The conflict in Poso has caused segregation within its society which will be indicated with the existence of territories or boundaries based on certain religions. In relation with the segregation, Izak Y. M. Lattu, a CRCS alumnus who is currently working at Satya Wacana Christian University, said that the existence of the Youth Center in Poso is effective in building openness and peaceful relationship among the Poso youth. Through its implementation, positive impacts are expected to happen in the near future. Since its establishment, one of its positive impacts is bridging the segregation.
Our topic discussion of Wednesday Forum this week is “A Muslim View of Inter-Christian Dialogue”, that will be articulated by the speaker, Mega Hidayati, M. A. We invite you to join this forum. Some information about the forum can be read as follows.
Date: Wednesday, 6 June 2009
Time: 12.30 pm ? 2.30 pm (free lunch)
Venue: Room 306, UGM Graduate School Teknika Utara, Pogung
Speaker: MEGA HIDAYATI, M. A.
Abstract:
The diversity of religions and of Christianity in the world calls for respect and cooperation. Interreligious and intrareligious dialogues can be two of the paths to respond on this calling. Indeed, both kinds of dialogues are not easy especially related to conflicting truths as we can find in immense writings and experiences.
Topik dikusi pada Wednesday Forum minggu ini adalah “Pandangan Muslim terhadap Dialog Inter-Kristian,” yang akan diartikulasikan oleh Mega Hidayati, M. A., pembicara minggu ini. Kami mengundang Anda untuk bergabung dalam forum ini. Beberapa informasi mengenai forum ini dapat dibaca sebagai berikut ini.
Hari/tanggal: Rabu, 6 Juni 2009
Waktu: 12.30 ? 14.30 WIB (makan siang gratis)
Tempat: Ruang 306, UGM Sekolah Pascasarjana Jln. Teknika Utara Pogung
Pembicara: Mega Hidayati, M. A.
Abstrak:
Agus Tridiatno Yoachim, mahasiswa ICRS-Yogyakarta, pada Wednesday Forum 29 April 2009 lalu menerangkan bahwa peziarahan Katolik di biara Hati Kudus Yesus, Ganjuran, Bantul, menganggap air yang berasal dari tempat ziarah itu sebagai berkat dari Tuhan. Air itu dianggap berkaitan dengan iman mereka kepada Yesus Kristus. Melalui air tersebut harapan atau permintaan peziarah sebagian besar dikabulkan, termasuk disembuhkannya berbagai penyakit yang mereka alami.
Keberadaan tempat peziarahan ini secara historis diawali dengan usaha keluarga Schmutzer dalam membangun daerah Ganjuran. Usaha mereka dimulai dari pengembangan industri gula dengan membeli perkebunan tebu dan sebuah pabrik gula bernama Gondang Lipoero. Mereka kemudian mendirikan sebuah gereja Katolik bergaya Hindu pada tahun 1924, dan diteruskan dengan pendirian biara Hati Kudus sebagai sebuah monumen untuk menyembah Yesus pada tahun 1927-1930.
During the April 29, 2009 Wednesday Forum, Agus Tridiatno Yoachim, a first year ICRS-Yogya student, spoke about the Sacred Heart of Jesus Temple in Ganjuran, Bantul; a place where Catholic Christians go for pilgrimage. The place is teemed with water which is considered as a medium of God?s blessing to his people. The water flows from a wellspring. The pilgrims relate the water to their faith to Jesus Christ. Through the water, their hopes will be answered and their diseases will be healed too.
Historically, the existence of the temple was started by the Schmutzer family who were into sugar industry in Ganjuran. They bought sugarcane field and a sugar factory called Gondang Lipoero. They built a Catholic church in Hindu style in 1924, and then build the Sacred Heart of Jesus Temple, a monument to worship Jesus Christ; the construction of the temple was from 1927 to 1930.
Topik diskusi pada Wednesday Forum minggu ini adalah “Penolakan Kaum Yahudi terhadap Konversi di Spanyol Abad XIV”, yang akan diartikulasikan oleh Kristine T. Utterback, Ph. D., pembicara minggu ini. Kami mengundang Anda untuk bergabung dalam forum ini. Beberapa informasi mengenai forum ini dapat dibaca sebagai berikut ini.
Hari/tanggal: Rabu, 20 Mei 2009
Waktu: 12.30 14.30 WIB (makan siang gratis)
Tempat: Ruang 306, UGM Sekolah Pascasarjana Jln. Teknika Utara Pogung
Pembicara: Kristine T. Utterback, Ph. D