• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Perbedaan dan Dialog dalam Kekristenan

Perbedaan dan Dialog dalam Kekristenan

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Umat Kristen harus menjalin hubungan dengan umat non-Kristen, dengan cinta dan sikap menghargai, terlibat dalam dialog dengan kerendahan hati, mengakui kebenaran dan kekudusan yang disampaikan oleh Roh Kudus terhadap agama-agama lainnya. Demikian salah satu pandangan Mega Hidayati pada Wednesday Forum, 3 Juni 2009, dengan mengangkat topik diskusi “Sebuah Pandangan Muslim terhadap Dialog Inter-Kristian.”

Berdasarkan pengalaman mengikuti sandwich program di Union Theological Seminary, New York, 2008, Mega melihat bahwa di dalam kekristenan terdapat berbagai pandangan yang berbeda. Sebagai contoh, dalam perdebatan evangelikal, terdapat dua pandangan yang dianggap dominan dan berbeda satu sama lainnya, yakni ekslusivisme dan inklusivisme. Orang-orang yang dianggap eksklusif lebih menempatkan Yesus di atas kepercayaan lainnya. Sedangkan Inklusif, termasuk di dalamnya pluralis, menyangkal adanya otoritas yang unik dan menguasai segalanya.

Di samping berbicara mengenai pandangan ekslusif dan inklusif, bagi Mega terdapat pula perspektif dari pihak progresif, partikuralisme radikal dan pentakostal. Masing-masing memiliki perspektif dan atau klaim yang cukup berbeda satu sama lainnya, terutama terkait dengan kehidupan umat Kristen dengan komunitas atau umat lainnya.

Dengan perspektif dan atau klaim yang berbeda-beda tersebut Mega mempertanyakan setiap pihak terkait dengan dialog yang perlu dibangun didalamnya. Contohnya, untuk perspektif evangelikal, siapa yang bisa menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah? Apa ukurannya? Terhadap progresif perspektif, apakah metafora yang dipakai dalam menggambarkan tentang Yesus menunjukkan bahwa Kristen seutuhnya tidak lebih dari metafora kehidupan moral? Dapatkah mencapai kebenaran universal?

Berdasarkan pengalaman di atas Mega melihat adanya kecenderungan sikap tidak toleran terhadap perspektif yang berbeda di internal kita daripada pada agama lainnya. Untuk itu, dialog intra-Kristian dibutuhkan untuk membawa damai dan rekonsiliasi di antara umat Kristen dan orang-orang beriman lainnya. Terkait dengan itu pula, merujuk pendapat Mahmoud Ayoub, salah satu persoalan dalam dialog umat Kristen-Muslim adalah ketidakmampuan menerima iman orang lain di samping istilah-istilah mereka sendiri.

Dari beberapa tanggapan peserta terhadap pandangan Mega, terdapat salah satu tanggapan yang menarik. Tanggapan ini menunjukkan kesalahan dalam melihat kehidupan umat Kristen dalam kacamata kategori atau pengelompokan diatas. Tidak ada evangelis, pluralis, inklusifis, ekslusifis, progresifis, dan sebagainya. yang secara melulu diaplikasikan oleh umat Kristen. Seseorang pada saat yang sama bisa menjadi ekslusifis, inklusifis, progresifis, dan sebagainya. karena berbagai ajaran atau pengalaman yang dipahaminya.

Konteks dari kehidupan atau keberadaan umat Kristen perlu dipertimbangkan pula, karena melahirkan atmosfer dialog atau hubungan yang berbeda, terutama ketika terdapat kelas dan berbagai perbedaan mendasar lainnya. Hubungan atau dialog dalam komunitas umat Kristen yang akademis, contohnya, mempengaruhi wacana dan sikap yang dibangun di dalamnya, dan hal ini akan berbeda dengan mereka yang berdialog dalam kehidupan sehari-hari baik dengan sesama Kristen maupun umat lainnya.

[MEGA HIDAYATI is an ICRS student who earned her master’s degree from CRCS UGM. Her research (thesis) was on Human Finitude and Interreligious Dialogue: A Discussion on Hans-Georg Gadamer’s Thoughts. Mega just finished her Sandwich Program, a semester studied at Union Theological Seminary, New York City, New York. She was involved with the conference on Gender, Post-Colonialism and Interfaith Movements, New York, October, 24-25, 2009. She also spoke on several workshop and group discussion on interfaith dialogue.]

Abstrak presentasi dapat dilihat pada link berikut:

http://crcs.ugm.ac.id/news.php?news_id=180

(JMI)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju