Wednesday Forum pada tanggal 10 Februari 2010, seharusnya dihadiri oleh Prof Mark Woodward, sebagai pembicara, namun berhubung beliau tidak bisa hadir maka diganti oleh pembicara lain. Roy Allan B Tolentino MA, yang membahas “Etika Levinasian dan Dialog Antaragama”. Dalam foum kali ini Ali Amin, MA menjadi moderator. Roy berbicara tentang karya Emmanuel Levinas (1906-1995) dalam menilai sistem etika tradisional, dengan melakukan reorientasi subjektivitas secara radikal. Presentasi ini bertujuan untuk memperkenalkan Levinas dan menunjukkan bagaimana etika dan posisi subjektivitas individu dalam dialog antar-agama.
Dalam presentasinya Roy membagi ke dalam tiga bagian, yang pertama adalah tentang pengenalan singkat tentang teori etika, bagian kedua adalah tentang sketsa biografi Emanuel Levinas dan bagian ketiga adalah tentang sikap kritis terhadap pemikiran Levinas dalam melihat kondisi dialog antaragama. Dalam biografi Levinas dan pikirannya, Roy menjelaskan bahwa Emanuel Levinas adalah seorang Yahudi tradisional yang sangat intelek. Dia memulai studi filsafat dengan filsuf Perancis Maurice Blanchot. Dia mengejar studi fenomenologi di bawah ajaran Edmund Husserl. Di Jerman dia juga bertemu Martin Heidegger. Levinas menjadi salah satu intelektual Perancis pertama yang menarik perhatian pada Heidegger dan Husserl. Namun demikian, Levinas pada akhirnya menyesali sikap Heidegger, karena afinitasnya terakhir dalam mendukung gerakan Nazi.
Levinas berpikir bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas lain sudah berakar dalam konstitusi subjektif manusia. Levinas berpendapat bahwa setiap orang akan segera setuju bahwa subjektivitas adalah hal paling penting untuk mengetahui apakah manusia digerakkan oleh moralitas atau tidak. Levinas berpendapat bahwa subjektivitas terbentuk dalam diri dan melalui subjektivitas orang lain pula. Dengan cara ini, Levinas tidak sedang mencoba menjauhkan upaya tradisional untuk menempatkan orang lain dalam subjektivitas diri sendiri ke dalam subjektivitas yang lain. Ini berarti bahwa tanggung jawab manusia untuk orang lain bukanlah keharusan turunan dari subjektivitas individual, melainkan kewajiban dalam menemukan subjektivitas diri kita sendiri dengan memberikan arah dan orientasi yang berarti. Pehamaman terhadap etika subjektivitas ini menjadi modal penting dalam melakukan dialog antar agama. Presentasi Roy memberi kesan bahwa filsafat itu tidak sulit, tinggi dan esoterik, karena ia dapat menjelaskan tentang pemikiran etika Levinas dalam dialog antaragama dengan cukup jelas.
Banyak pertanyaan yang ditujukan kepada Roy tentang bagaimana Levinas menawarkan kesepakatan dan kontestasi antara subjektivitas individu dengan kolektivisme dalam melakukan dialog antaragama? Apa yang menjadi sensor dan makna nilai ketika menentukan kebenaran dalam dialog antaragama dan banyak pertanyaan lain dan masukan yang dapat direspon dengan baik oleh Roy.
Roy Allan B Tolentino MA atau akrabnya hanya dipanggil dengan Roy adalah warga Filipina, dan sekarang belajar di ICRS sebagai mahasiswa PhD. Presentasinya tentang Levinas ini merupakan salah satu tema dari disertasinya mengenai pemikiran Levinas dalam menyikapi dialog antar agama.
(HAK)