• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Dialog Kristen – Islam dalam Diskusi Melbourne – Yogyakarta

Dialog Kristen – Islam dalam Diskusi Melbourne – Yogyakarta

  • Berita Wednesday Forum
  • 18 October 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Edisi rabu 6 oktober 2010 dari diskusi mingguan “Wednesday Forum” CRCS – ICRS UGM adalah edisi yang menarik dan lain dari biasanya. Pertama, d skusi kali ini merupakan kerjasama antara CRCS – ICRS UGM dengan UNESCO Chair in Interreligious and Intercultural Relations, School of Political and Social Inquiry, Monash University, Australia. Kedua, diskusi yang bertema “Exploring Christian – Muslim Engagement: Past Development and Future Prospect” ini diadakan melalui media konferensi video.

Peserta diskusi yang berada di Yogyakarta menempatkan diri di ruang konferensi multimedia Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, untuk mengikuti telekonferensi Melbourne – Yogyakarta. Para mahasiswa baik dari ICRS, CRCS, maupun Fakultas Hukum UGM menantikan presentasi yang akan disampaikan oleh beberapa peneliti UNESCO Chair in Interreligious and Intercultural Relations. Setelah melewati beberapa kendala teknis sekitar selama setengah jam, diskusi akhirnya dimulai pada pukul 13.00 waktu Yogyakarta.

Dari tiga penyaji yang direncanakan, hanya ada dua saja yang hadir waktu itu. Mereka adalah Ass. Prof. Douglas Pratt, pengajar di Faculty of Arts & Social Sciences, University of Waikato, Selandia Baru, serta Dr. Anna Halafoff , pengajar di Faculty of Arts, Monash University, Australia. Sementara itu Prof. Gary Bouma, pengajar di tempat yang sama dengan Halahoff, yang sedianya bergabung batal hadir memberikan presentasi.

Pratt mengawali sesi presentasi dengan memberikan kilasan sejarah dialog antar iman Kristen – Islam dengan kasus dialog yang diprakarsai oleh The World Council of Churches [WCC]  dan Vatikan. Dialog ini bermula pada dekade 1960-an dengan momentum masa pasa Perang Dunia II. Sementara itu Halafoff menarik tema diskusi ke wilayah yang lebih mikro, tepatnya dialog antar iman yang ia amati selama ini di wilayah Victoria, Australia. Ia memaparkan bahwa baik kaum Muslim dan Kristen telah mampu membangun suasana dialog kondusif di sana.

Presentasi menarik tersebut sayang sekali masih diwarnai dengan beberapa kendala teknis. Materi yang disampaikan kurang diserap maksimal karena media power point sebagai penunjang presentasi dari Melbourne macet. Di tengah presentasi, hubungan internet juga sempat terputus beberapa saat lamanya. Presentasi kembali berjalan lancar setelah hubungan internet kembali tersambung, juga para peserta diskusi memutuskan melanjutkan presentasi tanpa media power point.

Secara umum, diskusi yang dimoderasi oleh Direktur ICRS UGM Dr. Siti Syamsiyatun ini berjalan dengan penuh antusiasme. Pada sesi dialog, beberapa peserta diskusi dari Yogyakarta begitu bersemangat menggali pengalaman pengelolaan dialog antar iman dari kedua penyaji. Para peserta menanyakan tentang bagaimana dialog bisa dilaksanakan dalam medan yang beraneka ragam, berbeda baik secara politis, ekonomis, maupun kultural.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, baik Pratt maupun Halafoff meyakinkan para peserta diskusi bahwa tentu saja ada beberapa poin penting yang mesti dipahami demi membangun dialog. Bagi keduanya, beberapa poin tersebut tetap akan mampu diaplikasikan pada kondisi bagaimanapun, kapanpun, dan di manapun. Diskusi berakhir pada pukul 14.30 waktu Yogyakarta, dan para penyaji dari Melbourne menyampaikan terima kasih serta salam hangat kepada para civitas akademika ICRS, CRCS, Fakultas Hukum maupun Universitas Gadjah Mada secara umum. [MoU]

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Kamu pikir acara akademik gak bisa seru? #crcsugm Kamu pikir acara akademik gak bisa seru? #crcsugm #25thn #adil #setara #selaras
A L U M N I Pengetahuan memang lahir dari ruang ya A L U M N I
Pengetahuan memang lahir dari ruang yang hening, tapi ia menemukan maknanya di jalanan yang bising.

Begitu pula dengan alumni CRCS UGM. Sebutan "alumni" kerap disematkan kepada lulusan atau jebolan suatu perguruan. Asal katanya dari bahasa latin, alere, yang berarti merawat. Maka, sudah selayaknya seorang alumnus senantiasa merawat pengetahuan apa yang ia dapat, merumat relasi yang disemai, dan meruwat ketidakadilan sesuai dengan kemampuan. Maka,  alumni studi agama tak lagi berbicara semata tentang surga dan neraka,  tetapi tentang luka dan harapan manusia.

Pada helatan seperempat abad ini, alumni CRCS datang membawa beragam kisah: tentang bagaimana kerja akademik bertemu aktivisme, bagaimana riset menjelma menjadi keberpihakan. Sebab belajar, pada akhirnya, adalah cara lain untuk mencintai dunia.

Mari ikut berbagi bersama dalam kudapan, pengalaman, dan harapan.
Terbuka untuk umum ya :D
A R S I P Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adala A R S I P 
Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adalah ingatan yang bernafas pelan di antara debu dan waktu. Ia adalah sebuah fragmen tentang perjumpaan budaya, iman, dan keberanian untuk menetap di tanah yang kadang menolak untuk mengingat. Dalam lembar-lembar rapuh itu tersimpan bukan hanya doa dan bahasa, melainkan  juga cara bangsa ini bernegosiasi dengan lupa. 
CRCS UGM meluncurkan sebuah ruang arsip digital terkait agama dan budaya Tionghoa. Mari menyambut bersama ruang jumpa ini agar digitalisasi arsip tidak berhenti di bita-bita dunia maya. Dari kelenteng, rumah ibadah, hingga ruang digital, masa lalu menemukan napas barunya.
Bangsa yang Bergerak Setelah tujuh film panjang d Bangsa yang Bergerak

Setelah tujuh film panjang dan enam film pendek menjelajah layar dan ruang diskusi di berbagai penjuru tanah air dan dunia, kini Indonesian Pluralities hadir dengan kisah di baliknya. Buku ini menyingkap perjalanan riset, proses kreatif, dan refleksi yang tak sempat tertuang dalam medium film, disertai pula wawancara eksklusif, foto-foto, dan dokumentasi pemutaran.
Sebuah persembahan dari CRCS UGM, Pardee School of Global Studies Boston University, dan WatchdoC Documentary, dengan dukungan Henry Luce Foundation. Mari menelusuri bagaimana Indonesian Pluralities bergerak di layar, di lapangan, dan dalam kehidupan kita bersama.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY