Judul: Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur’án
Penulis: Suparjo (CRCS, 2004)
Kata-kata kunci: Tuhan, penciptaan, evolusi, interpretasi, dan teologi
Abstrak:
Tesis ini ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul “Scientific Interpretation Concerning Creation of Man in the Bible and the Qur’án.” Judul tersebut dapat diterjemahkan menjadi “Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur’án.” Judul yang sekaligus tema tersebut dianalisis dalam perspektif teologi; maksudnya, kisah penciptaan dan teori evolusi dianalisis dengan perspektif teologi.
Tesis ini menggunakan metode hermeneutika dan komparasi. Metode hermeneutika dipakai untuk menjelaskan bagaimana teks Kitab Kejadian 1-2 yang merupakan teks kuno tersebut mempunyai relevansi bagi masyarakat kontemporer yang telah mengenal sains, khususnya teori evolusi. Metode komparasi digunakan untuk mencari titik temu cara teolog Kristen dan Muslim mempertemukan teori evolusi dengan kitab sucinya.
Hasil analisis menujukkan lima kesimpulan. Pertama, pandangan teolog terhadap teori evolusi sangat tergantung pada cara pandang mereka terhadap Kitab suci dan teori evolusi. Teolog yang memandang Kitab suci sebagai kitab sains akan menafsirkan kitab suci secara literalistik. Mereka menganggap konsep penciptaan manusia dalam kitab suci bertentangan dengan teori evolusi yang mereka anggap ateistik. Teolog yang memandang kitab suci bukan kitab sains, tetapi kitab tentang keimanan, cenderung akan menerima teori evolusi yang dimaknai secara teistik. Mereka meyakini proses evolusi sebagai cara Tuhan berkarya.
Kedua, Pandangan teolog tentang Tuhan akan menentukan tanggapan mereka terhadap teori evolusi. Teolog yang memandang Tuhan sebagai Tuhan personal tidak akan bisa menerima bahwa Tuhan berkarya melalui evolusi karena hal itu berarti mengurangi kemahakuasaan-Nya. Sebaliknya, mereka yang memahami Tuhan sebagai figur impersonal cenderung menerima teori evolusi yang dimaknai secara teistik sebagai cara Tuhan menciptakan keragaman makhluknya, termasuk kemunculan manusia.
Ketiga, pada dasarnya Alkitab dan Al-Qur’án dapat digunakan untuk menolak ataupun menerima teori evolusi. Jika Alkitab dan Al-Qur’án dapat digunakan untuk mendukung ataupun menolak setiap teori sains, maka kitab suci tersebut tidak mempunyai arti penting bagi sains karena semua teori dapat dicarikan dasar religius darinya. Dengan demikian, kitab suci sekedar sebagai alat justifikasi. Keempat, teori evolusi dapat ditafsirkan secara teistik maupun ateistik. Mereka yang meyakini evolusi ateistik tidak dapat melihat peran Tuhan dalam proses evolusi. Sebaliknya, mereka yang meganggap teori evolusi dapat dimaknai secara teistik akan menerima proses evolusi sebagai cara Tuhan berkarya.
Kelima, perbedaan yang umumnya terjadi antara teolog Kristen dengan teolog Muslim adalah bahwa teolog Muslim umumnya mencarikan titik temu antara kisah penciptaan manusia dengan teori evolusi diawali dengan ataupun didasarkan pada penyelarasan bahasa Al-Qur’án dengan pemahaman tentang teori evolusi, sedangkan teolog Kristen langsung berusaha mencari makna teistik teori evolusi.