• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Respon Etis Islam terhadap Kelebihan Penduduk dan Konsumsi Berlebihan: Kasus Krisis Air Dunia

Respon Etis Islam terhadap Kelebihan Penduduk dan Konsumsi Berlebihan: Kasus Krisis Air Dunia

  • Tesis
  • 31 March 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: RESPON ETIS ISLAM TERHADAP KELEBIHAN PENDUDUK DAN KONSUMSI BERLEBIHAN (Kasus Krisis Air Dunia)

Penulis: Ainun Jariyah (CRCS, 2006)

Kata kunci: Krisis lingkungan, kelebihan penduduk, konsumsi berlebihan, krisis air dunia, etika Islam, dan respon Muslim.

Abstrak:

 

Jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 6.5 milyar dengan tingkat pertumbuhan 76 juta per tahun. Menurut PPB jumlah penduduk bumi akan bertambah sebanyak 2.6 milyar di tahun 2050. Kekhawatiran terhadap masalah kelebihan penduduk berawal ketika sumber daya alam dan lingkungan mulai rusak. Selain tingginya pertumbuhan jumlah penduduk, pola konsumsi manusia yang berlebihan mengakibatkan tekanan sumber daya alam bumi meningkat pula. Hal itu disebabkan oleh jumlah penduduk secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan kemampuan bumi memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk bumi. Penyelesaian masalah lingkungan akan menjadi tidak mungkin tanpa menangani isu kelebihan penduduk dan konsumsi berlebihan.

 

Pertumbuhan penduduk yang tinggi serta konsumsi yang berlebihan dianggap sebagai akar permasalahan lingkungan, diantaranya adalah krisis air dunia. Keadaan ini disebabkan oleh ketidaksadaran manusia akan jumlah air yang terbatas serta bertambahnya jumlah manusia yang memiliki kebutuhan yang sama terhadap air. Kedua hal tersebut menjadikan manusia kurang berhati-hati dan berhemat dalam dalam menggunakan air. Begitu pula dengan bertambahnya jumlah manusia yang diperkirakan akan mencapai angka stabil pada tahun 2050.

 

Persoalan-persoalan etis utama dalam air adalah ketidaksetaraan akses terhadap air bersih dan hak kepemilikan air sebagai sumber daya alami yang disediakan oleh alam. Ketidaksetaraan akses air bersih disebabkan oleh kurangnya kesadaran manusia akan jumlah air yang tersedia di bumi ini. Selain itu kualitas air pun semakin menurun akibat dari pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Sedangkan hak kepemilikan air dipertanyakan ketika kita menyadari bahwa air yang secara alami ada di alam ini, yang semestinya dapat dimanfaatkan oleh semua orang, telah menjadi milik sebagian orang untuk kepentingan ekonomi yang menyebabkan kerugian dan kesengsaraan orang banyak terutama orang-orang yang kurang mampu.

 

Sebagai respon umum terhadap semua persoalan-persoalan yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam, konsumsi berlebihan, maupun kelebihan penduduk adalah perlunya memperhatikan tiga hal, yaitu prinsip keadilan, keseimbangan, dan kehati-hatian. Adil dalam menempatkan keinginan-keinginan, sehingga tidak hanya mengutamakan keinginan/kepentingan pribadi atas keinginan/kepentingan orang banyak; seimbang dalam menggunakan sumber daya alam sehingga bersikap lebih hati-hati dalam bersikap, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
D H A R M A Dunia ini adalah tempat kita tinggal, D H A R M A
Dunia ini adalah tempat kita tinggal, tempat kita berbagi, dan tempat semua makhluk berada. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju