• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Joget Amerta
  • Suprapto Suryodarmo dalam Lima Sajak

Suprapto Suryodarmo dalam Lima Sajak

  • Joget Amerta
  • 11 March 2025, 11.08
  • Oleh: crcs ugm
  • 0

oleh Riwanto  Tirtosudarmo

Suprapto Suryodarmo (1945-2019) adalah guru Jawa saya. Beliau menjadi guru meditasi Gerak, dan tempat saya mendikusikan bebagai hal yang berkaitan dengan budaya Jawa. Saya telah menulis beberapa esai entang beliau. Beberapa di antaranya ialah “Suprapto Suryodarmo” in Mencari Indonesia 4: Dari Raden Saleh sampai Ayu Utami (2022: 295-299). Malang MNC Publishing; “Suprapto Suryodarmo, 1000 Hari dan Selamanya” in Kronik Budaya dan Sejarah by Borobudur Writers & Cultural Festival BWCF ; “Suprapto Suryodarmo and my quest of Javaneseness” (unpublished article, 2025).Dalam tulisan ini saya menyajikan lima buah puisi sebagai ungkapan rasa hormat terhadap beliau. Kelima puisi ini saya tulis dalam waktu dan tempat yang berbeda ketika saya sedang mengingat atau memikirkan tentang beliau.

 

Sajak 1

Di Goa Gajah

Di Goa Gajah sebelum mengajar engkau mengajak kami tepekur sejenak
Pohon beringin tua itu seperti menjadi saksi masa lalu yang bergerak perlahan
Engkau mengajari kami merasakan gerak perlahan yang tak terlihat itu

Di bawah pohon beringin tua yang akar-akarnya menjalar ke semua arah itu
Engkau membiarkan kami bergerak perlahan mengikuti apa yang dirasakan di hati
Suaramu yang bergumam seperti mengantar kami memasuki lorong-lorong waktu
Masa lalu seolah perlahan bergerak kembali merasuki masa kini
Dalam gerak kami berpilin dengan desir suara angin dan hangatnya sinar matahari
Berkelindan menelusup mengikuti alur dan sulur akar-akar pohon beringin tua itu
Kami bergerak menghirup hawa segar kesunyian dan alun perlahan kehidupan
Di Goa Gajah engkau menyadarkan kami hidup adalah gerak perlahan mencapai keheningan

Sorong-Papua, 23 Mei 2023

 

Sajak 2

Di Las Sengok

Aku seperti melihatmu bergerak perlahan di Las Sengok. Di panas terik matahari yang membakar ilalang. Di antara batu-batu besar yang apik tertata. Benarkah itu engkau yang pernah mengajari kami meraba pucuk-pucuk hijau daun? Merasakan getar kelopak bunga yang sedang mekar?

Di Las Sengok batu-batu itu bercahaya karena sinar matahari yang terik itu seperti sedang menunggumu menyapa. Mereka seperti sedang membayangkan dirimu menggerakkan tubuh sambil menyenandungkan gumam seperti dulu.

 Memang ada yang terasa hilang di Las Sengok. Mungkin hanya bayanganmu yang bergerak perlahan melintas di anganku. Senyum-mu yang selalu mengembang sebelum engkau mengajari kami menyelam di kedalaman alam semesta. Membuka pori-pori menghembuskan nafas dan menyerap panasnya sinar matahari.

Di Las Sengok yang dulu konon hutan larangan itu. Di antara batu-batu besar yang tertata apik dan bercahaya itu. Di keluasan semesta alam yang hampir tak bertepi itu. Aku melihatmu bergerak perlahan namun seperti ada yang tak terucapkan.

Engkau bergerak melintas tapi seperti ada yang tak terungkapkan. Di Las Sengok memang ada yang terasa hilang. Engkau-kah itu yang mengajari kami menunduk sebelum menggeliat bergerak perlahan meyetubuhi sang waktu?

Tubaba-Lampung, 29 Oktober 2023.

 

Sajak 3

Perjalanan

Perjalanan panjang ini tak kunjung usai
Tak mungkin dihentikan meskipun lelah
Seperti ada yang telah lama menunggu
Ada yang seolah ingin dijumpai disana

Perjalanan ini sesungguhnya melelahkan
Perasaan putus asa itu datang berkali-kali
Ingin berhenti sejenak namun tak kuasa
Meski perlahan kaki harus terus diayunkan
Dalam kelelahan antara sadar tak sadar
Siapakah yang mengayunkan langkah ini?
Sukma atau raga yang sedang menghela?
Keduanya bertaut tak hendak berpisah


Tonjong-Bogor 28 September 2024

Sajak 4

Batas

Selalu akan ada batas yang menghentikan langkah kita
Meski ingin meski tak mau dibatasi dan hendak melangkahi
Batas itu sering tak nampak namun bisa dirasakan
Batas itu ada meskipun tak ada orang lain yang tahu

Batas itu seperti pagar yang melindungi namun juga mengurung
Mungkinkah batas menjadi penanda hidup yang tak kekal?
Adakah batas-batas itu menjadi petunjuk dari ketidakabadian?
Di ambang batas itu kita akan dipaksa berhenti dan merenung
Hanya melalui perenungan kita akan menemukan jalan
Jalan yang mampu menembus batas-batas yang kita dirikan
Hanya dalam keheningan yang kosong kita bisa melayang
Mencari di mana sarang angin jejak kuntul terbang dan galih kangkung

Tegal, 10 Oktober 2024

 

Sajak 5

Mengenang-Mu

Ketika jasadmu luruh mungkin hanya tinggal ingatan yang tersisa
Ingatan tentang sukma dan tubuh yang harus terus digerakkan
Dalam ingatan tentang gerak itu engkau kembali hidup
Menghela sukmaku menarikan raga meniti nyanyian rasa

Engkau mengajariku menari di dekat bunga-bunga dan kupu-kupu
Merasakan getar daun-daun yang bermandikan matahari
Melilit mendengar nafas akar dan sulur-sulur pepohonan
Menyatu dalam gerak alam yang terasa di pori-pori kulitku

Ragamu luruh namun sukmamu menyesap dalam ingatanku
Engkau hidup dalam rasa yang menari-nari dalam sukmaku
Bersama bunga-bunga kupu-kupu akar-akar dan sulur-sulur
Dalam keabadian gerak semesta alam yang berdesir bersama angin

Rabbit Hole-Boston, 29 Desember 2024

Klik tautan ini untuk artikel versi bahasa Inggris

______________________

Riwanto  Tirtosudarmo  adalah peneliti independen

[wpdm_package id=’20103′]

 

Tags: joget amerta Riwanto  Tirtosudarmo

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju