Opini | CRCS | Ahmad Khotim Muzakka
PEREBUTAN RI-1 semakin menarik ketika masing-masing kubu—baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo—berhasil menarik gerbong yang memiliki hubungan dengan kiai dan pesantren. Tidak bisa ditampik bahwa restu kiai memiliki nilai dan diduga kuat bisa menjadi penarik massa pemilih.
Hadirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kubu Jokowi-Jusuf Kalla merepresentasikan perwakilan ”partai kiai” karena secara historis dan ideologis partai ini lahir dari rahim pemikiran para kiai. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sang pendiri partai, merupakan contoh nyata bahwa partai ini memiliki hubungan historis kental dengan dunia kiai meskipun, pada akhirnya, terjadi pecah kongsi antara kubu Muhaimin Iskandar dan Gus Dur. Namun, aroma tersebut masih melekat kuat.
Kubu Prabowo-Hatta Rajasa didukung lebih banyak partai Islam. Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan Sejahtera merupakan lumbung yang signifikan jika bisa digarap dengan lebih elegan. Di atas kertas, dukungan partai Islam memang signifikan. Namun, waktu kampanye, debat calon presiden (capres), dan berbagai faktor lainnya bisa berperan mengubah konstelasi suara.
Baca selanjutnya di http://epaper1.kompas.com/ atau http://nasional.kompas.com/
Ahmad Khotim Muzakka
Mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya/CRCS
Sekolah Pascasarjana, UGM.