• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Opini
  • Indonesia dari Atas Sepeda Motor

Indonesia dari Atas Sepeda Motor

  • Opini
  • 4 September 2013, 10.25
  • Oleh:
  • 0

xxNicole Laux adalah salah satu pengajar bahasa Inggris di CRCS periode 2012-2013 asal Amerika. Selama dua tahun ia tinggal di Yogyakarta dan mengamati kehidupan masyarakat di kota yang memiliki banyak nama ini: kota budaya, kota pendidikan, kota toleran, kota anak muda, dan kota sepeda motor. Dari identitas kota yang terakhir inilah Nicole menulis kehidupan orang-orang di Yogyakarta yang diamatinya melalui sepeda motor yang dikendarainya setiap hari, seperti yang ditulisnya dibawah ini: 

 

“Berada di jalan mengendarai sepeda motor bisa terasa panas, gerah dan tidak selalu menyenangkan, namun karena saya tinggal di Amerika maka aspek inilah (aspek yang justru paling banyak saya keluhkan)  yang saya dan para pengendara motor rindukan. Misal, ketika berada dikemacetan kendaraan, kita tidak tahu apa yang orang-orang didalam mobil sebelah bawa atau apa yang mereka lakukan, sedangkan di atas sepeda motor setiap orang kelihatan”.

“Being in traffic on a motor bike can be hot, sweaty and not always pleasant, but since being in America I’ve come to miss certain aspects (and aspects that I miss complaining about) of me and everyone else being on a motorbike. When you are in car traffic you have little idea what the people in the cars next to you are doing or carrying, on motorbikes however, everyone is exposed.” 

 

Untuk membaca cerita lengkap Nicole Laux silakan kunjungi  http://shansi.org/fellowships/fellows/test-narrative/nicole-laux/

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Clicks are shaping conflicts. In Indonesia’s digit Clicks are shaping conflicts.
In Indonesia’s digital sphere, algorithms now fuel intolerance, speed up radical shifts, and collapse the distance between online anger and real-world violence. “From Clicks to Conflict” reframes radicalism and extremism through Indonesia’s own data, cases, and digital behavior. Understanding how hate evolves online isn’t optional anymore. It’s the frontline of preventing the next wave of violence. 

Come and join  #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor.  We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
H I L A N G Dalam sejarah perjuangan peradaban, pe H I L A N G
Dalam sejarah perjuangan peradaban, perempuan kerap ditulis sebagai jeda, bukan kalimat utama. Ia seolah hilang tak terdengar meski perannya selalu bingar. Seperti yang ditunjukkan oleh keempat pembicara ini, perempuan kerap menjadi dasar atas sebuah pergerakan, selalu menemukan celah dan mengubahnya menjadi kehidupan. Dari keempatnya kita belajar bahwa perempuan punya hak dan kemampuan untuk menafsir ulang hidup tanpa harus menunggu restu siapa pun.

Simak kembali percakapan di sesi ini dan menapaktilasi ragam perjuangan perempuan seluas mungkin di YouTube CRCS UGM.
L A M P I O N Memori laiknya lampion. Terkadang ia L A M P I O N
Memori laiknya lampion. Terkadang ia redup dan rawan, tetapi terus menggantung di langit halaman. Arsip ialah bahan bakar yang terus menghidupi ingatan. Ia menjadi sumbu bagi suluh yang berpijar. Pun dengan arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia. Keberadaannya menjadi pembuka jalan untuk menata kembali peta bangsa dari serpihan gelap yang sengaja dilupakan. 

Simak kembali perbincangan bernas peluang dan tantangan digitalisasi arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia hanya di YouTube CRCS UGM
Faith could be cruel. It can be used to wound thos Faith could be cruel. It can be used to wound those we might consider "the other". Yet, rather than abandoning their belief, young queer Indonesians choose to heal by re-imagining it. The Rainbow Pilgrimage is a journey through pain and prayer, where love becomes resistance and spirituality turns into shelter. Amidst the violence, they walk not away from faith, but towards a kinder, more human divine. 

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY