• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Modernitas dan Toleransi : Keragaman Agama di Timur Tengah

Modernitas dan Toleransi : Keragaman Agama di Timur Tengah

  • Berita Wednesday Forum
  • 27 November 2007, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Edisi ketujuh Forum Jumat Sore CRCS akan dilaksanakan hari Jumat, tanggal 30 November 2007, Jam 15:30-17:00. Diskusi akan dilaksanakan di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Lantai 3, Ruang 306. Pembicara dalam diskusi ini adalah Prof.Dr. Dick Douwes. Tema yang akan diangkat dalam diskusi adalah Modernitas dan Toleransi : Keragaman Agama di Timur Tengah. Dibawah ini merupakan biografi singkat pembicara serta abstract dari tema yang akan dipresentasikan.

Prof. Dr. Dick Douwes dilahirkan di Sorong, 1957. Beliau mempelajari bahasa dan budaya Arab di Universita Nijmegen, negeri Belanda. Pada tahun 1993, beliau memperoleh Ph.D dari Universitas Nijmegen. Douwes mengajar Sejarah Timur Tengah pada universitas Nijmegen dan Leyden. Pada tahun 1994 beliau bergabung dengan Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS). Tahun 1998 beliau merupakan akademik coordinator- kemudian menjadi eksekutif direktur the International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM),suatu institute penelitian gabungan dari universitas Amsterdam (UvA) Nijmegen, Leyden and Utrecht, serta beliau juga merupakan editor berita dan paper serial ISIM. Sejak tahun 2006, beliau merupakan professor penuh pada kajian sejarah Masyarakat non-Barat pada Fakultas Sejarah dan Arts di Erasmus University Rotterdam. Beliau mempublikasikan sejarah Ottoman di Syria, pluralitas agama di Timur Tengah, serta Muslim di Eropa Barat.

AbstractTingkat keragaman agama di Timur Tngah sungguh luar biasa. Kemoderenan Timur Tengah merupakan warisan pengalaman-pengalaman sejarah tradisi Yahudi, Kristen dan Islam, -ketiganya telah meninggalkan bekas dalam taman keagamaan-. Suatu keragaman yang luas dari Kristen, Yahudi serta tradisi keagamaan yang lain telah hidup selama 14 abad dalam peradaban Muslim. Lebih lanjut, variasi yang dimiliki Islam di Timur Tengah telah dan masih- luar biasa tinggi jika dibandingkan dengan mayoritas Muslim pada daerah lainnya.

Namun, pada akhir abad 19 dan 20 afiliasi agama serta perbedaannya secara meningkat dipertandingkan di dalam konteks kolonialisme, pembangunan bangsa serta migrasi. Negara-negara modern, yang colonial maupun post-kolonial, seringkali kelihatan menemukan kesulitan besar dalam mengakomodasi perbedaan warganya- baik itu secara agama, etnik maupun bahasa- jika dibandingkan dengan leluhur mereka. Gagasan nasionalism, digabungkan dengan konsep (secular) kewarganegaraan partisipasi aktif dan sejajar dalam masyarakat- menantang sikap tradisional, seperti keunggulan Muslim dalam public space, tetapi juga menciptakan kesempatan bagi berbagai komunitas agama untuk memanifestasikan diri mereka secara lebih terbuka.

Dalam komunitas non-Muslim di Timur Tengah, affiliasi dengan Barat, melalui asosiasi kolonial, migrasi, agama dan atau orientasi ekonomi, telah meningkat secara tajam ke tingkat yang beberapa komunitas secara actual eksis dalam dua dunia, beberapa menetap di Barat. Tetapi alasan utama mereka adalah akar mereka di Timur tengah, sebagai suatu tempat dimana agama berada.

Dengan munculnya politik Islam pada tahun 1970an, afiliasi agama mungkin kelihatan sangat problematik. Akan tetapi, hal tersebut pada lahirnya memberikan orientasi keagamaan dari gerakan Islam. Mereka mungkin menyediakan suatu konteks untuk suatu batas penyebaran komunitas non-Muslim sepanjang mereka secara Islam dikenal seperti beragamnya komunitas Kristen dan Yahudi.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Since the end of 19th century, the Catholic Church Since the end of 19th century, the Catholic Church has conducted missionary activities among the Javanese in Muntilan, Indonesia, establishing it as the first Catholic mission site in Java. The missionary work not only impacted the Javanese but also the Chinese descendants in Muntilan. The conversion of the Chinese to Catholicism in sparked debates among the Chinese community, who perceived it as a contributing factor to the abandonment of Chinese characteristics. This contest leads to the dynamic and diverse identities of Chinese Catholics within the community, as Chinese characteristics and Catholic faith mutually influence each other.

Come and join the #wednesdayforum discussion with @astridsyifa at the UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to brong your tumbler. This event is free and open to public
Selamat kepada peserta terpilih!!! Ada namamu di s Selamat kepada peserta terpilih!!!
Ada namamu di situ?

😎

peserta terpilih akan dihubungi oleh panitia
yoohoooo... are you waiting for this announcement? yoohoooo...
are you waiting for this announcement?

#studentexchange #religiousstudies #kaburajadulu
Setiap bahasa punya pendekatan dan penyebutan berb Setiap bahasa punya pendekatan dan penyebutan berbeda untuk menamai "pendidikan". Bahasa Arab membedakan antara tarbiyah, ta'lim, tadris, dan ta'dib ketika berbicara tentang "pendidikan". Sementara itu, bahasa Inggris memaknai "pendidikan" sebagai educare (latin) yang berarti 'membawa ke depan'. Jawa memaknai pendidikan sebagai panggulawênthah, 'sebuah upaya mengolah', dan upaya untuk mencari pendidikan itu disebut sebagai "ngelmu", bukan sekadar mencari melainkan juga mengalami. Apa pun pemaknaannya, hampir semua peradaban sepakat bahwa pendidikan adalah kunci untuk memanusiakan manusia.
Load More Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju