• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Film Dokumenter: Our Land is the Sea

Film Dokumenter: Our Land is the Sea

  • 22 July 2018, 01.31
  • Oleh: Admin Jr
  • 0




Our Land is the Sea atau Air Tanahku adalah film dokumenter pendek tentang bagaimana tiga generasi dari keluarga Bajau di Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, menghadapi perubahan drastis budaya dan lingkungan mereka.

Keragaman Hayati dan Budaya Adalah Dua Hal yang Tak Bisa Dipisahkan

Kian cepat punahnya keragaman tumbuhan dan hewan membuat budaya manusia dan sistem pengetahuan yang telah bertaut lama dengan keragaman itu turut punah pula. Our Land is the Sea menjelajahi bagaimana hal ini terjadi melalui perspektif orang-orang Bajau yang kini bergulat menghadapi kepunahan terumbu karang, perubahan ekonomi, diskriminasi etnis, dan pergeseran praktik-praktik keislaman mereka.

Siapa Orang-Orang Bajau?

Bajau adalah kelompok etnis pelaut dengan wilayah tradisional di area Segitiga Terumbu Karang, kawasan dengan luas tak kurang dari 6 juta km persegi dan mengandung terumbu karang yang beragam dan terbanyak sedunia. Ada komunitas Bajau di Filipina, Indonesia, Malaysia, Timor Timur, dan Papua Nugini. Komunitas Bajau Sulawesi Tenggara, yang menjadi objek film Our Land is the Sea, menghabiskan sebagian besar hidup mereka di atas perahu di kawasan laut mereka dan di hutan bakau tempat tumpang tindihnya lautan dan daratan.

Produksi

Our Land is the Sea berasal dari kolaborasi selama tujuh tahun antara anggota komunitas Bajau, yakni Andar dan Saipa (keduanya difiturkan dalam film), pengajar di Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM Dr. Kelli Swazey, dan pembuat film Matt Colaciello. Rekaman-rekaman yang menjadi bahan film ini dilakukan selama empat pekan di Wakatobi pada 2018 dan 2016 dan diedit di Yogyakarta. Film ini diproduksi atas kerja sama University of Hawai’i Manoa, CRCS UGM, dan the Global Workshop.

Presentasi di TEDxUbud

Simak presentasi dari dosen CRCS UGM Dr. Kelli Swazey di TEDxUbud 2018 mengenai topik yang dibahas dalam film ini.

Baca versi orisinal dari laman ini dalam bahasa inggris di situs web the Global Workshop.

Tonton versi penuh film Our Land is the Sea di sini.

***

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju