• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Etika Levinasian dan Dialog Antaragama

Etika Levinasian dan Dialog Antaragama

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Wednesday Forum pada tanggal 10 Februari 2010, seharusnya dihadiri oleh Prof Mark Woodward, sebagai pembicara, namun berhubung beliau tidak bisa hadir maka diganti oleh pembicara lain. Roy Allan B Tolentino MA, yang membahas “Etika Levinasian dan Dialog Antaragama”. Dalam foum kali ini Ali Amin, MA menjadi moderator. Roy berbicara tentang karya Emmanuel Levinas (1906-1995) dalam menilai sistem etika tradisional, dengan melakukan reorientasi subjektivitas secara radikal. Presentasi ini bertujuan untuk memperkenalkan Levinas dan menunjukkan bagaimana etika dan posisi subjektivitas individu dalam dialog antar-agama.

Dalam presentasinya Roy membagi ke dalam tiga bagian, yang pertama adalah tentang pengenalan singkat tentang teori etika, bagian kedua adalah tentang sketsa biografi Emanuel Levinas dan bagian ketiga adalah tentang sikap kritis terhadap pemikiran Levinas dalam melihat kondisi dialog antaragama. Dalam biografi Levinas dan pikirannya, Roy menjelaskan bahwa Emanuel Levinas adalah seorang Yahudi tradisional yang sangat intelek. Dia memulai studi filsafat dengan filsuf Perancis Maurice Blanchot. Dia mengejar studi fenomenologi di bawah ajaran Edmund Husserl. Di Jerman dia juga bertemu Martin Heidegger. Levinas menjadi salah satu intelektual Perancis pertama yang menarik perhatian pada Heidegger dan Husserl. Namun demikian, Levinas pada akhirnya menyesali sikap Heidegger, karena afinitasnya terakhir dalam mendukung gerakan Nazi.

Levinas berpikir bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas lain sudah berakar dalam konstitusi subjektif manusia. Levinas berpendapat bahwa setiap orang akan segera setuju bahwa subjektivitas adalah hal paling penting untuk mengetahui apakah manusia digerakkan oleh moralitas atau tidak. Levinas berpendapat bahwa subjektivitas terbentuk dalam diri dan melalui subjektivitas orang lain pula. Dengan cara ini, Levinas tidak sedang mencoba menjauhkan upaya tradisional untuk menempatkan orang lain dalam subjektivitas diri sendiri ke dalam subjektivitas yang lain. Ini berarti bahwa tanggung jawab manusia untuk orang lain bukanlah keharusan turunan dari subjektivitas individual, melainkan kewajiban dalam menemukan subjektivitas diri kita sendiri dengan memberikan arah dan orientasi yang berarti. Pehamaman terhadap etika subjektivitas ini menjadi modal penting dalam melakukan dialog antar agama. Presentasi Roy memberi kesan bahwa filsafat itu tidak sulit, tinggi dan esoterik, karena ia dapat menjelaskan tentang pemikiran etika Levinas dalam dialog antaragama dengan cukup jelas.

Banyak pertanyaan yang ditujukan kepada Roy tentang bagaimana Levinas menawarkan kesepakatan dan kontestasi antara subjektivitas individu dengan kolektivisme dalam melakukan dialog antaragama? Apa yang menjadi sensor dan makna nilai ketika menentukan kebenaran dalam dialog antaragama dan banyak pertanyaan lain dan masukan yang dapat direspon dengan baik oleh Roy.

Roy Allan B Tolentino MA atau akrabnya hanya dipanggil dengan Roy adalah warga Filipina, dan sekarang belajar di ICRS sebagai mahasiswa PhD. Presentasinya tentang Levinas ini merupakan salah satu tema dari disertasinya mengenai pemikiran Levinas dalam menyikapi dialog antar agama.

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju