• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • About Us
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members
      • Visiting Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Admission
    • Courses
    • Schedule
    • Scholarship
    • Accreditation
    • Student Service
    • Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Activities
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Research
      • Overview
      • Resource Center
    • Community Service
      • Wednesday Forum
    • International Events
      • ICIR
      • Interfaith Mediation
      • IGSSCI
    • Student Achievements
  • Beranda
  • Laporan
  • Laporan CRCS: Polemik Tafsir Pancasila

Laporan CRCS: Polemik Tafsir Pancasila

  • Laporan
  • 14 August 2018, 02.05
  • Oleh: Admin Jr
  • 0

Polemik Tafsir Pancasila

CRCS UGM – 14 Agustus 2018

Tahun 2017 menjadi salah satu tahun penting dalam sejarah Pancasila. Sekurang-kurangnya empat peristiwa terkait Pancasila pada 2017 layak dicatat. Pertama, tanggal 1 Juni, hari Lahir Pancasila, untuk pertama kali menjadi hari libur nasional. Kedua, pemerintah mengampanyekan “Pekan Pancasila” pada 29 Mei—4 Juni. Ketiga, Presiden Joko Widodo membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Keempat, dan ini yang paling penting, Pancasila kembali mengalami penguatan posisi sebagai instrumen legal untuk membubarkan organisasi kemasyarakatan yang mengampanyekan ideologi yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Hal yang terakhir terjadi dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 2/2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Di samping kampanye dari pemerintah, beberapa inisiatif muncul dari lembaga masyarakat.

Satu asumsi yang melandasi gagasan mengenai peristiwa terakhir itu menjadi fokus laporan ini, dengan rumusan pertanyaan: bagaimana cara menentukan bahwa suatu ideologi atau organisasi telah bertentangan Pancasila? Dengan melihat sejarah bagaimana Pancasila dipahami, ditafsirkan, dan diterapkan dalam diskursus politik, laporan ini mengajukan tesis mengenai kemultitafsiran Pancasila dan munculnya kepelbagaian tafsir terhadap Pancasila tak bisa lepas dari wacana dan kontestasi politik pada satu periode tertentu. Untuk mengelaborasi pandangan ini, lima isu dibahas dalam laporan ini, yaitu (1) Pancasila dan Islam; (2) Pancasila dan organisasi/partai Islam; (3) Pancasila dan Marxisme/komunisme; (4) Pancasila dan demokrasi; dan (5) Pancasila pasca-Reformasi.

Laporan ini ditulis oleh Azis Anwar Fachrudin, mahasiswa CRCS angkatan 2014 yang setelah lulus pada 2016 menjadi staf CRCS UGM. Laporan ini merupakan laporan CRCS yang ketiga dalam setahun terakhir. Laporan pertama menyasar isu kebebasan akademik, dan yang kedua membahas alternatif penanganan masalah penodaan agama. Unduh laporan Polemik Tafsir Pancasila ini melalui tautan berikut.

Klik “download” dalam kotak biru.

Icon

Laporan CRCS - Polemik Tafsir Pancasila

1 file(s) 1.92 MB
Download

Facebook

Facebook Pagelike Widget

Instagram

April tahun ini cukup spesial. Di saat umat muslim April tahun ini cukup spesial. Di saat umat muslim menjalankan puasa Ramadan, sebagian umat kristiani juga tengah menjalani puasa prapaskah. Karenanya, pada #fkd2022 kali ini, kita akan berbagi pengalaman dengan teman-teman penghayat tentang makna dan praktik puasa atau berpantang diri ala Paguyuban Noormanto dan Paguyuban Budaya Bangsa. 

Malam Jumat, malamnya masyarakat adat dan penghayat. 

Rahayu
Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Kita tah Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Kita tahu itu dari rentetan peristiwa menyayat yang kadang nyempil di feed media sosial, dari berbagai stiker biru kuning yang sekarang berseliweran. Banyak ketidakadilan terjadi di sekitar, dan jujur atau tidak, kita sering menutup mata. Entah karena capek melihat itu terjadi setiap hari atau merasa tak berdaya meski di hati kita memendam amarah. Namun, bagi Nadarajah Manickam, kemarahan itu adalah energi yang memaksa kita untuk melakukan perubahan. Sebuah kemarahan kenabian, seperti marahnya Musa yang menghendaki perubahan lebih baik pada kaumnya. Sebuah kemarahan yang penuh kasih sayang untuk dunia yang sedang tidak baik-baik saja.

Laporan #wednesdayforum yang emosional ini bisa kamu simak di situs web crcs.
sstt... satu lagi #beasiswa S2 ke @crcs_ugm kali sstt...
satu lagi #beasiswa S2 ke @crcs_ugm 
kali ini dari kemdikbudristek...

yuk kepoin 🧐
Where does interfaith dialogue come from? For Dian Where does interfaith dialogue come from? For Diane Butler, interfaith dialogue is an organic process. It cannot be forced and each person has a different path to get there. Her experience as a dance performer working in Indonesia shows that place, time, and condition greatly influence how a relationship interacts and grows.

Let's find our dialogue path together on #wednesdayforum
load more... @crcs_ugm

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Floors 3-4
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY