• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Oleh-oleh dari VICISU 2010

Oleh-oleh dari VICISU 2010

  • Berita Wednesday Forum
  • 15 November 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Pada bulan Juli lalu, beberapa mahasiswa, staf, dan dosen CRCS UGM terlibat dalam agenda “Vienna International Christian-Islamic Summer University” (VICISU) 2010. Tepatnya mulai tanggal 5 hingga 23, Dian Maya Safitri, Yuyun Sri Wahjuni, Sholahudin, Mohammad Rokib, juga Maria Inggrid Nabuboga, dan Dr. Fatimah Husein mengikuti agenda yang diadakan di Austria ini.

Dalam Wednesday Forum, 3 November lalu, dua di antara beberapa nama di atas yaitu Yuyun Sri Wahyuni dan Mohammad Rokib mendapat kesempatan berbagi pengalaman mengikuti acara yang diadakan oleh University of Vienna bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Sains Austria tersebut.

Segera setelah forum dibuka moderator John Compaglia, mahasiswa LUCE fellowship di ICRS asal Amerika Serikat, Yuyun dan Rokib secara bergantian menyampaikan presentasinya yang berjudul “The Making of Interfaith Peace: Reflections from the Interfaith Dialogue on VICISU 2010. Menurutnya, edisi kedua dari acara dua tahunan ini melibatkan sekitar 46 peserta Kristen dan Muslim dari 16 negara.

Bertempat di Stift Altenburg, sebuah biara Kristen ordo Benedict di provinsi Lower Austria, para peserta mendapatkan bermacam course dengan beragam tema berkaitan dengan usaha pembangunan dialog antar iman. Yang menjadi pengajar adalah para professor yang tak hanya berasal dari Austria atau Eropa, namun dari beragam negara. Dr. Fatimah Hussein dari CRCS pun sempat turut memandu course pluralisme agama.

Tak hanya kelas enam jam dan satu jam diskusi tutorial per hari, para peserta juga terlibat dalam aktivitas luar ruangan semisal olahraga, kumpul sore hari, jalan lintas desa, masak-memasak, juga ajang bakat. Untuk aktivitas religius, semua peserta mengikuti ibadah ritual Kristen berupa Misa pagi serta ibadah ritual Islam berupa shalat Jumat. Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi ajang berbagi pengalaman relijius.

Para peserta diskusi Wednesday Forum kemudian begitu antusias mengikuti sesi tanya jawab dan komentar. Pada umumnya, pertanyaan mengarah tentang bagaimana VICISU 2010 membincangkan isu-isu sensitive keagamaan, misalnya isu perdamaian Timur Tengah, konflik antar agama di kalangan akar rumput, juga perkembangan sekulerisme. Pembicara juga ditanya tentang bagaimana mereka sebagai wakil Indonesia menjelaskan dialog antar iman dalam negeri di VICISU 2010.

Wednesday Forum kali ini terbilang berjalan singkat, hanya berlangsung selama sekitar satu jam sejak dimulai pada pukul 13.00. Dalam uraian akhirnya, pembicara menjelaskan tentang agenda VICISU yang bakal digelar lagi dua tahun ke depan. Dalam ajang ini, para professor dan pengajar yang terlibat berhak untuk mengajak serta para mahasiswanya. Untuk itu, bagi mahasiswa CRCS yang berminat dipersilahkan menghubungi Dr. Fatimah Husein. [MoU]

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

Clicks are shaping conflicts. In Indonesia’s digit Clicks are shaping conflicts.
In Indonesia’s digital sphere, algorithms now fuel intolerance, speed up radical shifts, and collapse the distance between online anger and real-world violence. “From Clicks to Conflict” reframes radicalism and extremism through Indonesia’s own data, cases, and digital behavior. Understanding how hate evolves online isn’t optional anymore. It’s the frontline of preventing the next wave of violence. 

Come and join  #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor.  We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
H I L A N G Dalam sejarah perjuangan peradaban, pe H I L A N G
Dalam sejarah perjuangan peradaban, perempuan kerap ditulis sebagai jeda, bukan kalimat utama. Ia seolah hilang tak terdengar meski perannya selalu bingar. Seperti yang ditunjukkan oleh keempat pembicara ini, perempuan kerap menjadi dasar atas sebuah pergerakan, selalu menemukan celah dan mengubahnya menjadi kehidupan. Dari keempatnya kita belajar bahwa perempuan punya hak dan kemampuan untuk menafsir ulang hidup tanpa harus menunggu restu siapa pun.

Simak kembali percakapan di sesi ini dan menapaktilasi ragam perjuangan perempuan seluas mungkin di YouTube CRCS UGM.
L A M P I O N Memori laiknya lampion. Terkadang ia L A M P I O N
Memori laiknya lampion. Terkadang ia redup dan rawan, tetapi terus menggantung di langit halaman. Arsip ialah bahan bakar yang terus menghidupi ingatan. Ia menjadi sumbu bagi suluh yang berpijar. Pun dengan arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia. Keberadaannya menjadi pembuka jalan untuk menata kembali peta bangsa dari serpihan gelap yang sengaja dilupakan. 

Simak kembali perbincangan bernas peluang dan tantangan digitalisasi arsip-arsip budaya dan agama Tionghoa di Indonesia hanya di YouTube CRCS UGM
Faith could be cruel. It can be used to wound thos Faith could be cruel. It can be used to wound those we might consider "the other". Yet, rather than abandoning their belief, young queer Indonesians choose to heal by re-imagining it. The Rainbow Pilgrimage is a journey through pain and prayer, where love becomes resistance and spirituality turns into shelter. Amidst the violence, they walk not away from faith, but towards a kinder, more human divine. 

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY