• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Negara Zionis Bukan Negara Yahudi

Negara Zionis Bukan Negara Yahudi

  • Tesis
  • 15 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Negara Zionis Bukan Negara Yahudi: Telaah atas Pandangan Abdel Wahab El-Messiri

Penulis: M. Nursaid Ali Rido (CRCS, 2006)

Kata-kata kunci: Zionisme, Imperialisme, kelompok fungsional Yahudi, negara Zionis fungsional

Abstrak:


Konflik di Timur Tengah selalu menarik disimak. Sebelum tahun 1990-an, Israel, sebagai pihak yang lebih kuat, memilih jalur militeristik untuk “menyelesaikan” konflik dengan Arab. Setelah periode itu, penaklukan terhadap Arab, terutama Palestina, berupa embargo ekonomi dan politik, penutupan jalan-jalan utama, sabotase bantuan makanan dan obat-obatan. Mengapa konflik itu terus berlangsung? Abdel Wahab El-Messiri, seorang intelektual Mesir, berusaha menjawab pertanyaan itu melalui paradigma “kelompok fungsional Yahudi” dan “negara Zionis fungsional”. Paradigma ini melihat fenomena Yahudi dan Zionisme melalui perspektif filosofis-epistemologis, bukan perspektif politik empiris atau agama.

 

Bagi El-Messiri, Israel adalah negara Zionis fungsional, sebuah reproduksi dari kelompok fungsional Yahudi di Eropa sejak abad 16 hingga awal abad 20. Negara Zionis fungsional ditanam di Palestina tanpa akar budaya dan sejarah oleh imperalisme Barat; ia ditanam berdasarkan mitos dan kecanggihan teknologi. Negara Zionis fungsional hanya memainkan peran tertentu. Saat ini tugasnya adalah berperang, namun tugas tersebut dapat dirubah sesuai dengan perkembangan situasi di kawasan konflik. Jika negara itu sudah tidak bisa menjalankan fungsinya, maka eksistensinya akan berakhir; penduduknya akan keluar dari Israel atau berasimilasi secara sempurna dengan masyarakat sekitar. Hal itu pernah terjadi di Afrika Selatan (salah satu kantong kolonialisme Barat), yaitu ketika sistem Apartheid runtuh.

 

Pandangan El-Messiri mendapat resistensi keras, baik dari kalangan Zionis maupun ulama tradisional Mesir. Orang Zionis meyakini Israel sebagai negara bagi seluruh orang Yahudi di dunia yang terikat secara organik dan religius dengan tanah Palestina. Kembali ke Zion merupakan perintah Tuhan, sehingga siapapun menentang Israel adalah antisemitis (bagi orang non-Yahudi), atau kafir (bagi orang Yahudi). Keberhasilan Zionisme mengalahkan Arab karena adanya campur tangan Tuhan, bukan campur tangan imperalisme Barat, seperti diasumsikan El-Messiri. Resistensi juga muncul dari kalangan ulama yang meyakini Zionisme sebagai manifestasi watak jahat orang-orang Yahudi secara turun menurun. Al-Qur’an telah memberitakan kejahatan orang Yahudi yang ingin merusak Islam dan umatnya.

 

Ada perbedaan perspektif yang mendasar antara Zionisme dan Arab. Di satu sisi Zionisme mengklaim punya hak mutlak atas Palestina, dan di sisi lain bangsa Arab merasa memiliki ikatan religius yang kuat dengan Palestina. Zionisme menolak hak, sejarah dan budaya Arab, sehingga perlawanan Arab terhadap arogansi Zionisme itu terus berlanjut. Memang Zionisme bisa memenuhi ambisi-ambisi religiusitas umat Yahudi, sekaligus mengentaskan problematika sosial-politik orang-orang Yahudi di Eropa, namun agenda menduduki tanah padat penduduk tidak mungkin melalui cara damai. Kekerasan dengan senjata adalah cara paling efektif meredam perlawanan penduduk asli, sebuah tindakan yang menurut El-Messiri biasa dilakukan kolonialisme di kantong-kantong imperalisme Barat. Aneka propaganda palsu Zionisme telah menyeret umat Islam, termasuk Indonesia, ke dalam persepsi bahwa konflik itu adalah konflik agama.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
D H A R M A Dunia ini adalah tempat kita tinggal, D H A R M A
Dunia ini adalah tempat kita tinggal, tempat kita berbagi, dan tempat semua makhluk berada. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu
Experience "Moving with Dharma," a unique practice Experience "Moving with Dharma," a unique practice as research performance that creatively explores Buddhist teachings in the context of contemporary Indonesia. This event blends music and dance to offer new perspectives on Dharma.

Happening on Saturday, May 17th, 2025, from 7 to 9 PM WIB at Balai Budaya Minomartani.

Witness the talents of performers M Rhaka Katresna (CRCS UGM), Victorhugo Hidalgo (Gnayaw Puppet), Gutami Hayu Pangastuti (Independent Researcher-Artist), and Sakasatiya (Music Presentation, ISI Yogyakarta). The evening will be guided by MC Afkar Aristoteles M (CRCS UGM).

The event also includes welcoming remarks by Samsul Maarif (CRCS UGM) and Ahmad Jalidu (Paradance Platform), an introduction to "Buddhism in Modern Asia" by Yulianti (CRCS UGM), and a discussion moderated by Ayu Erviana (CRCS UGM) with responders Nia Agustina (Paradance Platform) and Rahmad Setyoko (ICRS UGM).

This presentation is a collaboration between CRCS UGM, ICRS, and Paradance Platform, and is part of the final term project for "Buddhism in Modern Asia" and a group research project on "Interreligious Dialogue."

#MovingWithDharma #BuddhistTeachings #ContemporaryIndonesia #MusicAndDance #PerformanceArt #DharmaDiscussion #BalaiBudayaMinomartani #YogyakartaEvents #AcademicResearch #ArtAndSpirituality
Load More Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju