• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Teologi Pembebasan dalam Penafsiran Al-Quran

Teologi Pembebasan dalam Penafsiran Al-Quran

  • Tesis
  • 15 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Teologi Pembebasan dalam Penafsiran Al-Quran (Perspektif Farid Esack tentang Kerjasama Antaragama Melawan Ketidakadilan) 

Penulis: Erik Sabti Rahmawati (CRCS, 2006)

Kata-kata kunci: Teologi pembebasan, penafsiran al-Qur’an, Kerjasama antaragama.

Abstrak:

 

Penelitian ini berusaha menjawab tiga persoalan berkaitan dengan ide-ide Farid Esack, (1) bagaimana Farid Esack mengaplikasikan prinsip-prinsip liberation theology dalam upaya menafsirkan al-Qur’an? (2) bagaimana pandangan Esack tentang pluralisme agama dan kerjasama antarumat beragama? (3) mengapa Esack mengumandangkan pendapatnya tentang pluralisme agama dan kerjasama antarumat beragama dalam al-Qur’an?

 

Pendekatan dan metode yang digunakan adalah historis dan hermeneutika. Kajian historis digunakan untuk mengkaitkan pandangan Esack dengan sisi sejarah yang mengitari kehidupannya, sebagai causal explanation atau semangat zaman yang melatarbelakangi munculnya gagasan tersebut, sedang kajian hermeneutika dipakai untuk menangkap dan memahami gagasan-gagasan Esack yang tertuang dalam karya-karyanya.

 

Berdasarkan penelitian ditemukan hasil sebagai berikut. Pertama, hermeneutika Esack yang dibangun berdasarkan konteks Afrika Selatan juga merujuk prinsip-prinsip dan hermeneutics circle yang diajukan oleh liberation theology. Karena itu, Esack mengajukan kunci-kunci penafsiran yang khas Afrika Selatan, meliputi, taqwa, tauhid, nâs, mustadl`afin, `adl dan qist, dan jihad. Kedua, bahwa konsep pluralisme agama dalam gagasan Esack bukan sekadar berdasarkan alasan sosiologis atau praksis, melainkan teologis. Bagi Esack, al-Qur’an tidak hanya menunjukkan kebenaran yang dibawanya tetapi juga menghargai dan mengakui kebenaran pada agama lain, jadi tidak ada halangan bagi orang Islam untuk melakukan hubungan dan kerjasama dengan fihak-fihak non-muslim, dan kerjasama tersebut bukan sekadar alasan kemanusiaan tetapi benar-benar berlandaskan teologi keagamaan dan kesetaraan. Ketiga, faktor penyebab (causal explanation) yang menuntut Esack untuk mengumandangkan gagasannya adalah semangat zaman yang berpengaruh dalam kehidupan Esack, pertama; zaman ‘konvergensi atau oikumenisme agama’ (pertemuan agama-agama), kedua, dipengaruhi dan dibangun atas dasar kepentingan pembebasan masyarakat di Afrika Selatan dari penindasan yang dilakukan rezim apartheid, karena tafsiran-tafsiran klasik yang lebih bersifat eksklusif dalam kasus Afrika Selatan, justru melanggengkan sistem penindasan yang dilakukan apartheid.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

When faith meets extraction, what or whose priorit When faith meets extraction, what or whose priority comes first: local communities, organizations, or the environment?

Both Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah have voiced their acceptance of mining concessions, each with their own set of carefully considered perspectives. But what lies beneath their words?  In this upcoming #wednesdayforum, @chitchatsalad will dive deep using critical discourse analysis to unravel the layers of these powerful statements. We'll explore how these two of the world’s largest Islamic mass organizations justify their positions and what it reveals about their goals, values, and the bigger narratives in play.

This is more than just a conversation about mining. Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
J O G E D Kapan terakhir kali kamu menyapa teman d J O G E D
Kapan terakhir kali kamu menyapa teman dengan sebuah gestur tubuh, alih-alih meminjam seperangkat huruf dan emoji  dari balik layar? Tubuh kita menyimpan potensi ruang untuk berbicara satu sama lain, menggunakan perangkat bahasa yang sama-sama kita punya, saling menyelaraskan frekuensi melalui gerak. 

Simak artikel dari alexander GB pada seri amerta di web crcs ugm.
L I B A T Berbicara tentang kebebasan beragama ata L I B A T
Berbicara tentang kebebasan beragama atau berkeyakinan itu tidak cukup hanya di kelas; ataupun sebaliknya, bertungkus lumus penuh di lapangan. Keduanya saling melengkapi. Mengalami sendiri membuat pengetahuan kita lebih masuk dan berkembang. Menarik diri dan berefleksi membuat pengetahuan itu mengendap dan matang. Melibatkan diri adalah kunci.

Simak laporan lengkap Fellowship KBB 2025 hanya di situs web crcs ugm.
The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mi The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mission in Indonesia, nurturing faith while navigating a tough reality. Inside, the community faces its own struggles. Outside, it confronts Indonesia’s rigid rules on “legal religions,” leaving them without full recognition. This research uncovers their journey. This is a story of resilience, challenge, and the ongoing question of what religious freedom really means in Indonesia.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY