Judul: Pluralitas Kehidupan Umat Beragama di Bali: Studi Kasus Pola Interaksi Komunitas Islam dan Hindu di Desa Pemogan, Denpasar
Penulis: I Gede Suwindia (CRCS, 2005)
Kata-kata Kunci: Harmoni; Multikulturalisme; Dialog; Kearifan lokal.
Abstrak:
Harmoni, kata inilah yang menjadi sentral dalam setiap pembahasan tulisan dan hasil penelitian ini. Spirit harmoni seperti itu sesungguhnya menjadi harapan dan senantiasa dapat dijumpai dalam kitab-kitab suci masing-masing agama. Dalam hal ini tanggung jawab umatlah untuk mengkaji, mendalami dan merepresentasikan pola pikir dan perbuatannya dalam menguatkan suasana keharmonisan tersebut. Berbagai slogan dan istilah yang berbau ajakan, dorongan dan spirit demi terbangunnya kerukunan antarumat beragama menjadi salah satu tiang penyangga karena Indonesia adalah negara yang heterogen yang sangat kaya akan etnisitas dan budaya. Kekayaan tersebut dalam penelitian ini dipandang sebagai salah satu faktor penguat, kekayaan khasanah dan nilai, bukan justru sebagai faktor penghambat dalam proses interaksi antaragama dan budaya. Di sinilah kemudian peran penghargaan setiap warga negara atas warga yang lainnya sebagai satu penghargaan demi terciptanya kehidupan yang harmonis menjadi sangat signifikan.
Penelitian ini mengangkat salah satu kearifan lokal masyarakat Indonesia, khususnya dalam menyikapi adanya perbedaan. Perbedaan dalam menjalankan kehidupan beragama, serta memahami karakter budaya dan etnis masing- masing yang jelas berbeda. Dengan dialog, dan juga komunikasi yang baik, ternyata semua keragaman tersebut bukan sebagai penghalang adanya interaksi, namun justru menjadi karakter yang khas dari komunitas itu sendiri. Keunikan inilah yang menjadi salah satu nilai yang sangat berharga, sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat di mana penelitian ini dilakukan.
Kampung Islam Kepaon adalah sebagai sub dari Desa Pemogan atau disebut dengan Banjar, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Daerah inilah yang menjadi fokus penelitian penulis. Bayak faktor yang melatarbelakangi kenapa daerah ini menjadi lapangan penelitian penulis. Salah satunya karena Komuitas Islam di daerah ini memiliki serangkaian perjalanan sejarah dengan raja-raja Hindu di Bali. Hingga adanya pola interaksi yang khas dan unik di antara keduanya. Pola interaksi yang sangat cair inilah yang terbangun antara dua komunitas yang memiliki kekerabatan sangat kuat selama ini.
Dengan tidak bermaksud menutup-nutupi berbagai kasus yang tidak mengenakkan, sebagai konsekuensi adanya pembauran multi agama dan etnis. Namun, semua dapat dijembatani didialogkan, sebagaimana kahasanah budaya lokal mengilhami berbagai upaya yang dilakukan. Karena itu akan penulis ungkapkan dalam tulisan ini bagaimana sesungguhnya relasi dan interaksi antar Islam dan Hindu di Bali sesungguhnya telah terbangun secara baik atas kesadaran dari bawah, bukan semata-mata karena dirukunkan.