• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Dakwah Islam di Komunitas Nelayan Muslim di Muslim (Kupang, NTT)

Dakwah Islam di Komunitas Nelayan Muslim di Muslim (Kupang, NTT)

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Wednesday Forum pada tanggal 16 December 2009 mengundang Uma atau Subhani Kusma Dewi. Uma menyelesaikan Masternya dari CRCS UGM dan ia mendapatkan gelar B.A dari kajian Filsafat Islam University Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam presentasinya, Uma melihat bahwa kedatangan Islam di Nusa Tenggara Timur adalah sekitar abad 15 and dan pada bada 18 kedatangannya telah melibatkan banyak elemen yang bukan hanya diliputi misi-misi perdagangan, tapi juga aktivitas nelayan di wilayah perairan, hal ini pula menunjukkan bahwa peranana ulama sebagai agen persebaran agama kembali teruji. Beberapa kelompok Islam ini terpinggirkan dalam laporan sejarah, meskipun mereka mempunyai pengaruh penting yang tidak dapat diabaikan.

Uma juga berargumen bahwa studi kritis tentang kebangkitan Islam di wilayah kepulauan dibuat sebagai sebuah langkah kritis dalam melihat peranan dakwah secarah teliti dan hati-hati. Karena itu studi kritis keislaman juga perlu melihat pada aktivitas, strategi dan efek dari dakwah Islam didalam konteks terbaru sistem nelayan yang memainkan sebuah peranan paling mendasar dalam sebuah sistem sosial dalam masyarakat.

Diskusi tentang Islam seharusnya berbicara tentang strategi, aktivitas dan efek-efeknya terhadap masyarakat Muslim kekinian. Diskusi tentang Islam lebih penting lagi jika membicarakan tentang dinamisasi hubungan antara Islam dan Non Islam di wilayah timur Indonesia.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan diajukan kepadanya, seperti dari Pak Joko, seorang mahasiswa doktoral dari ICRS yang bertanya tentang asumsi dasar dari sebuah sistem sosial yang paling kecil, yakni keluarga untuk membangun kekayaan mereka, apakah hal tersebut bena-benar didasarkan etik dan anjuran agama dan bertujuan untuk kegiatan dakwah semata, atau adakah peranan-peranan penting lainnya dalam mendorong munculnya kemakmuran di masyarakat perairan tersebut. Saber, seorang siswa doktoral dari ICRS juga mencoba mengkritisi sistem kekerabatan Muslim di Solor seperti yang digambarkan Uma, khususnya dalam sistem pernikahan silang antar sepupu Muslim, Saber membandingkannya dengan tradisi pernikahan di Arab. Uma mempresentasikan penemuan-penemuan risetnya yang menarik selama hampir selama satu jam, dan Wednesday Forum kali ini berakhir pada jam 14.30.

Uma berasal dari Blitar, Jawa Timur. Beberapa penelitiannya termasuk antara lain “Perlindungan Islam atas Perdagangan Anak di Daerah Pasca Bencana”? (Studi Kasus Bencana Tsunami di Aceh tahun 2004-2006); Lannggar Etan Community and Their Cultural Attempt Against Modernity (The Case of Leran Village, East Java) (2006); Pendidikan Agama di SMU-se Yogyakarta (Research Assistant) (2007); Pernikahan Beda Agama antara Santri dan Abangan di Kota Solo dan Yogyakarta (Research Assistant) (2007); The Role of Dakwah on Economic Activity: The Muslim Fishermen in Kupang Gulf East Nusa Tenggara, AMAN (2008-2009).

Selain itu, dia juga penah melakukan penelitian gabungan bersama the American Friends Service Committee Indonesia dengan tema Analisis Situasi Sosial di Timor Barat (Analysis on Social Situation at West Timor). Uma juga pernah menjadi seorang produser film sebauh produksi film berjudul “Menikahi Agama” (Interaith Marriage Case in Yogya and Solo).

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju