Edisi rabu 6 oktober 2010 dari diskusi mingguan “Wednesday Forum” CRCS – ICRS UGM adalah edisi yang menarik dan lain dari biasanya. Pertama, d skusi kali ini merupakan kerjasama antara CRCS – ICRS UGM dengan UNESCO Chair in Interreligious and Intercultural Relations, School of Political and Social Inquiry, Monash University, Australia. Kedua, diskusi yang bertema “Exploring Christian – Muslim Engagement: Past Development and Future Prospect” ini diadakan melalui media konferensi video.
Peserta diskusi yang berada di Yogyakarta menempatkan diri di ruang konferensi multimedia Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, untuk mengikuti telekonferensi Melbourne – Yogyakarta. Para mahasiswa baik dari ICRS, CRCS, maupun Fakultas Hukum UGM menantikan presentasi yang akan disampaikan oleh beberapa peneliti UNESCO Chair in Interreligious and Intercultural Relations. Setelah melewati beberapa kendala teknis sekitar selama setengah jam, diskusi akhirnya dimulai pada pukul 13.00 waktu Yogyakarta.
Dari tiga penyaji yang direncanakan, hanya ada dua saja yang hadir waktu itu. Mereka adalah Ass. Prof. Douglas Pratt, pengajar di Faculty of Arts & Social Sciences, University of Waikato, Selandia Baru, serta Dr. Anna Halafoff , pengajar di Faculty of Arts, Monash University, Australia. Sementara itu Prof. Gary Bouma, pengajar di tempat yang sama dengan Halahoff, yang sedianya bergabung batal hadir memberikan presentasi.
Pratt mengawali sesi presentasi dengan memberikan kilasan sejarah dialog antar iman Kristen – Islam dengan kasus dialog yang diprakarsai oleh The World Council of Churches [WCC] dan Vatikan. Dialog ini bermula pada dekade 1960-an dengan momentum masa pasa Perang Dunia II. Sementara itu Halafoff menarik tema diskusi ke wilayah yang lebih mikro, tepatnya dialog antar iman yang ia amati selama ini di wilayah Victoria, Australia. Ia memaparkan bahwa baik kaum Muslim dan Kristen telah mampu membangun suasana dialog kondusif di sana.
Presentasi menarik tersebut sayang sekali masih diwarnai dengan beberapa kendala teknis. Materi yang disampaikan kurang diserap maksimal karena media power point sebagai penunjang presentasi dari Melbourne macet. Di tengah presentasi, hubungan internet juga sempat terputus beberapa saat lamanya. Presentasi kembali berjalan lancar setelah hubungan internet kembali tersambung, juga para peserta diskusi memutuskan melanjutkan presentasi tanpa media power point.
Secara umum, diskusi yang dimoderasi oleh Direktur ICRS UGM Dr. Siti Syamsiyatun ini berjalan dengan penuh antusiasme. Pada sesi dialog, beberapa peserta diskusi dari Yogyakarta begitu bersemangat menggali pengalaman pengelolaan dialog antar iman dari kedua penyaji. Para peserta menanyakan tentang bagaimana dialog bisa dilaksanakan dalam medan yang beraneka ragam, berbeda baik secara politis, ekonomis, maupun kultural.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, baik Pratt maupun Halafoff meyakinkan para peserta diskusi bahwa tentu saja ada beberapa poin penting yang mesti dipahami demi membangun dialog. Bagi keduanya, beberapa poin tersebut tetap akan mampu diaplikasikan pada kondisi bagaimanapun, kapanpun, dan di manapun. Diskusi berakhir pada pukul 14.30 waktu Yogyakarta, dan para penyaji dari Melbourne menyampaikan terima kasih serta salam hangat kepada para civitas akademika ICRS, CRCS, Fakultas Hukum maupun Universitas Gadjah Mada secara umum. [MoU]