• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Tiga Alasan Mengapa Kita Harus Mencari Kebenaran Secara Serius

Tiga Alasan Mengapa Kita Harus Mencari Kebenaran Secara Serius

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Wednesday Forum pada tanggal 9 December 2010 mengundang Dr Phill Enns untuk berbicara tentang pencarian makna kebenaran. Dr. Enns pernah diundang sebagai dosen tamu di CRCS UGM pada tahun 2008 dan mengajar “Introduction to Postmodernism”. Sebelumnya ia mengajar di Gindiri College of Theology di Nigeria dan Brock University.

Dalam presentasinya, Dr. Enns melihat bahwa bicara tentang budaya harus diperhatikan pada konteks dan perspektif. Jenis perbincangan ini merupakan refleksi pada diri yang dalam kenyataannya telah terbukti sangat berharga baik untuk mengakses wawasan secara luas. Namun, salah satu konsekuensi dari wacana yang muncul terutama dari ilmu-ilmu sosial, adalah keengganan di pihak para sarjanawan untuk menganggap diri mereka sendiri sebagai bagian dari proyek yang lebih besar dalam mengejar kebenaran. Dr Enns sangat menyayangkan hal ini.

Alih-alih berdebat mengapa hal ini sangat disayangkan, Phill Enns justeru ingin menawarkan tiga alasan mengapa orang-orang yang mempelajari agama harus mencari jalan kebenaran secara serius. Pertama, ia berpendapat bahwa keyakinan keagamaan tidak dapat dipelajari dengan baik tanpa mempertimbangkan bagaimana mereka harus berlaku secara benar. Kedua, ia berpendapat bahwa beberapa kepercayaan agama terkadang lebih benar dari yang lain, dengan demikian studi agama harus mencakup penilaian tentang nilai keyakinan akan kebenaran. Ketiga, jika orang serius terhadap dialog antar-agama, maka dialog ini harus didasarkan pada pencarian kebenaran. Enns menyimpulkan bahwa dalam rangka menjadikan studi agama sebagai disiplin yang menawarkan pengetahuan dan pemahaman, maka subjek harus berkomitmen untuk mencari nilai Kebenaran itu sendiri.

Setelah memberikan sambutannya selama tiga puluh menit, beberapa pertanyaan dan komentar ditujukan kepada Dr Enns, misalnya komentar dari Sita mengenai beberapa poin tentang perbedaan antara budaya dan agama yang sering kali membingungkannya, Sita juga tidak setuju dengan identifikasi Dr Enns yang mengatakan bahwa definisi agama sering kali melampaui batas budaya dan geografis, sementara budaya diletakkan pada ranah yang sangat terbatas. Saber, seorang mahasiswa Phd juga tidak setuju jika agama dan budaya terpisah secara jelas, karena sering kali keduanya justeru berbaur bersama. Saber juga menegaskan bahwa untuk menemukan kebenaran sejati tidaklah mudah, untuk memutuskan suatu kebenaran tunggal hampir tidak mungkin karena setiap orang memiliki definisi sendiri tentang kebenaran. Forum ini berakhir pada pukul 14,30 dimana lebih cepat dibanding waktu biasanya.

Dr Phill Enns saat ini menjadi dosen tamu di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Beberapa mata kuliah yang diampunya antara lain “Global Issues-Religion, Democracy and the Public Sphere”,? “Contemporary Philosophical Thought: Jurgen Habermas”?, “Introduction to Philosophy”?, “Modern Western Philosophy”, dan “Logic: Critical Reasoning”?. Beberapa publikasi terpilihnya antara lain “Interkoneksi antara Filsafat Islam dan Barat di Dunia Hari Ini” yang diterbitkan oleh IAIN Jambi, dan “Nalar dan Wahyu: Kant dan Masalah Otoritas” yang diterbitkan oleh International Journal for Philosophy of Religion.

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju