• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Jender Queer dalam Perspektif Agama

Jender Queer dalam Perspektif Agama

  • Berita Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Wednesday Forum pada tanggal 3 Maret, 2010 diberikan oleh Maesur Zaky dari PKBI (Pusat Keluarga Berencana Indonesia), Yogyakarta. Dalam forum ini, Maria Ingrid Nabubhoga, ICRS, menjadi moderator. Dalam presentasi ini, Zaky membangun argument bahwa agama sering ditempatkan dalam sistem yang dikotomis. Akibatnya, hampir semua pendekatan dalam kehidupan hanya terbagi dalam dua kategori: salah-benar, hitam-putih, kanan-kiri, dan kategorisasi lainnya yang bersifat mendua. Di antara kehidupan lainnya, seksualitas dan jender adalah fenomena yang seringkali secara tersurat dikategorikan dalam oposisi biner.

Dalam presentasinya, Zaky mencoba untuk membongkar model-model oposisi biner ini yang telah digunakan secara umum di banyak tradisi keagamaan, khususnya ketika melihat hubungan antara ruang jender dengan isu-isu seksualitas. Dengan mengungkapkan beberapa fakta pada fenomena transjender dalam tradisi-tradisi keagamaan di dunia ini, presentasi ini akan mencari bagaimana agama dapat memberikan sebuah situasi yang lebih akomodatif dan ramah dalam berhadapan dengan isu-isu pluralitas, jender identity dalam praktik-praktik keagamaannya. Pendekatan studi jender dari perspektif identitas, bukan hanya berperan penting, namun juga menawarkan alternatif perspektif dalam bernegosiasi dengan penafsiran-penafsiran teks-teks sakral keagamaan khususnya mengenai orientasi seksualitas. Diskusi dalam presentasi ini cukup bagus dalam memberikan model inspirasi dalam melihat teks-teks religius yang terbuka kemungkinan juga berprespektif queer (homoseksual, transjender, dan transexual). Sehingga teks-teks suci keagamaan bisa menjadi salah satu sumber dari jender pluralisme.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan menarik ditujukan kepada pembicara. Fitri, seorang mahasiswi CRCS 2009 mengkritik Zaky bahwa ia tidak menjelaskan secara berimbang, karena presentasi hanya menampilkan ayat-ayat Islam yang mendukung keberadaan homoseksual, dan mengabaikan banyaknya ayat-ayat yang menentang keberadaan kaum homoseksual. Fitri juga menanyakan bagaimana respons Zaky dalam melihat kutukan Tuhan terhadap kaum nabi Luth yang mayoritas mempunyai orientasi homoseksual. Isu sensitif ini juga dikritik oleh Saber, seorang mahasiswa ICRS yang dengan lantang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pembicara karena keberadaan kaum homoseksual, dengan jelas telah dilarang dalam Al Qur’an.

Presentasi yang menarik ini berakhir pada pukul 14.30 dan audiens memberikan aplaus yang meriah kepada pembicara. Maesur Zaky sekarang adalah aktivis PKBI dan masih mengadvokasi masyarakat yang termarjinalkan karena orientasi seksualnya.

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

L A B E L Seberapa penting sebuah label? Bagi makh L A B E L
Seberapa penting sebuah label? Bagi makhluk modern, label itu penting walau bukan yang paling penting. Ia menjadi jendela informasi sekaligus penanda diri. Dalam kacamata masyarakat legalis, label juga berarti penerimaan dan perlindungan. Namun, seringkali label itu disematkan oleh entitas di luar diri, terlepas ada persetujuan atau tidak. Karenanya, tak jarang label juga menjadi penghakiman. Dalam silang sengkarut semacam ini, perebutan kuasa bahasa atas label menjadi vital, terutama bagi kelompok rentan yang dimarjinalkan. Kalau kata teman yang alumni dusun Inggris , "label is rebel!"

Simak bincang @astridsyifa bersama @dedeoetomo tentang lokalitas dan ekspresi identitas gender di situs web crcs
Waktu Hampir Habis 😱 HARI INI TERAKHIR PENDAFTA Waktu Hampir Habis 😱
HARI INI TERAKHIR PENDAFTARAN MASUK CRCS UGM 🫣

Jangan sampai lewatin kesempatan terakhir ini !! 
#crcs #ugm #s2 #sekolahpascasarjanaugm
Kupas Tuntas masuk CRCS UGM (Live Recap) #crcsugm Kupas Tuntas masuk CRCS UGM
(Live Recap)

#crcsugm #pendaftarancrcsugm #sekolahpascasarjanaugm #s2 #ugm #live
Beli kerupuk di pasar baru Nih loh ada info terbar Beli kerupuk di pasar baru
Nih loh ada info terbaruuu

Penasaran gimana rasanya jadi bagian dari CRCS UGM? 🧐 Yuk, intip live streaming kita hari Senin, 30 Juni jam 15.00-17.00 WIB yang akan mengupas tuntas seputar pendaftaran, kehidupan kampus CRCS UGM dan banyak lagi!
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY