• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Laporan
  • Laporan CRCS: Advokasi Inklusi Sosial untuk Penghayat Kepercayaan

Laporan CRCS: Advokasi Inklusi Sosial untuk Penghayat Kepercayaan

  • Laporan
  • 1 August 2019, 12.44
  • Oleh: CRCS UGM
  • 0

Laporan CRCS: Advokasi Inklusi Sosial untuk Penghayat Kepercayaan

CRCS UGM – 1 Agustus 2019

Laporan kehidupan beragama di Indonesia edisi II/Juli 2019 ini membahas praktik advokasi—yang mencakup perspektif, metode, dan strategi—bagi penghayat kepercayaan. Praktik advokasi dalam laporan ini dipandang sebagai rangkaian dari advokasi panjang terhadap penghayat kepercayaan sejak Orde Lama hingga kini. Rangkaian hasil advokasi di setiap periode telah membawa dampak, tetapi masalah penghayat terkait kebijakan pemerintah, pelayanan negara yang diskriminatif, serta eksklusi dari masyarakat belum sempurna usai.

Fakta tersebut penting dilihat bukan sebagai bentuk kegagalan advokasi, tetapi sebagai alasan masih dibutuhkannya advokasi lanjutan dengan menjadikan pengalaman advokasi sebelumnya sebagai pelajaran. Inilah justru poin utama dari laporan ini, yakni mengambil pelajaran dari model-model advokasi sebelumnya dan capaiannya, seperti Putusan MK 97/PUU/XIV/2016 terkait kepercayaan, hasil uji materi UU Adminduk 2006, yang telah secara signifikan memperbaiki kebijakan dan pelayanan negara, untuk selanjutnya mengupayakan advokasi inklusi sosial lebih jauh.

Laporan ini ditulis oleh Samsul Maarif, Husni Mubarok, Laela Fitriani Sahroni, dan Dyah Roessusita; dan diterbitkan atas kerja sama Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM dengan PUSAD Paramadina dan Yayasan Satunama. Unduh laporan di bawah ini.

[wpdm_package id=’14984′]

___________________

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mi The Ecumenical Patriarchate has quietly built a mission in Indonesia, nurturing faith while navigating a tough reality. Inside, the community faces its own struggles. Outside, it confronts Indonesia’s rigid rules on “legal religions,” leaving them without full recognition. This research uncovers their journey. This is a story of resilience, challenge, and the ongoing question of what religious freedom really means in Indonesia.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
We're thrilled to announce the launch of the AMERT We're thrilled to announce the launch of the AMERTA MOVEMENT mini-site! 🎉✨

Explore videos and articles that delve into the dynamic world of movement and cross-cultural studies. Join us in uncovering new perspectives through this innovative platform, brought to you by C-DaRE, Coventry University; CRCS, Universitas Gadjah Mada; the Coventry University ODA fund, and Leverhulme Trust

📲 Visit: crcs.ugm.ac.id/amertamovement
🔍 Scan the QR code to access the site directly!
L A B E L Seberapa penting sebuah label? Bagi makh L A B E L
Seberapa penting sebuah label? Bagi makhluk modern, label itu penting walau bukan yang paling penting. Ia menjadi jendela informasi sekaligus penanda diri. Dalam kacamata masyarakat legalis, label juga berarti penerimaan dan perlindungan. Namun, seringkali label itu disematkan oleh entitas di luar diri, terlepas ada persetujuan atau tidak. Karenanya, tak jarang label juga menjadi penghakiman. Dalam silang sengkarut semacam ini, perebutan kuasa bahasa atas label menjadi vital, terutama bagi kelompok rentan yang dimarjinalkan. Kalau kata teman yang alumni dusun Inggris , "label is rebel!"

Simak bincang @astridsyifa bersama @dedeoetomo tentang lokalitas dan ekspresi identitas gender di situs web crcs
Waktu Hampir Habis 😱 HARI INI TERAKHIR PENDAFTA Waktu Hampir Habis 😱
HARI INI TERAKHIR PENDAFTARAN MASUK CRCS UGM 🫣

Jangan sampai lewatin kesempatan terakhir ini !! 
#crcs #ugm #s2 #sekolahpascasarjanaugm
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY