• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Alumni News
  • CRCS Is A Gate To World

CRCS Is A Gate To World

  • Alumni News
  • 15 June 2009, 00.00
  • Oleh:
  • 0

“CRCS is a gate which has opened my new world. CRCS has opened my mind, not only how to be a good follower of Buddhism, but also how to criticize that religion,” this was expressed by Wawancara Wilis Rengganiasih Endah Ekowati, a CRCS alumna (2004), when asked about CRCS contributions to her success. One proof of her success is being granted a Fulbright Scholarship to pursue PhD program at the Department of South and Southeast Asian Studies of the University of California, Berkeley.

 

When inquired why she chose CRCS for her Master Program, Wilis articulated that she believes that the belief in fate in Buddhism was one factor why she chose CRCS. “If there is no linkage of karma, there will be no encounter between someone and something.” For her, her existence at CRCS was part of the linkage with stories along with it. During that time, Pdt. Pujo Dharmasurya was the one who motivated and helped her to study at CRCS.

 

For Wilis, her success is not separated from her study at CRCS which was even in the beginning she acknowledged as a new thing in her life. There were many things she did not know during that time because she had no background in religious and cultural studies; because of that condition, with her experience as a dancer and dancing teacher at the Indonesian Art Institute in Solo, she was motivated to study hard and be zealous. “I am falling in love with religious and cross-cultural studies,” she said with a smile.

 

CRCS, for Wilis, has contributed a lot in shaping her way of thinking and her success. From some international and competent professors with an atmosphere conducive for study, she acquired critical thinking. Besides that, joining CRCS provided her many opportunities to study and work together with some national and international institutions.

 

Wilis is now busy preparing for her study in Berkeley, the program starts this coming August. Her study concern is Engaged Buddhism and Women in Buddhism. “My study will emphasize on Applied Buddhism which is seen from the social and anthropological perspective,” she shared.

 

Before achieving the Fulbright scholarship, Wilis shared that she applied for it in 2006, but she failed. But fate has always been with her, after finishing her Student Exchange Program in 2007 at Florida International University, she applied again for Fulbright and was accepted.

 

Wilis has been teaching at Syailendra Buddhist College in Kopeng, Central Java since 2004. Teaching there is part of her dedication as Buddhist. As of this writing, Wilis not only teaches at Syailendra but also at CRCS, where she started joining on May 1, 2009. (JMI)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A L U M N I Pengetahuan memang lahir dari ruang ya A L U M N I
Pengetahuan memang lahir dari ruang yang hening, tapi ia menemukan maknanya di jalanan yang bising.

Begitu pula dengan alumni CRCS UGM. Sebutan "alumni" kerap disematkan kepada lulusan atau jebolan suatu perguruan. Asal katanya dari bahasa latin, alere, yang berarti merawat. Maka, sudah selayaknya seorang alumnus senantiasa merawat pengetahuan apa yang ia dapat, merumat relasi yang disemai, dan meruwat ketidakadilan sesuai dengan kemampuan. Maka,  alumni studi agama tak lagi berbicara semata tentang surga dan neraka,  tetapi tentang luka dan harapan manusia.

Pada helatan seperempat abad ini, alumni CRCS datang membawa beragam kisah: tentang bagaimana kerja akademik bertemu aktivisme, bagaimana riset menjelma menjadi keberpihakan. Sebab belajar, pada akhirnya, adalah cara lain untuk mencintai dunia.

Mari ikut berbagi bersama dalam kudapan, pengalaman, dan harapan.
Terbuka untuk umum ya :D
A R S I P Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adala A R S I P 
Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adalah ingatan yang bernafas pelan di antara debu dan waktu. Ia adalah sebuah fragmen tentang perjumpaan budaya, iman, dan keberanian untuk menetap di tanah yang kadang menolak untuk mengingat. Dalam lembar-lembar rapuh itu tersimpan bukan hanya doa dan bahasa, melainkan  juga cara bangsa ini bernegosiasi dengan lupa. 
CRCS UGM meluncurkan sebuah ruang arsip digital terkait agama dan budaya Tionghoa. Mari menyambut bersama ruang jumpa ini agar digitalisasi arsip tidak berhenti di bita-bita dunia maya. Dari kelenteng, rumah ibadah, hingga ruang digital, masa lalu menemukan napas barunya.
Bangsa yang Bergerak Setelah tujuh film panjang d Bangsa yang Bergerak

Setelah tujuh film panjang dan enam film pendek menjelajah layar dan ruang diskusi di berbagai penjuru tanah air dan dunia, kini Indonesian Pluralities hadir dengan kisah di baliknya. Buku ini menyingkap perjalanan riset, proses kreatif, dan refleksi yang tak sempat tertuang dalam medium film, disertai pula wawancara eksklusif, foto-foto, dan dokumentasi pemutaran.
Sebuah persembahan dari CRCS UGM, Pardee School of Global Studies Boston University, dan WatchdoC Documentary, dengan dukungan Henry Luce Foundation. Mari menelusuri bagaimana Indonesian Pluralities bergerak di layar, di lapangan, dan dalam kehidupan kita bersama.
K I S A H Sejarah perjuangan gender di Indonesia a K I S A H
Sejarah perjuangan gender di Indonesia adalah kisah panjang tentang tubuh, ingatan, dan perlawanan.
Kini, perjuangan itu hadir dalam banyak wajah: perempuan adat, gerakan queer, hingga ulama perempuan. Kesemuanya itu menantang warisan kolonialitas, patriarki, dan kapitalisme, sambil merumuskan ulang masa depan yang lebih adil bagi semua. 
Mari bergabung dalam ruang bincang lintas gerakan ini untuk menapaktilasi jejak perjuangan  dan menenun kembali makna kebebasan dan keadilan gender hari ini.

Selasa, 21 Oktober 2025, Pukul 15:15 WIB
di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY