• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Makna dan Ritual Bersih Desa serta Respons di Kalangan Masyarakat Desa Sekoto, Pare Kediri

Makna dan Ritual Bersih Desa serta Respons di Kalangan Masyarakat Desa Sekoto, Pare Kediri

  • Tesis
  • 20 May 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: MAKNA DAN RITUAL BERSIH DESA SERTA RESPONS DI KALANGAN MASYARAKAT DESA SEKOTO, PARE, KEDIRI

Penulis: Efa Ida Amaliyah(CRCS, 2007)

Kata-kata kunci: ritual bersih desa, makna, fungsi, dan respons

Abstrak:

 

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mengerti bahwa Kediri mempunyai keanekaragaman tradisi atau ritual yang hingga sekarang ada dan tetap dipertahankan oleh masyarakat khususnya warga masyarakat Desa Sekoto, Pare, Kediri, yaitu ritual bersih desa. Bersih desa adalah ritual turun temurun yang dilaksanakan tiap tahun di bulan Suro (Muharram) sebagai ungkapan penghormatan dan terima kasih kepada danyang yang telah membabat desa. Pluralitas masyarakat Sekoto dengan adanya beragam organisasi keagamaan, seperti NU, Muhammadiyah, Sapto Darmo, dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia membuat ritual bersih desa mendapat respon dari kalangan masyarakat yang berbeda organisasi tersebut.

 

Penelitian ini menunjukkan bahwa bersih desa mempunyai makna yang sangat berarti bagi masyarakat Sekoto yang meyakini. Kelompok yang meyakini ini adalah pengikut organisasi NU dan Sapto Darmo dengan asumsi dalam bersih desa ada dua nilai yaitu nilai Islami (mengirim do’a untuk yang sudah meninggal) dan nilai karakteristik Jawa (unggah-ungguh). Makna yang ada adalah makna kosmologi dan makna simbolik yaitu bagi warga masyarakat bahwa bersih desa sarana untuk menghormati nenek moyang dengan mengingat dan datang ke makam tiap tahun sebagai ungkapan kesungguhan sikap terhadap yang ”kudus” (danyang) sehingga sebagai bentuk kesungguhannya mereka membawa sesaji dengan harapan bahwa keinginan atau hajat akan dikabulkan oleh Allah dengan danyang sebagai perantara karena dianggap sebagai orang yang mempunyai kelebihan sehingga lebih dekat dengan Allah. Meskipun demikian, dalam bersih desa juga terjadi pergeseran makna ke arah kesantrian karena sekarang pada pelaksanaannya unsur-unsur keislaman lebih dominan (hadrah, semaan Qur’an, dan pengajian) dibanding unsur-unsur kejawen dan mistis. Selain mempunyai makna, bersih desa juga mempunyai fungsi, yaitu sebagai transfer pendidikan dan ruang integrasi. Fungsi transfer pendidikan yaitu mengenalkan tradisi yang sudah lama untuk terus dilestarikan oleh kalangan anak muda agar mereka tahu bahwa di desa ada danyang yang telah berjasa membangun desa. Sedangkan fungsi sebagai ruang integrasi adalah saat berkumpul di semua acara dalam rangkaian ritual terjadi kohesi sosial (silaturahim) dan integrasi tatkala suasana yang tercipta dengan obrolan-obrolan ringan sehingga terjalinnya suasana santai yang memberi ruang relasi antara mereka yang selama ini terpisah.

 

Respon untuk yang tidak meyakini datang dari Muhammadiyah dan LDII. Pendapatnya adalah ritual itu percaya kekuatan selain Allah yaitu danyang untuk meminta, sehingga menganggap bahwa acara berdoa di makam danyang (nyadran) adalah syirik. Meskipun demikian, ada beberapa keluarga Muhammadiyah yang berpartisipasi yaitu saat pengajian dengan pendapat bahwa pengajian mengkaji ajaran Islam sehingga perlu untuk datang.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
D H A R M A Dunia ini adalah tempat kita tinggal, D H A R M A
Dunia ini adalah tempat kita tinggal, tempat kita berbagi, dan tempat semua makhluk berada. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju