• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Kontradiksi Matius?

Kontradiksi Matius?

  • Berita Wednesday Forum
  • 4 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Tema untuk Wednesday Forum pada tanggal 31 Maret 2010 adalah “Kontradiksi Matthew” disampaikan oleh Ahmad Saber, seorang mahasiswa ICRS-Yogya. Forum ini diadakan di Ruang 306 di Gedung Sekolah Pascasarjana, dan Dr Robinson Rajagukguk bertindak sebagai moderator.

Dalam presentasinya, pembicara, yang akrab dipanggil Saber oleh rekan-rekannya di ICRS dan CRCS, mengungkap berbagai kontradiksi telah ia temukan dalam ajaran Kristen khususnya Alkitab Perjanjian Baru.

Saber mengatakan bahwa telah banyak buku yang tak terhitung jumlahnya diterbitkan oleh sarjana Kristen dengan mengangkat topik tentang berbagai kontradiksi dalam Alkitab. Meskipun demikian, ia mengatakan, sebagian besar buku-buku tersebut telah mempunyai berbagai jalur penafsiran berbeda. Ada yang bersifat mendamaikan setiap perbedaan melalui abstraksi dan sebagainya, dan ketika ayat-ayat tersebut disajikan dengan dua versi yang saling bertentangan satu cerita dalam Alkitab para sarjanawan Kristen hanya memilih satu yang menurut mereka secara pribadi lebih suka dan mengklaim bahwa yang lain adalah kesalahan juru tulis, atau klaim bahwa Yesus tidak lebih dari legenda dan mitos, dan bahwa Alkitab, para rasul, dan bahkan Yesus sendiri hanyalah imajinasi seseorang. Saber, di sisi lain, tidak sepakat dengan berbagai jenis perbedaan ini. Dia, bagaimanapun juga, mengambil penafsiran lain yang berbeda yaitu bahwa Yesus memang seorang nabi yang benar dari Tuhan, tetapi bahwa pesan-Nya dikorupsi oleh orang-orang yang datang sesudah dia untuk keuntungan pribadi.

Tujuan dari presentasi Saber adalah untuk memverifikasi afirmasi Alquran berkaitan dengan distorsi umat manusia dalam Injil, tantangan terhadap interpretasi “Injil menurut St. Matius, menggali dan meneliti kontradiksi Injil Matius dari perspektif yang berbeda?”. Tujuan lainnya adalah menciptakan berbagai masalah berdasarkan isu kekinian dan menyatakan terhadap apa yang hendak dibersihkan dari berbagai kontradiski dan dan apa yang masih menjadi kontradiksi; menunjukkan bukti nyata tak terbantahkan bahwa manusia bersalah karena merusak agama Yesus setelah ia meninggal; mempromosikan gagasan bahwa banyak hal yang mungkin orang selalu anggap sebagai benar, ternyata tidak harus demikian: memperdalam pemahaman agama dan komitmen dalam konteks antar-agama; dan mengisi kekosongan yang masih dilihat Saber dalam bidang ini.

Saber mengutip beberapa hal dalam Alkitab yang menurutnya bertentangan satu sama lain terutama lima kitab-kitab Injil dalam Perjanjian Baru. Dia mengatakan bahwa setiap versi Injil ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes yang bertentangan masing-masing bahkan sampai ke titik mempertanyakan keaslian injil itu sendiri.

Saber menyimpulkan presentasinya dengan mengatakan bahwa: surat Matius sekarang tidak diakui bahwa dikarang oleh Matius. Yohanes juga tidak diakui bahwa yang menulis adalah Yohanes. Bahkan sekarang ketika orang-orang Kristen dan perguruan tinggi Kristen menyadari hal ini menjadi fakta ilmiah mereka masih tidak mau repot-repot memberitahu ke publik. Banyak kontradiksi dapat ditemukan dan terdokumentasikan selama berabad-abad dalam Alkitab Kristen yang pura-pura tidak diketahui dan dikenali lebih lanjut oleh para sarjanawan. Hanya publik yang tidak mengetahui hal ini. Itulah mengapa gereja perlu menuntut hal tersebut, khususnya para mengenai “keimanan buta” dari publik Kristen.

Para pemeluk Kristen yang menghadiri forum ini tidak banyak, tamun presentasi Saber sangatlah bersifat kontroversial. Kalau saja forum ini tidak dibatasi waktu, Saber mungkin banyak menimbulkan kritik, pertanyaan dan reaksi yang sama dari dosen dan mahasiswa. Agus, seorang mahasiswa ICRS-Yogya, menyatakan bahwa hal tersebut tidak penting bagi seorang Kristen apakah Alkitab memiliki banyak kontradiksi atau tidak, ia melanjutkan bahwa adalah tidak mempengaruhi keimanan orang Kristen dengan mengatakan bahwa Alkitab memiliki banyak kontradiksi, ia menyatakan bahwa iman Kristen tidak layu dengan kontradiksi seperti yang diklaim oleh Saber dan yang lain dalam Alkitab karena apa yang terpenting adalah keimanan terhadap Yesus Kristus. Jimmy, seorang mahasiswa CRCS, bertanya apa yang telah Saber pelajari dari studi tentang kekristenan, merupakan konsepsi tentang kekristenan yang sama seperti ia pelajari sebelumnya atau justru berubah belakangan ini? Siti Syamsiyatun, direktur ICRS-Yogya berkomentar bahwa Saber melakukan pendekatan reduksionis dalam wilayah pemikirannya. Robinson bertanya apakah yang Saber pelajari adalah kesimpulan akhir dari studinya atau hanya tantangan sementara untuk membangun kesimpulannya kelak, karena untuk Robinson tidak melihat apa yang akan Saber teliti pada asumsi berikutnya. Forum ini berakhir tepat pukul 2:30 di sore hari dengan tepuk tangan hangat untuk Saber.

(HAK)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
R A G A Ada beberapa definisi menarik tentang raga R A G A
Ada beberapa definisi menarik tentang raga di KBBI. Raga tidak hanya berarti tubuh seperti yang biasa kita pahami dalam olah raga dan jiwa raga. Raga juga dapat berarti keranjang buah dari rotan, bola sepak takraw, atau dalam bahasa Dayak raga berarti satuan potongan daging yang agak besar. Kesemua  pengertian itu menyiratkan raga sebagai upaya aktif berdaya cipta yang melibatkan alam. Nyatanya memang keberadaan dan keberlangsungan raga itu tak bisa lepas dari alam. Bagi masyarakat Dondong, Gunungkidul, raga mereka mengada dan bergantung pada keberadaan telaga. Sebaliknya, keberlangsungan telaga membutuhkan juga campur tangan raga warga. 

Simak pandangan batin @yohanes_leo27  dalam festival telaga Gunungkidul di web crcs ugm
K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju