• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Tren Baru Urban Elite Sekolah Islam: Sebuah Studi Kasus di Yogyakarta

Tren Baru Urban Elite Sekolah Islam: Sebuah Studi Kasus di Yogyakarta

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Kombinasi antara kebangkitan Islam dan kelas menengah di Indonesia menghasilkan pasar baru bagi pendidikan Islam: munculnya elite perkotaan sekolah-sekolah Islam. Kombinasi ini terjadi pada 1990-an karena ada banyak kelas menengah Muslim membelanjakan uang mereka untuk mendidik anak-anak mereka di sekolah dasar dengan biaya yang sangat mahal, yang lebih mahal dibanding biaya kuliah di sebuah universitas negeri. SD Islam ini tidak seperti banyak lembaga pendidikan Islam tradisional lainnya, karena secara garis besar tidak secara langsung terhubung ke organisasi Islam lama seperti NU atau Muhammadiyah, tetapi lebih merupakan yayasan atau waralaba yang independen. Namun, ketegangan antara organisasi-organisasi Islam yang bermain, khususnya di kalangan NU, Muhammadiyah dan PKS, juga terjadi dalam model-model kontestasi di ruang baru ini.

Dalam diskusi Wednesday Forum kali ini, Karen, sang presenter, melihat dua jenis sekolah di Yogyakarta yakni SD Islam Terpadu dan SD Islam Al Azhar. Walaupun keduanya mengaku mempromosikan Islam sejati, presentasi dan praktek-praktek mereka bervariasi, dan berpengalaman tidak hanya melalui pelajaran di kelas, tetapi dalam budaya sehari-hari sekolah.

Karen lulus dari International of Education from Harvard University. Sekarang dia sedang menyelesaikan gelar PhD dalam bidang International Comparative Education Antropologi dari Columbia University, New York City. Karen telah banyak melakukan presentasi internasional, seperti presentasi tentang budaya dan Identitas; perkotaan dan pendidikan Islam; komparasi pendidikan internasional, dan beberapa seminar internasional terpilih lainnya.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan, saran, kritik muncul. Kritik Endy Sa, menanyakan bahwa Karen tidak menunjukkan pertanyaan utama dalam penelitian. Dia hanya menjelaskan tentang fenomena sekolah elite perkotaan, tapi tidak tampak memproblematisasikan. Padahal, menimbulkan berbagai pertanyaan dan masalah merupakan unsur paling penting sebelum kita melakukan penelitian lapangan. Dalam pertanyaan yang sangat mendasar, Endy juga menanyakan Karen latar belakang mengapa ia tertarik dalam topik ini. Pak Berney, Direktur ICRS memberikan masukan dan beberapa pertanyaan kritis, seperti apa yang dimaksud dengan konsep “terpadu” (kombinasi) di sekolah Islam, apakah ini adalah penggabungan antara Islam tradisional, modern dalam sekolah dasar atau apa? Pertanyaan menarik lainnya juga mengenai apakah sekolah-sekolah elite ini menunjukkan adanya kebangkitan kembali gerakan pemurnian Islam dalam agama saat ini di Indonesia?

Beberapa pertanyaan tersebut dijawab secara apologetik. Karena berasal dari disiplin antropologi, Karen mengaku, meneliti secara grounded, seolah peneliti tak membawa suatu masalah. Pertanyaan lain dijawab secara retorik. Dia balik mempertanyakan apakah yang dimaksud terpadu itu?

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

L A B E L Seberapa penting sebuah label? Bagi makh L A B E L
Seberapa penting sebuah label? Bagi makhluk modern, label itu penting walau bukan yang paling penting. Ia menjadi jendela informasi sekaligus penanda diri. Dalam kacamata masyarakat legalis, label juga berarti penerimaan dan perlindungan. Namun, seringkali label itu disematkan oleh entitas di luar diri, terlepas ada persetujuan atau tidak. Karenanya, tak jarang label juga menjadi penghakiman. Dalam silang sengkarut semacam ini, perebutan kuasa bahasa atas label menjadi vital, terutama bagi kelompok rentan yang dimarjinalkan. Kalau kata teman yang alumni dusun Inggris , "label is rebel!"

Simak bincang @astridsyifa bersama @dedeoetomo tentang lokalitas dan ekspresi identitas gender di situs web crcs
Waktu Hampir Habis 😱 HARI INI TERAKHIR PENDAFTA Waktu Hampir Habis 😱
HARI INI TERAKHIR PENDAFTARAN MASUK CRCS UGM 🫣

Jangan sampai lewatin kesempatan terakhir ini !! 
#crcs #ugm #s2 #sekolahpascasarjanaugm
Kupas Tuntas masuk CRCS UGM (Live Recap) #crcsugm Kupas Tuntas masuk CRCS UGM
(Live Recap)

#crcsugm #pendaftarancrcsugm #sekolahpascasarjanaugm #s2 #ugm #live
Beli kerupuk di pasar baru Nih loh ada info terbar Beli kerupuk di pasar baru
Nih loh ada info terbaruuu

Penasaran gimana rasanya jadi bagian dari CRCS UGM? 🧐 Yuk, intip live streaming kita hari Senin, 30 Juni jam 15.00-17.00 WIB yang akan mengupas tuntas seputar pendaftaran, kehidupan kampus CRCS UGM dan banyak lagi!
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY