“CRCS membuat saya lompat dan kayak pondasinya saya di situ. Sehingga kemudian mudah untuk belajar di Amerika.” Demikian ungkapan Samsul Ma’arif, alumni CRCS 2001, ketika ditanya mengenai kontribusi CRCS terhadap karirnya saat ini. Samsul yang akrab dipanggil “Anchu”, saat ini sedang dalam masa penelitian untuk disertasinya mengenai Amatoa Kajang di Sulawesi Selatan. Baginya, keberhasilan yang ia rasakan saat ini adalah kesinambungan dari studinya sejak S1, dan CRCS telah memberikan lompatan besar dalam studinya tersebut.
Anchu yang lahir di Wajok, dan besar di Kalimatan Timur dan Sulawesi Selatan, sejak kecil telah mengalami tempat studi yang berpindah-pindah. Sejak perpindahannya ke Yogyakarta untuk melanjutkan S2 di CRCS, lompatan besar ia rasakan dari S1 di IAIN Sulawesi Selatan ke jenjang yang lebih tinggi dan merubah cara berpikirnya. “Jadi kalau saya bayangkan dari IAIN ke CRCS itu sudah melompat, tidak sekedar melangkah dalam hal keterbukaan berpikir,” jelas Anchu. Ia bahkan sempat mengambil studi S2 kembali selama 1,5 tahun di Florida International University, Miami. “Saya harus akui bahwa peran CRCS sangat besar, CRCS sangat tepat dan membantu saya untuk membuka diri. CRCS membuka pemikiran kita untuk memahami agama orang lain sesuai dengan perspektif mereka. Itu yang membuat saya terbantu dalam memahami agama-agama”, tegas Anchu.
Menurutnya Anchu, pengalaman dialog antar-agama sewaktu ia masih S1 sangat berbeda dengan yang ia dapatkan di CRCS. Sewaktu S1 dialog yang ia rasakan hanya sebatas forum. “Di CRCS, kita di kelas, institusi, di kampus, sosialisasi juga lanjut di luar, di mana-mana. Jadi teori-teori akademik yang kita kembangkan, kita pelajari dari situ, sangat didukung oleh sosialisasi antar-agama. Layaknya tidak ada gap, nah, itu membantu kita bahwa keindahan kita dapatkan dari situ”, tambah Anchu.
Ayah dari seorang anak perempuan ini sedang melanjutkan studi S3 di School of Historical, Philosophical, and Religious Studies, Arizona State University, USA. Tahun ini merupakan tahun keempatnya dalam studinya tersebut. Ia sedang dalam masa penelitian di Sulawesi Selatan sejak bulan Maret lalu hingga Februari 2010. Topik disertasinya masih sama seperti topik tesis yang ia tulis sewaktu di CRCS, tentang Amatoa Kajang (agama lokal), hanya saja penelitian kali ini lebih komprehensif dan menggunakan waktu yang lebih panjang dari sebelumnya.
Dalam penelitiannya ini, Anchu mengkaji strategi bertahan hidup, yakni bagaimana masyarakat lokal berusaha mempertahankan hidup dari serangan luar, dari negara ataupun kelompok agama besar. Intensitas ritual yang cukup tinggi dari masyarakat tempat penelitiannya menjadi hal yang sangat menarik baginya.
Apabila ia tidak harus kembali ke Amerika untuk penyelesaian disertasinya, Anchu menganggap di Indonesia CRCS sebagai tempat yang dapat membantunya untuk literatur-literatur pendukung penelitiannya. Menurutnya, selain bisa menikmati penelusuran literatur di perpustakaan CRCS yang semakin hari semakin banyak koleksi bukunya, ia juga dapat berinteraksi dengan sivitas akademika CRCS. “Reinvent our sense of belonging to CRCS”, ujar Anchu dengan tersenyum. (JMI)