• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur'an

Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur'an

  • Tesis
  • 15 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur’án

Penulis: Suparjo (CRCS, 2004)

Kata-kata kunci: Tuhan, penciptaan, evolusi, interpretasi, dan teologi

Abstrak:


Tesis ini ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul “Scientific Interpretation Concerning Creation of Man in the Bible and the Qur’án.” Judul tersebut dapat diterjemahkan menjadi “Interpretasi Ilmiah tentang Kisah Penciptaan Manusia dalam Alkitab dan Al-Qur’án.” Judul yang sekaligus tema tersebut dianalisis dalam perspektif teologi; maksudnya, kisah penciptaan dan teori evolusi dianalisis dengan perspektif teologi.

 

Tesis ini menggunakan metode hermeneutika dan komparasi. Metode hermeneutika dipakai untuk menjelaskan bagaimana teks Kitab Kejadian 1-2 yang merupakan teks kuno tersebut mempunyai relevansi bagi masyarakat kontemporer yang telah mengenal sains, khususnya teori evolusi. Metode komparasi digunakan untuk mencari titik temu cara teolog Kristen dan Muslim mempertemukan teori evolusi dengan kitab sucinya.

 

Hasil analisis menujukkan lima kesimpulan. Pertama, pandangan teolog terhadap teori evolusi sangat tergantung pada cara pandang mereka terhadap Kitab suci dan teori evolusi. Teolog yang memandang Kitab suci sebagai kitab sains akan menafsirkan kitab suci secara literalistik. Mereka menganggap konsep penciptaan manusia dalam kitab suci bertentangan dengan teori evolusi yang mereka anggap ateistik. Teolog yang memandang kitab suci bukan kitab sains, tetapi kitab tentang keimanan, cenderung akan menerima teori evolusi yang dimaknai secara teistik. Mereka meyakini proses evolusi sebagai cara Tuhan berkarya.

 

Kedua, Pandangan teolog tentang Tuhan akan menentukan tanggapan mereka terhadap teori evolusi. Teolog yang memandang Tuhan sebagai Tuhan personal tidak akan bisa menerima bahwa Tuhan berkarya melalui evolusi karena hal itu berarti mengurangi kemahakuasaan-Nya. Sebaliknya, mereka yang memahami Tuhan sebagai figur impersonal cenderung menerima teori evolusi yang dimaknai secara teistik sebagai cara Tuhan menciptakan keragaman makhluknya, termasuk kemunculan manusia.

 

Ketiga, pada dasarnya Alkitab dan Al-Qur’án dapat digunakan untuk menolak ataupun menerima teori evolusi. Jika Alkitab dan Al-Qur’án dapat digunakan untuk mendukung ataupun menolak setiap teori sains, maka kitab suci tersebut tidak mempunyai arti penting bagi sains karena semua teori dapat dicarikan dasar religius darinya. Dengan demikian, kitab suci sekedar sebagai alat justifikasi. Keempat, teori evolusi dapat ditafsirkan secara teistik maupun ateistik. Mereka yang meyakini evolusi ateistik tidak dapat melihat peran Tuhan dalam proses evolusi. Sebaliknya, mereka yang meganggap teori evolusi dapat dimaknai secara teistik akan menerima proses evolusi sebagai cara Tuhan berkarya.

 

Kelima, perbedaan yang umumnya terjadi antara teolog Kristen dengan teolog Muslim adalah bahwa teolog Muslim umumnya mencarikan titik temu antara kisah penciptaan manusia dengan teori evolusi diawali dengan ataupun didasarkan pada penyelarasan bahasa Al-Qur’án dengan pemahaman tentang teori evolusi, sedangkan teolog Kristen langsung berusaha mencari makna teistik teori evolusi.

 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
D H A R M A Dunia ini adalah tempat kita tinggal, D H A R M A
Dunia ini adalah tempat kita tinggal, tempat kita berbagi, dan tempat semua makhluk berada. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju