Judul: Kuman Mahwadhi-Wadhi: Simbol Harmonisasi Budaya dan Agama
Penulis: Thisye Ollyvie Pangkerego (CRCS, 2006)
Kata-kata Kunci: agama, budaya, harmonisasi, akulturasi, simbol
Abstrak:
Kuman Mahwadhi-wadhi adalah kegiatan makan bersama yang selalu ada dalam setiap ritus agama Kristen di Kembes, salah satu desa di Minahasa. Kuman Mahwadhi-wadhi ini adalah suatu harmonisasi yang dihasilkan dari akulturasi antara agama Kristen dengan budaya lokal serta purifikasi dari agama Kristen. Konsep yang dikemukakan Clifford Geertz mengenai kebudayaan sebagai “Sebuah pola-pola makna (a pattern of meanings) atau ide-ide yang memuat simbol-simbol yang dengan masyarakat menjalani pengetahuan mereka tentang kehidupan dan mengekspresikan kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu”, merupakan suatu gambaran yang tepat dalam melihat dan menganalisis makna dari setiap simbol suatu sistem kebudayaan, yang begitu beragam.
Akulturasi yang terbentuk mengandung simbol syukur terhadap Empung Wailan Wangko sebagai sumber dari segala sesuatu yang mereka nikmati, Simbol persatuan di antara anggota komunitas yang dijiwai oleh Mapalus, diperkuat dengan prinsip solidaritas dalam suatu gambaran, komunitas adalah tubuh Kristus yang saling melengkapi dan simbol kesetaraan yang menjadi ciri dari interaksi komunitas Kembes.
Dalam perjalanan waktu, harmonisasi mengalami perubahan akibat modernisasi. Kenyataan ini didukung lagi dengan sikap gereja sebagai institusi keagamaan terbesar, yang tidak melakukan pelurusan dan pembaharuan dalam simbol-simbol perjumpaan yang pernah terjadi antara budaya dan agama, sehingga Kuman Mahwadhi-wadhi mengalami diferensiasi makna.