• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Filsafat dan Mistisisme Kosmologis Shihabuddin Suhrawardi

Filsafat dan Mistisisme Kosmologis Shihabuddin Suhrawardi

  • Berita Wednesday Forum
  • 13 December 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

john Dalam kajian Filsafat Islam, nama Shihabuddin Suhrawardi masyhur dengan konsep filsafat iluminasinya. Ia adalah tokoh kontroversial di masanya. Ia berusaha menggabungkan konsep filsafat dengan mistisisme. Tokoh inilah yang dalam Wednesday Forum CRCS-ICRS tanggal 01 Desember 2010 lalu dikupas oleh John Compaglia, mahasiswa Graduate Theological Union, Berkeley yang mengikuti program Luce Fellowship di UGM, dalam presentasinya “The Context and Content of Suhrawardi’s Use of Cosmogonic and Cosmological Doctrines in His Philosophical Allegories”.

Suhrawardi adalah orang Persia yang hidup di paruh kedua abad ke-12. Hidupnya cukup pendek, tak sampai berusia 40. Ia mati dieksekusi di Aleppo atas perintah Malik al Zahir dengan tuduhan pemikiran sesat. Karena itulah, selain terkenal sebagai Syaikh al-Isyraq (Sang Guru IIluminasi), dia juga terkenal sebagai Al-Maqtul (yang dibunuh). Pemikiran Suhrawardi secara umum adalah sintesa dari filsafat Peripatetik, Iluminasi, dan tradisi Mistisisme.

Compaglia membandingkan ulasan-ulasan atas Suhrawardi. Ia membandingkan ulasan Henry Corbin, Sayyed Hossein Nasr, John Walbridge, dan Hossein Ziai. Menurut Compaglia, ada beberapa perbedaan penekanan dalam ulasan-ulasan tersebut. Ada yang menekankan sisi filosofis Suhrawardi. Ada yang menekankan sisi mistik. Ada yang menyebutkan kecenderungan Peripatetik. Ada juga yang menyebutkan kecenderungan Iluminisionis.

Selanjutnya, Compaglia menuju pembahasan atas konsep ontologi Suhrawardi mengenai Tuhan dan penciptaan. Dari dimensi ini dipahami bahwa Suhrawardi meyakini tentang kemungkinan penyatuan jiwa makhluk yang telah melewati proses tertentu dengan entitas Tuhan. Untuk gambaran lebih gamblang mengenai alegori, Compaglia kemudian mengulas beberapa nukilan dari teks karya Suhrawardi yaitu “Hikmat al-Isyraq”.

Moderator diskusi, Yohanes S. Purwadi, mahasiswa ICRS, mengawali sesi tanya jawab dengan beberapa pertanyaan. Sesi kemudian berkembang mengenai bagaimana posisi Suhrawardi sesungguhnya dalam ranah metodologis. Dari beberapa komentar peserta dapat ditarik kesimpulan bahwa Suhrawardi menggunakan filsafat peripatetik serta konsep emanasi Ibnu Sina untuk kemudian disintesiskan dengan konsep-konsep mistik semisal kepunyaan Al-Hallaj.

Komentar juga muncul terkait dengan kontroversi pemikiran Suhrawardi dalam konteks teologis masa itu. Dalam kasus agama Kristen, sebagaimana Islam, ternyata kontroversi pemikiran kerap berujung kepada eksekusi. Dalam kasus ini, Suhrawardi telah cukup berhasil dalam upaya memaparkan konsep mistik dengan menggunakan argumen filosofis. Namun demikian, publik Islam pada masa itu masih belum bisa menerima konsep mistik ini.

Kosmogoni dan kosmologi merupakan argumen utama dalam bangunan pemikiran Suhrawardi. Inilah yang menjadi pijakan atas konsep mistik yang ia tawarkan. Dan untuk argument tadi, filsafat peripatetik dan filsafat emanasi maupun iluminasi neoplatonik mutlak diperlukan. Dan dalam paparan ini, Suhrawardi memilih gaya bahasa alegoris demi kedalaman dan pemahaman makna yang ia maksudkan. Demikian simpulan akhir Compaglia atas presentasinya hari itu. [MoU].

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Clicks are shaping conflicts. In Indonesia’s digit Clicks are shaping conflicts.
In Indonesia’s digital sphere, algorithms now fuel intolerance, speed up radical shifts, and collapse the distance between online anger and real-world violence. “From Clicks to Conflict” reframes radicalism and extremism through Indonesia’s own data, cases, and digital behavior. Understanding how hate evolves online isn’t optional anymore. It’s the frontline of preventing the next wave of violence. 

Come and join  #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor.  We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
H I L A N G Dalam sejarah perjuangan peradaban, pe H I L A N G
Dalam sejarah perjuangan peradaban, perempuan kerap ditulis sebagai jeda, bukan kalimat utama. Ia seolah hilang tak terdengar meski perannya selalu bingar. Seperti yang ditunjukkan oleh keempat pembicara ini, perempuan kerap menjadi dasar atas sebuah pergerakan, selalu menemukan celah dan mengubahnya menjadi kehidupan. Dari keempatnya kita belajar bahwa perempuan punya hak dan kemampuan untuk menafsir ulang hidup tanpa harus menunggu restu siapa pun.

Simak kembali percakapan di sesi ini dan menapaktilasi ragam perjuangan perempuan seluas mungkin di YouTube CRCS UGM.
L A M P I O N Memori laiknya lampion. Terkadang ia L A M P I O N
Memori laiknya lampion. Terkadang ia redup dan rawan, tetapi terus menggantung di langit halaman. Arsip ialah bahan bakar yang terus menghidupi ingatan. Ia menjadi sumbu bagi suluh yang berpijar. Pun dengan arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia. Keberadaannya menjadi pembuka jalan untuk menata kembali peta bangsa dari serpihan gelap yang sengaja dilupakan. 

Simak kembali perbincangan bernas peluang dan tantangan digitalisasi arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia hanya di YouTube CRCS UGM
Faith could be cruel. It can be used to wound thos Faith could be cruel. It can be used to wound those we might consider "the other". Yet, rather than abandoning their belief, young queer Indonesians choose to heal by re-imagining it. The Rainbow Pilgrimage is a journey through pain and prayer, where love becomes resistance and spirituality turns into shelter. Amidst the violence, they walk not away from faith, but towards a kinder, more human divine. 

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY