• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Book
  • Tiga Buku Seri Agama dan Bencana

Tiga Buku Seri Agama dan Bencana

  • Book
  • 6 November 2017, 12.42
  • Oleh: ardhy_setyo
  • 0

Tiga Buku Seri Agama dan Bencana

CRCS UGM – 6 Nov 2017

Penerbitan tiga buku seri Agama dan Bencana ini adalah bagian dari pengembangan gugus studi agama, budaya, dan alam di Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Universitas Gadjah Mada—dua gugus lainnya adalah hubungan antaragama, dan agama dan kehidupan publik. Program ini berjalan sejak tahun 2008, melanjutkan program agama dan sains sejak tahun 2002. Setelah beredar selama lima tahun sejak terbit pertama kali pada 2012, kini ketiga buku ini dapat diunduh dengan gratis.

Buku Pertama: Agama, Budaya, dan Bencana

Ketika bencana alam terjadi, pertanyaan yang segera muncul setelah informasi mengenai kejadian dan korban atau kerugian material adalah mengapa bencana itu terjadi. Pertanyaan ini mengarah pada tiga domain besar pembentuk realitas sosial dalam studi bencana di Indonesia, yakni sains, agama, dan kultur. Jika pendekatan sains lebih menitikberatkan penjelasan ilmiah yang didukung oleh rasionalitas dan data empiris, pendekatan agama merujuk pada teks-teks agama yang secara umum mengarah pada ide tentang hukuman, ujian, maupun pelajaran dari Tuhan yang “harus diambil hikmahnya”. Buku kesatu ini fokus membahas perspektif agama dalam memahami bencana.

[wpdm_package id=’11743′]

Buku Kedua: Respons Masyarakat Lokal atas Bencana

Aspek budaya sering kali hanya ditempatkan sebagai instrumen dalam ranah kajian bencana, khususnya pada proses pemulihan kondisi korban setelah kejadian bencana. Padahal, masyarakat lokal terbukti memiliki daya adaptasi yang luar biasa terhadap perubahan kondisi lingkungan. Dalam beberapa hal, meskipun tidak didasari “kerangka teori dan metodologi” yang jelas, masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda awal kejadian bencana. Sistem pengetahuan lokal ini seringkali diabaikan dalam proses mitigasi bencana. Buku kedua ini mengetengahkan pemahaman dan daya lenting masyarakat yang dibangun atas sistem pengetahuan lokal, sekaligus mengkaji kemungkinan mempertemukan pendekatan sains dan budaya.

[wpdm_package id=’11744′]

Buku Ketiga: Konstruksi Masyarakat Tangguh Bencana

Pendekatan yang digunakan untuk menyusun rencana kerja penanganan bencana adalah pendekatan sains. Sifatnya yang rasional, sistematis, dan terukur memungkinkan dilakukannya prediksi atas kerugian dan cakupan bencana sehingga kebijakan dan program-program penanganan bencana dapat dirumuskan berdasarkan data empiris serta dapat dikaji dan dievaluasi ulang untuk desain yang lebih baik. Buku ketiga ini lebih bersifat teknis dengan menekankan upaya praktis pembangunan masyarakat tangguh bencana.

[wpdm_package id=’11745′]

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Faith could be cruel. It can be used to wound thos Faith could be cruel. It can be used to wound those we might consider "the other". Yet, rather than abandoning their belief, young queer Indonesians choose to heal by re-imagining it. The Rainbow Pilgrimage is a journey through pain and prayer, where love becomes resistance and spirituality turns into shelter. Amidst the violence, they walk not away from faith, but towards a kinder, more human divine. 

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
H I J A U "Hijau" punya banyak spektrum dan metrum H I J A U
"Hijau" punya banyak spektrum dan metrum, jangan direduksi menjadi cuma soal setrum. Hijau yang sejati ialah yang menghidupi, bukan hanya manusia melainkan juga semesta. Hati-hati karena ada yang pura-pura hijau, padahal itu kelabu. 

Simak kembali perbincangan panas terkait energi panas bumi bersama ahli panas bumi, pegiat lingkungan, dan kelompok masyarakat terdampak di YouTube CRCS UGM.
T E M U Di antara sains yang mencari kepastian, a T E M U

Di antara sains yang mencari kepastian, agama yang mencari makna, dan tradisi yang merawati relasi, kita duduk di ruang yang sama dan mendengarkan gema yang tak selesai. Bukan soal siapa yang benar, melainkan  bagaimana kita tetap mau bertanya. 

Tak sempat gabung? Tak perlu kecewa, kamu dapat menyimak rekamannya di YouTube CRCS.
Dance is a bridge between two worlds often separat Dance is a bridge between two worlds often separated by distance and differing histories. Through Bharata Natyam, which she learned from Indu Mitha, Aslam's dances not only with her body, but also with the collective memory of her homeland and the land she now loves. There is beauty in every movement, but more than that, dance becomes a tool of diplomacy that speaks a language that needs no words. From Indus to Java, dance not only inspires but also invites us to reflect, that even though we come from different backgrounds, we can dance towards one goal: peace and mutual understanding. Perhaps, in those movements, we discover that diversity is not a distance, but a bridge we must cross together.

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY