• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Tesis
  • Upacara Manusa Yadnya (Sarira Samskara) dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Hindu di Bali

Upacara Manusa Yadnya (Sarira Samskara) dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Hindu di Bali

  • Tesis
  • 20 June 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Judul: Upacara Manusa Yadnya (Sarira Samskara) dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Hindu di Bali: Sebuah Analisis Perbandingan

Penulis: Ni Nyoman Sri Widiasih (CRCS, 2004)

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang pelaksanaan upacara Manusa Yadnya dalam agama Hindu dan hubungannya dengan kehidupan sosial masyarakat serta untuk mengetahui tata pelaksanaan upacara Manusa Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali dan Yogyakarta dalam pemuliaan eksistensinya, serta makna dari masing-masing ritual yang terkandung di dalamnya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka, yang akan didukung dengan wawancara pada orang-orang yang memahami dan melaksanakan upacara Manusa Yadnya. Adapun bahan primernya adalah kitab suci Weda dan sastra-sastra Lontar yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sedangkan pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis, yang hasilnya kemudian disajikan dalam pemaparan yang deskriptif analisis.

Akhirnya, dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu merupakan ungkapan rasa sujud bakti dan ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan, atas segala rahmat dan yadnya-Nya pada alam semesta beserta isinya. Pelaksanaan berbagai macam ritual dalam agama Hindu merupakan salah satu jalan yang dipergunakan untuk; mempererat, mengikat, memperkuat dan merawat iman. Sedangkan, upacara pokok yang dilaksanakan oleh umat Hindu yaitu Panca Yadnya, yang terdiri dari Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Manusa Yadnya merupakan upacara siklus hidup manusia yang dilaksanakan sejak bayi masih dalam kandungan hingga menikah sebagai ‘pemuliaan eksistensi manusia’. Upacara ini menjadi penting, karena masyarakat Hindu meyakini bahwa dengan melaksanakan upacara ini akan mampu membuat manusia menjadi lebih baik yang nantinya akan berpengaruh pada kehidupan sosialnya. Dengan asumsi bahwa, jika secara individu, manusia itu sudah baik, maka dalam pergaulan hidupnya di masyarakat juga akan menjadi baik. Oleh karenanya, setiap upacara yang dilaksanakan akan mengandung unsur permohonan, pengharapan dan pengampunan.

Pelaksanaan ritual Manusa Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali maupun di Yogyakarta pada hakikatnya memiliki esensi yang sama, akan tetapi dalam tata pelaksanaannya yang bervariasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh psikoreligius dan sosio-kultural setempat sebagai media pendukung. Dan dalam setiap pelaksanaan suatu yadnya dalam agama Hindu, sesungguhnya tidak akan bisa lepas terhadap pelaksanaan yadnya-yadnya yang lainnya, akan tetapi dalam pelaksanaannya ada satu yadnya yang lebih ditonjolkan, yang disertai dengan pelaksanaan yadnya-yadnya yang lain.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju