Tema untuk Wednesday Forum pada tanggal 31 Maret 2010 adalah “Kontradiksi Matthew” disampaikan oleh Ahmad Saber, seorang mahasiswa ICRS-Yogya. Forum ini diadakan di Ruang 306 di Gedung Sekolah Pascasarjana, dan Dr Robinson Rajagukguk bertindak sebagai moderator.
Dalam presentasinya, pembicara, yang akrab dipanggil Saber oleh rekan-rekannya di ICRS dan CRCS, mengungkap berbagai kontradiksi telah ia temukan dalam ajaran Kristen khususnya Alkitab Perjanjian Baru.
Saber mengatakan bahwa telah banyak buku yang tak terhitung jumlahnya diterbitkan oleh sarjana Kristen dengan mengangkat topik tentang berbagai kontradiksi dalam Alkitab. Meskipun demikian, ia mengatakan, sebagian besar buku-buku tersebut telah mempunyai berbagai jalur penafsiran berbeda. Ada yang bersifat mendamaikan setiap perbedaan melalui abstraksi dan sebagainya, dan ketika ayat-ayat tersebut disajikan dengan dua versi yang saling bertentangan satu cerita dalam Alkitab para sarjanawan Kristen hanya memilih satu yang menurut mereka secara pribadi lebih suka dan mengklaim bahwa yang lain adalah kesalahan juru tulis, atau klaim bahwa Yesus tidak lebih dari legenda dan mitos, dan bahwa Alkitab, para rasul, dan bahkan Yesus sendiri hanyalah imajinasi seseorang. Saber, di sisi lain, tidak sepakat dengan berbagai jenis perbedaan ini. Dia, bagaimanapun juga, mengambil penafsiran lain yang berbeda yaitu bahwa Yesus memang seorang nabi yang benar dari Tuhan, tetapi bahwa pesan-Nya dikorupsi oleh orang-orang yang datang sesudah dia untuk keuntungan pribadi.
Tujuan dari presentasi Saber adalah untuk memverifikasi afirmasi Alquran berkaitan dengan distorsi umat manusia dalam Injil, tantangan terhadap interpretasi “Injil menurut St. Matius, menggali dan meneliti kontradiksi Injil Matius dari perspektif yang berbeda”. Tujuan lainnya adalah menciptakan berbagai masalah berdasarkan isu kekinian dan menyatakan terhadap apa yang hendak dibersihkan dari berbagai kontradiski dan dan apa yang masih menjadi kontradiksi; menunjukkan bukti nyata tak terbantahkan bahwa manusia bersalah karena merusak agama Yesus setelah ia meninggal; mempromosikan gagasan bahwa banyak hal yang mungkin orang selalu anggap sebagai benar, ternyata tidak harus demikian: memperdalam pemahaman agama dan komitmen dalam konteks antar-agama; dan mengisi kekosongan yang masih dilihat Saber dalam bidang ini.
Saber mengutip beberapa hal dalam Alkitab yang menurutnya bertentangan satu sama lain terutama lima kitab-kitab Injil dalam Perjanjian Baru. Dia mengatakan bahwa setiap versi Injil ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes yang bertentangan masing-masing bahkan sampai ke titik mempertanyakan keaslian injil itu sendiri.
Saber menyimpulkan presentasinya dengan mengatakan bahwa: surat Matius sekarang tidak diakui bahwa dikarang oleh Matius. Yohanes juga tidak diakui bahwa yang menulis adalah Yohanes. Bahkan sekarang ketika orang-orang Kristen dan perguruan tinggi Kristen menyadari hal ini menjadi fakta ilmiah mereka masih tidak mau repot-repot memberitahu ke publik. Banyak kontradiksi dapat ditemukan dan terdokumentasikan selama berabad-abad dalam Alkitab Kristen yang pura-pura tidak diketahui dan dikenali lebih lanjut oleh para sarjanawan. Hanya publik yang tidak mengetahui hal ini. Itulah mengapa gereja perlu menuntut hal tersebut, khususnya para mengenai “keimanan buta” dari publik Kristen.
Para pemeluk Kristen yang menghadiri forum ini tidak banyak, tamun presentasi Saber sangatlah bersifat kontroversial. Kalau saja forum ini tidak dibatasi waktu, Saber mungkin banyak menimbulkan kritik, pertanyaan dan reaksi yang sama dari dosen dan mahasiswa. Agus, seorang mahasiswa ICRS-Yogya, menyatakan bahwa hal tersebut tidak penting bagi seorang Kristen apakah Alkitab memiliki banyak kontradiksi atau tidak, ia melanjutkan bahwa adalah tidak mempengaruhi keimanan orang Kristen dengan mengatakan bahwa Alkitab memiliki banyak kontradiksi, ia menyatakan bahwa iman Kristen tidak layu dengan kontradiksi seperti yang diklaim oleh Saber dan yang lain dalam Alkitab karena apa yang terpenting adalah keimanan terhadap Yesus Kristus. Jimmy, seorang mahasiswa CRCS, bertanya apa yang telah Saber pelajari dari studi tentang kekristenan, merupakan konsepsi tentang kekristenan yang sama seperti ia pelajari sebelumnya atau justru berubah belakangan ini? Siti Syamsiyatun, direktur ICRS-Yogya berkomentar bahwa Saber melakukan pendekatan reduksionis dalam wilayah pemikirannya. Robinson bertanya apakah yang Saber pelajari adalah kesimpulan akhir dari studinya atau hanya tantangan sementara untuk membangun kesimpulannya kelak, karena untuk Robinson tidak melihat apa yang akan Saber teliti pada asumsi berikutnya. Forum ini berakhir tepat pukul 2:30 di sore hari dengan tepuk tangan hangat untuk Saber.
(HAK)