• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Laki-laki dan Perempuan Menyoal Agama

Laki-laki dan Perempuan Menyoal Agama

  • Berita Wednesday Forum
  • 5 October 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

 

Rabu 22 September 2010 lalu,  CRCS – ICRS UGM kedatangan seorang tamu akademisi bidang Religious Studies dari Belanda. Tepatnya di ajang mingguan bertajuk “Wednesday Forum”,  Dr. G.M. Speelman, pengajar dan peneliti bidang Religious Studies dan Keislaman di Protestant Theological University (PThU), Negeri Belanda, hadir untuk menjadi pembicara diskusi. Tema yang  diangkat pada siang hari itu oleh sarjana perempuan ini adalah “Laki-laki dan Perempuan dalam Dialog Antaragama”.

Sekitar pukul 13.00 diskusi dibuka oleh moderator Leonard C. Epafras, S.Si, M.Th, mahasiswa ICRS, setelah sebelumnya forum diawali dengan makan siang bersama. Melalui paparannya Speelman menjelaskan bahwa tema yang ia bawakan bermula dari sebuah penelitian yang telah ia lakukan di negerinya tentang relasi laki-laki perempuan dalam dialog antaragama. Hasil penelitian tersebut menurut rencana hendak dipublikasikan dalam sebuah jurnal internasional. Dan melalui forum ini beberapa poin dari penelitian hendak didiskusikan sebelum disusun menuju tulisan jurnal.

Penelitian dilakukan baru-baru ini dalam komunitas Islam – Kristen di sekitar kota Utrecht, melibatkan para pemeluk agama baik pribumi maupun imigran. Melalui metode participant observation Speelman membagi dua kelompok dialog, model pertama berupa forum heterogen baik laki-laki dan perempuan dari dua agama, model kedua berupa forum khusus perempuan yang melibatkan dua organisasi perempuan, Al Nisa mewakili Islam dan VIO mewakili Kristen.

Speelman memulai penelitian dengan beberapa proposisi psikologis tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Dan dari perbedaan ini Speelman berusaha menuju kepada bagaimana sistem komunikasi kemudian nampak dalam pembicaraan bertema agama. Dan menurut amatan Speelman, dalam model pertama perempuan lebih nampak pasif dan diskusi lebih didominasi oleh laki-laki. Sementara dalam model kedua yang homogen, perempuan mampu aktif namun pembicaraan menjadi potensial terhadap konflik karena perempuan cenderung mengaitkan sebuah tema kepada “perasaan” sehari-hari bukan pada formasi ide-ide yang bersifat abstrak.

Dan pada akhir paparan, Speelman menyuguhkan simpulan tentang ada atau tidaknya perbedaan sistem komunikasi laki-laki dan perempuan dalam dialog interrelijius. Baginya perbedaan itu benar adanya bukan dalam tataran epistemik, namun lebih terkait dengan hasil dari sistem dialog yang digunakan. Laki-laki dan perempuan akan mampu menuju kesetaraan dalam dialog ketika dialog itu sendiri dirancang sedemikian rupa sehingga mengakomodasi kondisi masing-masing.

Paparan sekitar satu jam itu kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi di mana beberapa peserta forum terutama perempuan begitu antusias. Dan salah satu komentar yang menarik muncul dari Prof. Dr. Bernard T. Adeney-Risakotta, dariICRS UGM. Berny mengingatkan agar harus selalu ada kehati-hatian dalam menggunakan proposisi perbedaan-perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan yang telah menjadi common sense. Perlu amatan lebih mendalam semisal dalam kasus dialog homogen perempuan yang lebih rawan konflik padahal proposisi yang digunakan adalah bawa perempuan lebih menghindari konflik dalam sebuah pembicaraan.

Diskusi berakhir pada sekitar pukul 14.30, namun beberapa peserta diskusi perempuan nampak bersemangat untuk terus berdiskusi secara informal dengan pembicara. Dan menurut Speelman, ia akan berada di Indonesia untuk beberapa bulan ke depan sebagai utusan perguruan tingginya, memberikan kuliah-kuliah bertema sama di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. [MoU]

 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Kamu pikir acara akademik gak bisa seru? #crcsugm Kamu pikir acara akademik gak bisa seru? #crcsugm #25thn #adil #setara #selaras
A L U M N I Pengetahuan memang lahir dari ruang ya A L U M N I
Pengetahuan memang lahir dari ruang yang hening, tapi ia menemukan maknanya di jalanan yang bising.

Begitu pula dengan alumni CRCS UGM. Sebutan "alumni" kerap disematkan kepada lulusan atau jebolan suatu perguruan. Asal katanya dari bahasa latin, alere, yang berarti merawat. Maka, sudah selayaknya seorang alumnus senantiasa merawat pengetahuan apa yang ia dapat, merumat relasi yang disemai, dan meruwat ketidakadilan sesuai dengan kemampuan. Maka,  alumni studi agama tak lagi berbicara semata tentang surga dan neraka,  tetapi tentang luka dan harapan manusia.

Pada helatan seperempat abad ini, alumni CRCS datang membawa beragam kisah: tentang bagaimana kerja akademik bertemu aktivisme, bagaimana riset menjelma menjadi keberpihakan. Sebab belajar, pada akhirnya, adalah cara lain untuk mencintai dunia.

Mari ikut berbagi bersama dalam kudapan, pengalaman, dan harapan.
Terbuka untuk umum ya :D
A R S I P Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adala A R S I P 
Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adalah ingatan yang bernafas pelan di antara debu dan waktu. Ia adalah sebuah fragmen tentang perjumpaan budaya, iman, dan keberanian untuk menetap di tanah yang kadang menolak untuk mengingat. Dalam lembar-lembar rapuh itu tersimpan bukan hanya doa dan bahasa, melainkan  juga cara bangsa ini bernegosiasi dengan lupa. 
CRCS UGM meluncurkan sebuah ruang arsip digital terkait agama dan budaya Tionghoa. Mari menyambut bersama ruang jumpa ini agar digitalisasi arsip tidak berhenti di bita-bita dunia maya. Dari kelenteng, rumah ibadah, hingga ruang digital, masa lalu menemukan napas barunya.
Bangsa yang Bergerak Setelah tujuh film panjang d Bangsa yang Bergerak

Setelah tujuh film panjang dan enam film pendek menjelajah layar dan ruang diskusi di berbagai penjuru tanah air dan dunia, kini Indonesian Pluralities hadir dengan kisah di baliknya. Buku ini menyingkap perjalanan riset, proses kreatif, dan refleksi yang tak sempat tertuang dalam medium film, disertai pula wawancara eksklusif, foto-foto, dan dokumentasi pemutaran.
Sebuah persembahan dari CRCS UGM, Pardee School of Global Studies Boston University, dan WatchdoC Documentary, dengan dukungan Henry Luce Foundation. Mari menelusuri bagaimana Indonesian Pluralities bergerak di layar, di lapangan, dan dalam kehidupan kita bersama.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY