• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Mendialogkan Dialog Antar-iman

Mendialogkan Dialog Antar-iman

  • Berita Wednesday Forum
  • 6 April 2009, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Dua bulan terakhir ini, mahasiswa CRCS aktif mengadakan perjalanan lapangan. Pada 12-13 Februari yang lalu, mereka bersama Prof. Irwan Abdullah dan Dr. Mark Woodward mengadakan proyek penelitian kecil di Klaten. Penelitian itu difokuskan pada perayaan Yaqowiyyu di Jatinom, sebuah desa kecil di Klaten, dan merupakan bagian dari perkuliahan mereka untuk ?Metodologi Penelitian? dan ?Agama dan Masyarakat Lokal?. Sedangkan perjalanan terakhir adalah mendialogkan dialog antar-iman sebagai salah satu bagian pula dari mata kuliah lainnya.

Pada 14 Maret yang lalu, mahasiswa mengadakan sebuah perjalanan yang produktif bersama kedua dosen mereka (Prof. Banawiratma dan Dr. Fatimah Husein) untuk mata kuliah ?Dialog antar-Religius’. Mereka mengunjungi dua institusi yang mempromosikan dialog antar-iman, yakni Percik dan Sekolah Alternatif Qarryah Tayyibah (SMP dan SMA alternative). Tujuan dari perjalanan ini adalah mengajak mahasiswa untuk merefleksikan serta membandingkan pengalaman-pengalaman teoritis terhadap praktek nyata sejauh berhubungan dengan dialog antar-religius. Percik adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang menyelenggarakan dialog antar-iman sebagai salah satu program mereka. Melalui jejaring, organisasi ini telah membangun sejenis program kerjasama disamping program mereka sendiri. Berdasarkan penjelasan mereka terkait dengan program dialog antar-iman, mereka memulainya dengan mengusung wacana pluralism dan dialog antar-iman itu sendiri ke komunitas. Program dialog mereka tidak terbatas dengan agama atau istilah-istilah yang religius, melainkan juga mengawal isu-isu politik, ekonomi, sosial-budaya, dan sebagainya.

Pada sisi lain, dialog antar-iman yang dipraktekkan di Sekolah Alternatif Qarryah Tayyibah berbeda dari Percik. Sebagai sebuah institusi pendidikan berbasiskan komunitas, dialog antar-iman dilatih di sekolah berangkat dari semangat demokrasi yang ada didalam sistem pendidikannya; sekolah ini mempromosikan pendidikan yang membebaskan. Sekolah ini mengkritik sistem pendidikan di Indonesia yang menurut mereka lebih memprioritaskan biaya sekolah, berbagai persyaratan administratif dan ujian. Mereka juga mengkritik proses pembelajaran siswa yang lebih menginginkan mereka untuk mengikuti apa yang sekolah atau guru inginkan terhadap mereka. Di sini, istilah ?guru? tidak dipakai oleh mereka, karena mereka lebih senang menggunakan istilah ?teman? bagi mereka yang membantu dan mendukung mereka untuk belajar apa yang mereka inginkan. Pelajar di sekolah ini yang menentukan kurikulumnya. Mereka diberikan kebebasan untuk mengetahui apa yang ingin mereka ketahui sejauh mereka bertanggungjawab atas itu, dan sejauh hal tersebut tidak melanggar hukum dan/atau aturan dalam masyarakat serta tidak membahayakan kehidupan orang lain. Ketika seorang pelajar menemukan topik atau subyek tertentu yang menarik baginya atau mendukung kebutuhan komunitas, maka ia mencari seseorang di sekolah ini yang bisa memfasilitasinya dengan sejumlah informasi dan keterampilan sesuai kebutuhannya. Patut dibanggakan, dengan pola yang demikian beberapa pelajar telah menulis sejumlah buku dan naskah drama, memproduksi beberapa film, dan di antaranya bahkan telah menciptakan beberapa karya teknologi informasi. Selain itu, sekolah ini mengakomodasi tamu-tamu dari Indonesia dan luar negeri, religius dan yang tidak religius; dan tamu-tamu itu belajar banyak hal dari pengalaman sekolah ini. Hal ini dilakukan untuk membangun dan memelihara dialog antar-iman.

Bagi mahasiswa CRCS, kunjungan ini telah memberikan wawasan dan perspektif baru dalam studi mereka. Pertanyaan yang kemudian muncul untuk mereka, ?bisakah mereka melakukan sesuatu yang lebih baik dari kedua organisasi di atas? Atau paling tidak, dapatkah mengekspresikan atau mempromosikan semangat yang sama secara akademik atau praktis??

(JMI)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

K O S M O P O L I S Kosmo bermakna semesta, sement K O S M O P O L I S
Kosmo bermakna semesta, sementara polis itu mengacu pada kota yang seupil. Sungguh istilah oksimoron dengan daya khayal maksimal. Namun, nyatanya, yang kosmopolis itu sudah hadir sejak dulu dan Nusantara adalah salah satu persimpangan kosmopolis paling ramai sejagad. Salah satu jejaknya ialah keberadaan Makco di tanah air. Ia bukan sekadar dewa samudra, melainkan kakak perempuan yang mengayomi saudara-saudara jauhnya. Tak heran, ketika sang kakak berpesta, saudara-saudara jauh itu ikut melebur dan berdendang dalam irama kosmopolis. Seperti di Lasem beberapa waktu silam, Yalal Wathon dinyanyikan secara koor oleh masyarakat keturunan tionghoa dan para santri dengan iringan musik barongsai. Klop!

Simak ulasan @seratrefan tentang makco di situs web crcs!
At first glance, religious conversion seems like a At first glance, religious conversion seems like a one-way process: a person converts to a new religion, leaving his old religion. In fact, what changes is not only the person, but also the religion itself. The wider the spread of religion from its place of origin, the more diverse the face of religion becomes. In fact, it often gives birth to variants of local religious expressions or even "new" religions. On the other hand, the Puritan movement emerged that wanted to curb and eradicate this phenomenon. But everywhere there has been a reflux, when people became disaffected with Puritan preachers and tried to return to what they believed their religion was before.

Come and join the #wednesdayforum discussion  at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
D H A R M A Dunia ini adalah tempat kita tinggal, D H A R M A
Dunia ini adalah tempat kita tinggal, tempat kita berbagi, dan tempat semua makhluk berada. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu
Experience "Moving with Dharma," a unique practice Experience "Moving with Dharma," a unique practice as research performance that creatively explores Buddhist teachings in the context of contemporary Indonesia. This event blends music and dance to offer new perspectives on Dharma.

Happening on Saturday, May 17th, 2025, from 7 to 9 PM WIB at Balai Budaya Minomartani.

Witness the talents of performers M Rhaka Katresna (CRCS UGM), Victorhugo Hidalgo (Gnayaw Puppet), Gutami Hayu Pangastuti (Independent Researcher-Artist), and Sakasatiya (Music Presentation, ISI Yogyakarta). The evening will be guided by MC Afkar Aristoteles M (CRCS UGM).

The event also includes welcoming remarks by Samsul Maarif (CRCS UGM) and Ahmad Jalidu (Paradance Platform), an introduction to "Buddhism in Modern Asia" by Yulianti (CRCS UGM), and a discussion moderated by Ayu Erviana (CRCS UGM) with responders Nia Agustina (Paradance Platform) and Rahmad Setyoko (ICRS UGM).

This presentation is a collaboration between CRCS UGM, ICRS, and Paradance Platform, and is part of the final term project for "Buddhism in Modern Asia" and a group research project on "Interreligious Dialogue."

#MovingWithDharma #BuddhistTeachings #ContemporaryIndonesia #MusicAndDance #PerformanceArt #DharmaDiscussion #BalaiBudayaMinomartani #YogyakartaEvents #AcademicResearch #ArtAndSpirituality
Load More Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju