• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Baha'isme di Negara-Negara Eropa

Baha'isme di Negara-Negara Eropa

  • Berita Wednesday Forum
  • 13 May 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Salah satu alumni CRCS, Amanah Nurish, tampil pada Wednesday Forum CRCS-ICRS 27 April 2011, membawakan presentasi berjudul ‘Baha’ism in European Countries’. Amanah telah melakukan perjalanan ke beberapa Negara Eropa dalam rangka riset tentang kehidupan keagamaan komunitas Baha’i sebagai pengembangan lebih lanjut tesisnya, Baha’isme di Indonesia, ketika menyelesaikan M.A di CRCS UGM.

 

Dari pengalaman selama di Eropa itulah,  Nurish menemukan bahwa Baha’isme sebagai agama Abrahamik baru lebih mendapat jaminan di Eropa ketimbang di Indonesia. Beberapa pemeluk Baha’i yang diwawancarai Nurish di Jerman dan Belanda mengatakan mereka dapat secara bebas mengamalkan agama. Berbeda dengan fakta yang ia temukan di Indonesia, tidak hanya sulit melaksanakan ibadah, bahkan tidak mendapatkan pengakuan dari Negara.

 

Di tanah kelahirannya, kaum Baha’i mendapat tekanan dari pemerintah Iran. Bagi institusi keagamaan di Iran, Baha’isme adalah sempalan dari agama-agama Abrahamik dan dianggap murtad (keluar dari Islam). Penolakan terhadap Baha’i juga terjadi di banyak negara Musilm, kecuali Turki yang menganut paham demokratik-sekularistik. Kaum Baha’i keturunan Timur Tengah lebih memilih pindah ke Eropa karena mereka dapat menemukan kebebasan beragama di sana.

 

Uraian pengantar Nurish ternyata mendapatkan respon dari banyak peserta diskusi. Pada sesi tanya-jawab ini, Nurish memberikan penjelasan lebih luas mengenai Baha’isme. Baha’i merupakan gabungan dan sinkretisme dari agama-agama Abrahamik. Di Indonesia kaum Baha’i merupakan mantan Muslim yang pernah mengalami represi politik dari Negara. Keputusan mereka beralih ke Baha’i dilatarbelakangi ketidakpuasan terhadap ajaran Islam sekaligus ketidakpuasan politis terhadap pemerintah. Mengomentari ungkapan ini, Dr. Wening Udasmoro dari ICRS, menyebutkan bahwa kasus masyarakat yang secara politis ditekan pemerintah kemudian berpindah ke agama tak resmi adalah kasus menarik. Nurish sepakat bahwa Baha’isme di Indonesia masih berjuang dalam wilayah religius maupun politis.

 

Dr. Mark Woodward, salah satu pengajar CRCS dari Arizona University, menilai bahwa kasus Baha’isme mirip dengan kasus Ahmadiyyah. Meski pada beberapa sisi, Baha’isme lebih beruntung.

 

Aksi represi terhadap Baha’isme oleh banyak negara Islam yang disampaikan oleh Nurish mendapat tanggapan kritis dari Abdul Hamid, seorang mahasiswa program fellowship ICRS dari Amerika Serikat. Menurutnya, tekanan terhadap Baha’isme di Iran maupun Arab Saudi tak dapat dijadikan contoh determinasi Islam. Dalam kasus ini, tekanan tidak berkait dengan “Islam” sebagai “value” namun lebih berhubungan dengan “penguasa” di negara itu.

 

Beberapa pertanyaan dan komentar lain juga muncul pada sesi diskusi. Di akhir presentasi, Nurish menjelaskan tentang keadaan kaum Baha’i Indonesia yang masih menghadapi masalah seputar pendidikan serta pencatatan sipil seperti akte kelahiran, pengurusan kartu penduduk, dan perkawinan. Namun belakangan ini, Pemerintah sudah mulai afirmatif dengan keberadaan komunitas Baha’i. Di Jawa Barat, regulasi untuk mencantumkan isian agama (terbatas pada 6 agama resmi di Indonesia) pada beberapa berkas resmi bagi pengaut Baha’i sudah mulai dihapuskan. [MoU]

 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju