• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara

Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara

  • Tesis
  • 15 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Dialog Antarumat Beragama: Studi Kasus tentang BKSAUA di Manado, Provinsi Sulawesi Utara

Penulis: Samsi Pomalingo (CRCS, 2004)

Kata-kata Kunci: BKSAUA, dialog, pembebasan dant tanggungjawab global

Abstrak:

 

Tesis ini menggambarkan dan menganalisis peran Badan Kerjasama Antarumat Agama (BKSAUA) dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh organisasi ini telah ikut serta membangun dan menjaga citra kerjasama dan kerukunan umat beragama di daerah itu. Sebagai lembaga keagamaan yang kepengurusannya berasal dari perwakilan lima agama yang diakui oleh pemerintah, organisasi ini dibentuk pula di tiap-tiap wilayah dari tingkat propinsi sampai pada tingkat desa. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang aman, rukun dan damai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji bagaimana model-model kegiatan dan dialog antarumat beragama di Manado.

 

Tesis ini disusun berdasarkan sebuah studi sosiologi agama dengan menggunakan pendekatan fungsional seperti yang dilakukan oleh Robert Merton (1957), Talcott Parson (1937) dan Kingsley Davis (1937). Penelitian dengan menggunakan pendekatan fungsional dimaksudkan untuk menganalisis fungsi BKSAUA dalam kehidupan antarumat beragama di Manado, Sulawesi Utara.

 

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran BKSAUA adalah untuk menyatukan berbagai macam komunitas umat beragama di Manado yang berasal dari berbagai agama yang berbeda-beda yang didasari oleh kesadaran tentang pentingnya menjaga prinsip kebersamaan “the principle of unity”. Dalam semangat kebersamaan ini, BKSAUA melaksanakan berbagai macam kegiatan antarumat beragama. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dialog antarumat beragama.

 

Adapun model-model dialog yang dilaksanakan seperti dialog antar pimpinan agama, dialog kehidupan dan dialog kerjasama. Hanya saja, dari hasil penelitian yang dilakukan, gerakan dialog masih dalam bentuk co-existence (pengakuan) dan belum menuju ke arah pro-existence (meng-ada-kan). Transformasi dari sikap ko-eksistensi menuju pro-eksistensi ini tidak hanya mewujud dalam gagasan, tapi juga sikap untuk pemberdayaan umat beragama. Jadi, pro-eksistensi dimaksudkan bahwa dialog tidak hanya terbatas pada pengakuan bahwa kita berbeda-beda yang terdiri dari berbagai macam agama (Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu), tapi yang terpenting adalah bagaimana dialog membicarakan tentang tanggungjawab global terhadap penderitaan manusia dan krisis ekologi. Kemudian para partisipan dialog secara bersama-sama melakukan tindakan untuk menekan penderitaan yang dialami oleh para korban ketidakadilan, penindasan dan eksploitasi. Di sinilah perlunya untuk merumuskan suatu dialog yang membebaskan (liberation dialogue) yang memiliki tanggungjawab secara global.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

When faith meets extraction, what or whose priorit When faith meets extraction, what or whose priority comes first: local communities, organizations, or the environment?

Both Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah have voiced their acceptance of mining concessions, each with their own set of carefully considered perspectives. But what lies beneath their words?  In this upcoming #wednesdayforum, @chitchatsalad will dive deep using critical discourse analysis to unravel the layers of these powerful statements. We'll explore how these two of the world’s largest Islamic mass organizations justify their positions and what it reveals about their goals, values, and the bigger narratives in play.

This is more than just a conversation about mining. Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
J O G E D Kapan terakhir kali kamu menyapa teman d J O G E D
Kapan terakhir kali kamu menyapa teman dengan sebuah gestur tubuh, alih-alih meminjam seperangkat huruf dan emoji  dari balik layar? Tubuh kita menyimpan potensi ruang untuk berbicara satu sama lain, menggunakan perangkat bahasa yang sama-sama kita punya, saling menyelaraskan frekuensi melalui gerak. 

Simak artikel dari alexander GB pada seri amerta di web crcs ugm.
L I B A T Berbicara tentang kebebasan beragama ata L I B A T
Berbicara tentang kebebasan beragama atau berkeyakinan itu tidak cukup hanya di kelas; ataupun sebaliknya, bertungkus lumus penuh di lapangan. Keduanya saling melengkapi. Mengalami sendiri membuat pengetahuan kita lebih masuk dan berkembang. Menarik diri dan berefleksi membuat pengetahuan itu mengendap dan matang. Melibatkan diri adalah kunci.

Simak laporan lengkap Fellowship KBB 2025 hanya di situs web crcs ugm.
The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mi The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mission in Indonesia, nurturing faith while navigating a tough reality. Inside, the community faces its own struggles. Outside, it confronts Indonesia’s rigid rules on “legal religions,” leaving them without full recognition. This research uncovers their journey. This is a story of resilience, challenge, and the ongoing question of what religious freedom really means in Indonesia.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY