedi 11 September 2001, kajian mengenai peran agama dan aktor agama dalam hubungan internasional mengalami peningkatan (Haynes, 2007; Thomas, 2005; Petito and Hatzopoulos, 2003; Dark, 2000). Agama menjadi sebuah tema kebijakan intermestik (internasional dan domestik), yaitu apabila sebuah kebijakan melibatkan agama maka kebijakan tersebut dipengaruhi oleh faktor internasional dan domestik (Duncan, 2006, Kegley and Wittkopf, 2001). Dalam konteks Indonesia, penelitian yang telah ada cenderung mengkaji peran Islam dalam politik luar negeri Indonesia (Perwita, 2007; Sukma, 2003). Namun, kajian mengenai dialog antaragama dalam diplomasi Indonesia, khususnya dalam diplomasi publik adalah sebuah perkembangan terbaru. Penelitian ini akan mengkaji aktivitas dialog antaragama dalam diplomasi publik Indonesia.

Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul: Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara

Penulis: Samsi Pomalingo (CRCS, 2004)

Kata-kata Kunci: BKSAUA, dialog, pembebasan dant tanggungjawab global

Abstrak:

 

Tesis ini menggambarkan dan menganalisis peran Badan Kerjasama Antarumat Agama (BKSAUA) dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh organisasi ini telah ikut serta membangun dan menjaga citra kerjasama dan kerukunan umat beragama di daerah itu. Sebagai lembaga keagamaan yang kepengurusannya berasal dari perwakilan lima agama yang diakui oleh pemerintah, organisasi ini dibentuk pula di tiap-tiap wilayah dari tingkat propinsi sampai pada tingkat desa. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang aman, rukun dan damai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji bagaimana model-model kegiatan dan dialog antarumat beragama di Manado.

Basis Humanisme bagi Dialog Antaragama

Tesis Wednesday, 15 June 2011

Judul : Basis Humanisme bagi Dialog Antaragama: Menuju Transformasi Paradigmatik “Teologi Humanis
Penulis : Ibnu Mujib (CRCS, 2004)
Abstrak
Secara tidak disadari kita sering memaksakan suatu idealisme tertentu untuk berlaku seimbang bersama dalam proses realitas kehidupan. Hal ini terlihat dari berbagai pernyataan apologetics yang sering muncul dari para pemuka agama terkait ketika menghadapi persoalan-persoalan konflik, kekerasan yang melanda dunia akhir-akhir ini. Pernyataan yang sering muncul di antaranya adalah bahwa agama telah mengajarkan perdamaian, kasih sayang dan hidup yang baik, lalu yang menjadi kegelisahan akademik bagi saya bahwa klaim-klaim kekerasan dan pembunuhan selalu dialamatkan pada oknum-oknum yang menyalahgunakan agama untuk kepentingan sendiri atau kelompok. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah sudah layakkah argumen apologetics ini menjadi pijakan bagi nalar akademis sebuah studi agama?
Seiring dengan pertanyaan ini, praktek pemaknaan status “agama” di hadapan manusia selalu diletakkan dalam tempat yang jauh di sana, tersendiri dan suci seolah merupakan entitas yang ada di luar manusia. Padahal agama yang riel adalah yang dihayati oleh pemeluknya. Agama konkrit adalah agama yang dikenal dalam sejarah, yang kental diwarnai oleh konflik, penindasan dan kekerasan. Sikap apologetik inilah, diakui atau tidak terbentuk dari sikap yang kurang terbuka (less open minded) terhadap apa yang telah kita miliki.
Kebutuhan akan penerapan sistem dialog terhadap kurangnya keterbukaan dan berkembangnya sikap apologetik ini, menjadi skala prioritas dalam diskursus tesis ini. Tidak berhenti di sini, tesis ini justru ingin meletakkan dasar humanisme sebagai entitas yang sering mengadakan persinggungan secara diametral dan antagonistic –dalam dialektika sejarahnya– dengan agama, sebagai fondasi yang paling mendasar bagi dialog agama-agama. Resistensi antara dua kutub ini, bila dihadapkan secara non-antagonistik, terlebih lagi ada bagian tertentu dari agama yang disinggung dengan pendasaran antropologi sosial (social anthropology), maka, diakui atau tidak, bentuk-bentuk resistensi ini akan melahirkan pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, di antaranya adalah pembebasan, keadilan, hilangnya diskriminasi, dan lain-lain. Dengan demikian, bentukan ini akan memberikan motivasi pada pengakuan terhadap martabat dan nilai setiap manusia secara individu, serta semua usaha untuk memajukan semua kemampuannya secara penuh, juga sebagai sebuah sikap rohani yang terarahkan untuk menghargai existensi orang lain.
Pendasaran yang diajukan dalam mempertemukan dua kutub ini adalah “antroporeligius” yang mana kerangka ini didasarkan atas gabungan interaktif antara pendekatan antropologi dengan agama. Pendekatan antropologi dalam konteks ini, –jika kita merujuk pengalaman antropologi Clifford Geertz dalam antropologi budaya kehidupan Jawa– ia melihat agama sebagai fakta budaya, bukan semata-mata sebagai ekspresi kebutuhan sosial atau ketegangan ekonomi –meskipun hal-hal ini juga diperhatikan– melalui simbol, ide, ritual, dan adat kebiasaannya. Melalui pemaknaan inilah, hal ini mengindikasikan adanya perubahan secara konvensional yang telah digambarkan Geertz sebagai perubahan dari “struktur” kepada “makna”. Perubahan serupa ini bisa dikatakan sebagai runtuhnya “fungsionalisme struktural”. Saya melihat dialog agama-agama membutuhkan kerangka konseptual seperti ini, yaitu perubahan dari tatanan “struktural kepada makna”. Jika kita jujur, pengaruh tekstualitas agama, sesungguhnya terimplikasi secara gradual dalam praktik kehidupan kultural keagamaan. Sebagai kasus, dijelaskan di sini tentang tradisi monoteistik. Secara implicit bangunan teologi ini memiliki paradigma kebenaran tunggal (monolithic truth) artinya adanya bangunan teologi eksklusif yang mapan, dari abad ke abad, tidak pernah terjadi sebuah uji kelayakan atas eksperimen baru atau lain yang dapat menjadi referensi bagi konstruksi nalar teologi ke depan. Sementara secara explicit ekspresi bangunan teologi ini cukup sentimen dan bahkan menolak keras-keras secara legal adanya tatanan teologi baru yang memiliki versi lain. Bentuk teologi seperti ini memberi perspektif kepada kita untuk mengatakan bahwa tidak diberinya kesempatan bagi kreatifitas kemanusiaan baru dalam menjelajah dunia teologinya masing-masing seperti apa yang dilakukan oleh Ibrahim tatkala mencari tuhannya.
Menurut saya, ada kreatifitas kebebasan manusia yang termatikan –secara teologi– pasca Ibrahim. Di sinilah barangkali kegagalan agama monoteistik di mata HAM. Kerangka metodologi “Eksplorasi filosofis” dan “analisis komparatif”, dalam konteks dialog agama-agama, mencoba melakukan terobosan baru menjelajah dunia teologi, apa yang disebut dalam tesis ini dengan “Transformasi Teologi Humanis” atau pergeseran pentahapan dari partikularistik menuju etika transformasi untuk pembebasan, yaitu yang dipetakan dalam kerangka konsep kunci sebagai berikut, pertama. kearifan lokal sebagai muatan teologi kemanusiaan, kedua. HAM sebagai basis kemanusiaan teologi baru, ketiga. Mempertimbangkan transformasi “teologi moral” dalam aksi moral agama-agama.
1…678910…15

Instagram

Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY