Jay Rock menjadi tamu pembicara untuk Wednesday Forum tanggal 17 Februari, 2010. Jay Rock adalah koordinator hubungan antar agama untuk gereja Presbyterian, USA. Jay membahas “Kata Bersama Antara Kami dan Anda: Apakah kasih Tuhan dan cinta kepada tetangga cukup menjadi dasar untuk hubungan Muslim-Kristen?” Dalam forum ini, Bernard T. Adeney-Risakotta, Direktur ICRS-Yogya menjadi moderator. Kata pengantarnya dalam forum ini membuat suasana dalam diskusi menjadi lebih menarik. Jay Rock mempertanyakan bagaimana orang-orang Kristen menanggapi konsep “Kata Bersama”? yang terkandung dalam makna kitab suci dan dalam hubungannya dengan Islam? Apakah makna kalimat yang sama dalam kitab suci ini dapat menjadi dasar dalam hubungan dan juga menjadi jembatan dalam melihat perbedaan-perbedaan di antara kita?
Dokumen asli dari “Kata Bersama” adalah sebuah isu yang ditandatangani pada tahun 2007. Dokumen ini merupakan undangan dari para pemimpin agama Kristen yang ditandatangani oleh para 138 pemimpin dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia. Dokumen tersebut berjudul “Sebuah Kata bersama antara Kami dan Anda” yang sebenarnya merujuk pada Surah ketiga Al-Quran, ayat 64, yang mengatakan bahwa semua ahli kitab datang ke dunia secara bersama-sama untuk membangun dunia yang adil antara kami dan kamu. Hal ini menarik karena konsep ini adalah undangan untuk datang bersama, membangun perdamaian dan keadilan. Berakar pada prinsip-prinsip tersebut, maka yang kita butuhkan untuk berbagi adalah yang adalah kasih Tuhan dan kasih sesama.
Jay Rock berpendapat bahwa kalimat yang mengandung makna sama dalam kitab suci sangat signifikan untuk perkembangan dunia, karena berbagai macam orang yang menandatangani konsep “kata bersama” datang dari Asia, Amerika, Timur Tengah dan Eropa akan menyebarkan gagasan ini ke tetangga mereka sendiri satu sama lain. Kedua, gagasan “kata bersama” telah berakar dalam Kitab Suci, seperti Al Quran dan di dalam Alkitab. Kedua kitab suci ini benar-benar mewakili kebaikan hidup bersama secara damai di antara orang yang berbeda. Ketiga, membangun saling akuntabilitas di kalangan umat Islam dan Kristen untuk kehidupan komunal, damai dan hidup bersama. Akuntabilitas secara timbal balik jika dianggap serius cukup penting bagi masyarakat. Keempat, seruan aksi damai. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa hubungan masa depan kita bersama akan didasarkan pada hubungan sosial. Kelima, konsep “dunia bersama” cukup penting karena menegaskan keadilan dan kebebasan agama sebagai alat untuk mencintai sesama kita.
Dalam sesi tanya jawab, banyak pertanyaan, masukan dan kritik datang dari sarjanawan yang berkonsentrasi dalam hubungan antaragama, seperti Fatimah Hussein dan Suhadi Cholil. Suhadi melihat bahwa permasalahn di Indonesia sebenarnya tidak hanya masalah eksternal antara Muslim dan Kristen, tetapi juga lebih kepada masalah internal. Sebagai contoh, permusuhan dan perselisihan di kalangan umat Islam dalam menafsirkan sebuah masalah menciptakan konflik, karena itu banyak aliran dalam Islam, seperti Islam radikal, Islam moderat, dan Islam lokal dan lain-lain yang masing-masing dari mereka tidak hidup secara berdampingan. Perselisihan ini tidak hanya terjadi dalam Islam, tetapi juga di Kristen. Selain itu, Suhadi bertanya seberapa jauh bahwa pengertian “dunia bersama” ini telah diadaptasi dengan baik oleh lembaga-lembaga keagamaan, karena ia sendiri cukup ragu melihat gagasan ini dapat juga diimplementasikan di Indonesia.
Akhir dari forum ini disimpulkan dengan baik oleh moderator dengan memberikan penjelasan pada beberapa poin-poin penting, antara lain makna “Kata Bersama“ seharusnya tidak hanya bersifat eksternal, namun juga internal intra agama masing-masing. yang telah dikemukakan oleh pembicara. Forum ditutup pada pukul 14.30 ditandai dengan aplaus panjang yang diberikan kepada pembicara, Jay T. Rock.
(TIB)